• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

2) Path Coefficients

Keadilan

Distributif ProseduralKeadilan

Komitmen Tujuan

Anggaran ManajerialKinerja EffectTotal Keadilan Distributif 0.125016 0.932024 Keadilan Prosedural 0.328829 1,133695 Komitmen Tujuan Anggaran 0.538161 1,306022 Partisipasi Penganggaran 0.712621 0.884228 0.860498 0.842935

Sumber: Lampiran 5 Tabel Path Coefficients

Berdasarkan tabel 5.12, hasil path coefficients menunjukkan partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial sebesar 0,843. Namun apabila melalui variabel keadilan distributif maka pengaruh variabel partisipasi penganggaran pada variabel kinerja manajerial menjadi 0.932. Pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel keadilan distributif diperoleh dengan mengalikan pengaruh tidak langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel keadilan distributif sebesar 0.713 dengan pengaruh tidak langsung variabel keadilan distributif ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,125, lalu hasil kali tersebut dijumlahkan dengan pengaruh langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,843, maka diperoleh pengaruh total sebesar 0,932. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel keadilan distributif lebih besar daripada pengaruh langsung partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial. Hal

ini mengindikasikan bahwa keadilan distributif merupakan variabel pemediasi antara hubungan partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial.

Bila melalui variabel keadilan prosedural, maka pengaruh partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial menjadi 1,134. Pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel keadilan prosedural diperoleh dengan mengalikan pengaruh tidak langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel keadilan prosedural sebesar 0.884 dengan pengaruh tidak langsung variabel keadilan prosedural ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,329, lalu hasil kali tersebut dijumlahkan dengan pengaruh langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,843, maka diperoleh pengaruh total sebesar 1,134. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel keadilan prosedural lebih besar daripada pengaruh langsung partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial. Hal ini mengindikasikan bahwa keadilan prosedural merupakan variabel pemediasi antara hubungan partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial.

Bila melalui variabel komitmen tujuan anggaran, pengaruh partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial menjadi 1,306. Pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel komitmen tujuan anggaran diperoleh dengan mengalikan pengaruh tidak langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel komitmen tujuan anggaran sebesar 0.861 dengan pengaruh tidak langsung variabel komitmen tujuan anggaran ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,538, lalu hasil kali tersebut dijumlahkan dengan

pengaruh langsung variabel partisipasi penganggaran ke variabel kinerja manajerial sebesar 0,843, maka diperoleh pengaruh total sebesar 1,134. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh total antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel komitmen tujuan anggaran lebih besar daripada pengaruh langsung partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial. Hal ini mengindikasikan bahwa komitmen tujuan anggaran merupakan variabel pemediasi antara hubungan partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial.

Hasil ini mendukung hipotesis pertama, hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga yaitu partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan distributif sebagai variabel pemediasi, partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan prosedural sebagai variabel pemediasi, dan partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan komitmen tujuan anggaran sebagai variabel pemediasi,

60

PEMBAHASAN

Penelitian ini menguji pengaruh keadilan distributif, keadilan prosedural, dan komitmen tujuan anggaran pada hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial pada Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah di Provinsi Bali. Penelitian ini menguji tiga hipotesis.

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan distributif sebagai variabel pemediasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis pertama dapat diterima. Hal ini berarti keadilan distributif mampu memediasi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah akan mengakibatkan peningkatan persepsi keadilan distibutif, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanny (2013) dan Rofingatun dkk. (2013) yang menemukan bahwa semakin tinggi partisipasi manajer tingkat menengah dalam penganggaran maka persepsi manajer tingkat menengah pada keadilan distributif yang dirasakan akan semakin meningkat, kemudian peningkatan persepsi manajer tingkat menengah pada keadilan distributif akan meningkatkan kinerja manajerial dari manajer tingkat menengah. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2005) yang menemukan bahwa persepsi keadilan

