• Tidak ada hasil yang ditemukan

sekolah bersifat tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional (Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, 2005).

Dunia pendidikan kita masih mendapat sorotan tajam, mengingat banyaknya permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Salah satu di antaranya adalah rendahnya mutu atau kualitas pendidikan. Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan, dengan kata lain mutu pendidikan dilihat dari kualitas keluarannya, apakah keluaran tersebut mampu mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya.

Berbagai usaha untuk mengatasi masalah mutu pendidikan di antaranya: seleksi masuk yang rasional untuk sekolah dan perguruan tinggi, pelatihan dan penataran guru, penyempurnaan kurikulum, pengembangan dan penyempurnaan sarana dan prasarana, peningkatan manajeman pendidikan, dan kegiatan pengendalian mutu melalui laporan penyelenggaraan pendidikan, supervisi dan monitoring, sistem ujian dan seleksi nasional, dan pemberian akreditasi lembaga pendidikan (Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, 2005).

Membahas masalah kualitas pendidikan tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar siswa, karena hasil belajar siswa dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai apakah pendidikan di suatu sekolah berhasil atau tidak. Pada prinsipnya berhasil baik atau tidaknya belajar itu ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (individual) dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (sosial). Faktor individual yang mempengaruhi berhasil baik atau tidaknya belajar antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi dalam hal ini yaitu sikap dan disiplin siswa, sedangkan yang termasuk faktor sosial meliputi faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena guru merupakan orang yang secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa, sehingga guru merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan belajar siswa. Guru hendaknya dalam proses pembelajaran mampu mengorganisasikan

commit to user

materi dan kegiatan pembelajaran sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan menyenangkan. Guru juga harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, namun berhasil tidaknya proses belajar mengajar tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, karena masih ada faktor yang lain seperti orang tua dan siswa itu sendiri.

Siswa merupakan individu yang secara langsung melakukan proses pembelajaran, sehingga siswa harus dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan, serta mampu menyertakan segala aspek yang ada pada dirinya baik kecerdasan, minat, perhatian, motivasi, cara belajar, dan disiplin belajar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diharapkan akan tercapai hasil belajar yang memuaskan.

Disiplin siswa di dalam pengelolaan pengajaran merupakan suatu masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin dapat mencapai target maksimal. Disiplin belajar merupakan salah satu sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Siswa akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan apabila siswa mampu mengatur waktu dan kegiatan belajarnya. Pencapaian hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat kecerdasan yang cukup, baik, dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin sekolah yang ketat dan konsisten, disiplin individu dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik. Sebaliknya ada siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan meskipun tingkat kecerdasannya baik atau sangat baik, hal itu terjadi karena siswa kurang tertib dan kurang teratur belajar.

Di lingkungan sekolah sebetulnya sudah ada tata tertib untuk mengatur siswa, namun kenyataannya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, malas belajar, dan gaduh saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Pembinaan disiplin perlu diadakan baik di sekolah maupun di rumah. Pembinaan disiplin di sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran pada siswa

commit to user

akan pentingnya disiplin belajar. Akhmad Sudrajat (2008: 1) berpendapat bahwa ”Tujuan disiplin siswa di sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas”. Siswa akan bersemangat untuk belajar di kelas apabila suasana belajar nyaman dan kondusif, selanjutnya hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih berprestasi dalam belajar. Pembinaan disiplin di rumah perlu juga dilakukan karena orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman disiplin belajar siswa. Wujud pembinaan itu dapat dilakukan dengan mengingatkan waktu belajar, memperhatikan kebutuhan anaknya, dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Syafruddin (2005) menyebutkan bahwa kedisiplinan dalam belajar siswa itu meliputi mentaati dan mematuhi tata tertib sekolah, masuk kelas tepat waktu, ketertiban diri saat belajar di kelas, mengatur waktu belajar di rumah, mengulang kembali pelajaran di rumah, mengerjakan tugas sekolah di rumah.

Orang tua sebagai keluarga siswa seharusnya tidak mempercayakan pendidikan anaknya secara totalitas pada pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Hal ini dikarenakan keberadaan anak justru lebih banyak berada di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosialnya, di lingkungan sekolah selain waktunya relatif singkat, seorang guru juga harus menangani banyak siswa.

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan anak. Seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya di dalam keluarga, di dalam proses ini seorang anak diajarkan dan dikenalkan berbagai nilai kehidupan yang sangat berguna dan menentukan bagi perkembangan anak di masa depan. Peran keluarga (orang tua) dalam keberhasilan belajar anak masih sangat diperlukan meskipun anak tersebut sudah bersekolah. Suasana keluarga yang harmonis dan menyenangkan akan mendorong anak giat atau berdisiplin dalam belajar yang pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang optimal.

Tanggung jawab keluarga (orang tua) terhadap keberhasilan belajar anak selain kondisi keluarga yang harmonis yaitu tingkat pendidikan, perhatian, serta pemenuhan kebutuhan belajar anak. Apabila kondisi dalam keluarga seperti suasana dalam keluarga kurang menyenangkan, orang tua yang selalu sibuk

commit to user

dengan urusannya sendiri, serta pemenuhan kebutuhan belajar yang kurang akan mendorong siswa malas dalam belajar yang pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang kurang memuaskan. Ngalim Purwanto (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa di antaranya adalah: kemampuan ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua, harapan dan cita-cita orang tua terhadap anak, suasana di dalam keluarga, serta pemenuhan fasilitas dan kebutuhan belajar. Abdul Majid (2006) menyatakan bahwa kemampuan ekonomi orang tua yang kurang memadai, anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan orang tua, harapan orang tua yang terlalu tinggi terhadap anak, dan orang tua pilih kasih terhadap anak dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa perhatian orang tua yang cukup, kondisi ekonomi keluarga yang memadai, tingkat pendidikan orang tua yang tinggi, lingkungan keluarga yang harmonis akan membentuk dan mendidik anak berdisiplin dalam belajar yang pada akhirnya anak akan mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMA Negeri 2 Sukoharjo, menunjukkan bahwa terdapat permasalahan terhadap tingkat disiplin para siswanya, baik itu perilaku disiplin mereka di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa masih terdapat banyak siswa yang mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya seperti: tidak masuk sekolah, terlambat masuk kelas, tidak menaati peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ramai di kelas saat pelajaran dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari data ketidakdisiplinan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo selama semester I Tahun Ajaran 2009/2010 sebagai berikut :

Tabel 1. Data Ketidakdisiplinan Siswa Kelas XI IPS Semester I

Kasus Banyaknya Kasus

1. Siswa yang tidak masuk sekolah a. Sakit b. Ijin c. Alpha 347 74 385 2. Siswa yang terlambat masuk sekolah 115

commit to user

Berdasarkan observasi awal juga diketahui lingkungan belajar siswa di SMA Negeri 2 Sukoharjo baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dirasakan oleh beberapa siswa masih kurang mendukung terhadap pencapaian prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari cara pengelolaan kelas dan cara guru dalam mengajar yang kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan, selain itu penggunaan sarana pembelajaran juga masih kurang dikarenakan sarana dan prasarana yang disediakan olah sekolah masih terbatas. Dilihat dari prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yang didapat dari nilai tugas, ulangan harian, mid semester dan ujian semester masih berada dalam kategori cukup, meskipun masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu 62,00. Berdasarkan hasil observasi awal di SMA N 2 Sukoharjo diketahui bahwa nilai rata-rata ujian semester I kelas XI IPS Tahun Ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Rata-rata Ujian Semester Kelas XI IPS Semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010

Kelas XI Nilai Rata-rata Kelas

XI IPS 1 59.29

XI IPS 2 64.17

XI IPS 3 57.40

XI IPS 4 64.93

Rata-rata 61.45

Sumber: Data Nilai Ujian Semester I SMA N 2 Sukoharjo

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SMA Negeri 2 Sukoharjo tersebut di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pentingnya disiplin belajar dan lingkungan keluarga dalam pencapaian hasil belajar siswa dan mengangkatnya dalam penelitian dengan judul “Kontribusi Disiplin Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kondisi yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Disiplin belajar siswa merupakan ketaatan dan kepatuhan yang harus ditaati namun banyak siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo yang masih melanggar.