distributif yang dirasakan oleh manajer tingkat menengah tidak berpengaruh pada kinerja manajer tingkat menengah. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Mulyasari dan Sugiri (2005) serta Yenti (2003) yang menemukan bahwa hubungan langsung partisipasi penganggaran dan kinerja masih lebih kuat dibanding hubungan tidak langsung yang dimediasi oleh keadilan distributif.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan prosedural sebagai variabel pemediasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis kedua dapat diterima. Hal ini berarti keadilan prosedural mampu memediasi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah, akan mengakibatkan peningkatan persepsi keadilan prosedural, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rofingatun (2013) dan Hanny (2013) yang menemukan bahwa semakin tinggi partisipasi manajer tingkat menengah dalam penganggaran maka persepsi manajer tingkat menengah pada keadilan prosedural yang dirasakan akan semakin meningkat, kemudian peningkatan persepsi manajer tingkat menengah pada keadilan prosedural akan meningkatkan kinerja manajerial dari manajer tingkat menengah. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Mulyasari dan Sugiri (2005) serta Yenti (2003) yang menemukan bahwa hubungan langsung partisipasi penganggaran dan kinerja masih lebih kuat dibanding hubungan tidak langsung yang dimediasi oleh keadilan prosedural.

Penerimaan terhadap hipotesis pertama dan kedua dapat terjadi karena dalam proses penganggaran, manajer turut serta dalam proses penentuan alokasi anggaran, yang berarti bahwa partisipasi manajer dalam proses penganggaran akan meningkatkan persepsi keadilan distributif dan keadilan prosedural manajer. Selain itu dengan berpartisipasi dalam proses penganggaran, manajer akan memiliki informasi-informasi mengenai bagaimana anggaran tersebut didistribusikan. Penerimaan alokasi dan target-target anggaran oleh manajer, akan memotivasi mereka untuk mencapai target-target tersebut sehingga meningkatkan kinerja manajerial mereka (Lau dan Lim, 2002). Hanny (2013) juga menyatakan bahwa persepsi keadilan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Mereka percaya bahwa anggaran telah dibuat serasional mungkin sehingga dorongan atau motivasi yang mereka miliki untuk memenuhi anggaran tersebut juga meningkat.

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan komitmen tujuan anggaran sebagai variabel pemediasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dapat diterima. Hal ini berarti komitmen tujuan anggaran mampu memediasi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah, akan mengakibatkan peningkatan komitmen anggaran, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial. Hal ini dapat terjadi karena partisipasi manajer dalam proses penganggaran akan meningkatkan kepercayaan, pengendalian, dan keterlibatan diri mereka dengan organisasi, sehingga mereka dapat menerima dan mempunyai komitmen terhadap anggaran yang disusun

(Sields dan Sields, 1998; dalam Indarto dan Ayu, 2011). Damayanti (2007) juga menyatakan keterlibatan manajer ini akan dapat menumbuhkan sikap mau menerima, berkomitmen yang lebih, dan penentuan untuk mencapai tujuan. Tingginya komitmen terhadap tujuan anggaran ini akan mempermudah penerimaan anggaran tersebut, meskipun sulit untuk dicapai, dengan demikian tingkat kinerja akan meningkat (Indarto dan Ayu, 2011). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Hanny (2013), Indarto (2011) dan Damayanti (2007) yang menemukan bahwa komitmen anggaran memediasi hubungan partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Mulyasari dan Sugiri (2005), serta Yenti (2003) yang menemukan bahwa hubungan langsung partisipasi penganggaran dan kinerja masih lebih kuat dibanding hubungan tidak langsung yang dimediasi oleh komitmen tujuan anggaran.

Selain berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, penerimaan terhadap hipotesis dalam penelitian ini juga mungkin disebabkan oleh karakteristik respondennya. Pada profil responden ditemukan bahwa 54,3% responden berumur di atas 44 tahun. Pada rentang usia tersebut, tingkat kedewasaan dan emosi seseorang sudah stabil, sehingga dapat diasumsikan tingkat kedewasaan dan emosi tersebut dapat berpengaruh pada komunikasi dan pengambilan keputusan dalam proses penganggaran. Berdasarkan profil responden juga dapat dilihat bahwa 54,3% responden bekerja lebih dari 10 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa responden sudah memahami lingkup pekerjaan dan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam pelaksanaan proses

penyusunan anggaran sehingga pelaksanaan penyusunan anggaran sesuai dengan apa yang diperlukan pada masing-masing daerah pertanggungjawaban. Pemahaman manajer tingkat menengah terhadap lingkup pekerjaan serta pengalaman yang dimilikinya dalam pelaksanaan penyusunan anggaran dapat meningkatkan persepsi keadilan distributif, keadilan prosedural serta komitmen pada tujuan anggaran dari para manajer tingkat menengah.

65

7.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan distributif sebagai variabel pemediasi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah, akan mengakibatkan peningkatan persepsi keadilan distibutif, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial.

2) Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan keadilan prosedural sebagai variabel pemediasi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah, akan mengakibatkan peningkatan persepsi keadilan prosedural, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial.

3) Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial dengan komitmen tujuan anggaran sebagai variabel pemediasi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan partisipasi penganggaran yang melibatkan manajer tingkat menengah, akan mengakibatkan peningkatan komitmen

terhadap tujuan anggaran, yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan kinerja manajerial.

7.2 Saran

Guna mempertahankan akreditasi yang telah dimiliki rumah sakit dan meningkatkan mutu pelayanan yang ada, hendaknya manajer tingkat menengah selalu berpartisipasi dalam setiap proses penganggaran yang terjadi di rumah sakit, karena berdasarkan hasil pada penelitian ini, partisipasi dalam proses penganggaran terbukti dapat meningkatkan persepsi keadilan distributif, keadilan prosedural, dan komitmen tujuan anggaran dari manajer tingkat menengah, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja manajerial.

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu:

1) Penggunaan self rating scale pada pengukuran kinerja manajerial dapat menimbulkan liniency bias, dimana responden memiliki kecendrungan untuk menjawab kinerja mereka terlalu tinggi. Penelitian selanjutnya dapat mengukur kinerja tanpa menggunakan self rating scale, melainkan dilakukan oleh rekan sejawat atau pimpinan.

2) Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat penelitian yaitu RSUP Sanglah dengan sampel yang terbatas, sehingga tingkat generalisasi hasil penelitian ini masih rendah. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dengan meneliti beberapa rumah sakit yang memiliki standar atau tipe yang sama, sehingga dapat meningkatkan generalisasi hasil penelitian. 3) Terkait karakteristik responden, persentase tingkatan usia responden dalam

berada pada tingkat usia 44 tahun ke atas, sedangkan hanya 14,3% responden berada pada rentang usia 35-39 tahun. Diharapkan responden penelitian selanjutnya dapat lebih merata dari sisi tingkatan usia. Hal ini dapat terkait dengan tingkat kestabilan emosi dari responden yang menunjukkan tingkat penerimaan responden atas prosedur yang ditentukan oleh organisasi. Selain itu kuesioner dalam penelitian ini tidak mencantumkan jurusan pendidikan terakhir responden secara spesifik, yang menunjukkan kesesuaian pendidikan dengan posisi atau jabatan dalam organisasi. Penelitian selanjutnya dapat mencantumkan fakultas dan program studi/jurusan dari pendidikan terakhir responden. Misalnya sarjana (S1) Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, jurusan Manajemen, atau jurusan Ekonomi Pembangunan. Hal yang sama juga bisa dilakukan pada responden yang mempunyai pendidikan terakhir S2. Kesesuaian jurusan pendidikan terakhir responden dengan posisi atau jabatan responden dapat digunakan sebagai justifikasi atas hasil penelitian.

4) Pengembangan penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial dapat menggunakan variabel pemediasi lain seperti misalnya job relevant information (JRI) dan kecukupan anggaran, dimana ketersediaan informasi yang diperoleh dari partisipasi manajer tingkat menengah dalam proses penganggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial karena informasi-informasi tersebut mewakili kebutuhan masing-masing daerah pertanggungjawaban dan informasi itu relevan dengan tugas yang terkait dengan pembuatan keputusan atau pembuatan anggaran yang lebih realistis dan lebih akurat oleh manajemen (Indarto, 2011).

Dokumen terkait