2. Disiplin belajar siswa sangat menunjang keberhasilan belajar namun masih banyak siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo yang masih kurang paham arti pentingnya disiplin terhadap keberhasilan belajar.

3. Lingkungan keluarga berupa situasi keluarga yang kondusif menyumbang keberhasilan siswa dalam belajar namun masih belum diketahui seberapa besar sumbangan tersebut, khususnya bagi siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo.

4. Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya baik di rumah maupun di sekolah sangat diperlukan keberadaannya namun pada kenyataannya masih banyak orang tua yang kurang memperhatikan hal tersebut.

5. Prestasi siswa yang ditunjukkan dari hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo pada umumnya dalam kategori cukup namun masih banyak siswa yang nilainya berada di bawah rata-rata.

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitan diperlukan agar suatu penelitian tersebut mempunyai arah dan tujuan yang jelas, selain itu juga dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam penafsiran. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan usaha-usaha peningkatan hasil belajar ekonomi melalui disiplin belajar dan didukung dengan adanya lingkungan keluarga siswa yang baik, dan mencari besarnya kontribusi disiplin belajar dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.

commit to user

2. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas : disiplin belajar dan lingkungan keluarga. b. Variabel terikat : hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat kontribusi antara disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Apakah terdapat kontribusi antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar

ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Apakah terdapat kontribusi antara disiplin belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kontribusi antara disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui kontribusi antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui kontribusi antara disiplin belajar dan lingkungan keluarga

secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.

commit to user

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga yang berupa konsep-konsep mengenai disiplin belajar, lingkungan keluarga dan pengaruhnya terhadap hasil belajar khususnya hasil belajar ekonomi b. Sebagai penambah khazanah bacaan tentang pentingnya disiplin belajar dan

lingkungan keluarga siswa dan pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar. c. Sebagai bahan referensi dan pendukung guna memberikan sumbangan

konseptual bagi penelitian yang berkaitan dengan pentingnya disiplin belajar dan lingkungan keluarga dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya disiplin dalam kegiatan belajar guna pencapaian hasil belajar yang optimal.

b. Bagi sekolah

Sebagai masukan dan sumber informasi nyata tentang pentingnya kedisiplinan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswanya.

c. Bagi orang tua

Sebagai masukan bagi pihak orang tua akan pentingnya lingkungan keluarga yang baik yang akan mendorong siswa untuk giat atau berdisiplin dalam belajar.

d. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian, serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengaruh disiplin dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar siswa.

commit to user

10 BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar

Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap siswa dimana setiap siswa dituntut untuk selalu belajar teratur. Dibutuhkan adanya kesungguhan dan disiplin di dalam kegiatan belajar. Disiplin merupakan suatu kondisi yang harus dijalankan apabila seorang siswa mengharapkan kelancaran dalam belajarnya.

Disiplin belajar terdiri dari dua kata yaitu, kata disiplin dan belajar. Kata disiplin adalah kata yang sudah tidak asing lagi di dengar baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Menurut Ametembum dalam Soedomo Hadi (2005) menyebutkan asal mula pengertian disiplin yaitu suatu keadaan tertib di mana para pengikut tunduk dengan senang hati pada ajaran pemimpinnya. Starawaji (2009: 1) menyatakan bahwa:

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 82), “Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana terdapat serangkaian perilaku orang-orang yang tunduk dengan senang hati atau secara sukarela mengikuti peraturan, ajaran dan pengendalian seorang pemimpin.

Pengertian belajar menurut Witherington yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2004: 84), “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian

commit to user

yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” Menurut Slameto (2003: 2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, kecakapan, dan keterampilan sebagai hasil pengalamannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin belajar adalah ketaatan, kepatuhan, ketertiban yang dimiliki seseorang siswa dalam kegiatan belajar sehingga diperoleh suatu perubahan tingkah laku, kecakapan, dan keterampilan.

b. Konsep-konsep Disiplin Belajar di Dalam Kelas

Akhmad Sudrajat (2008) berpendapat bahwa tujuan disiplin belajar siswa di sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Siswa akan bersemangat untuk belajar di kelas apabila suasana belajar nyaman dan kondusif, selanjutnya hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih berprestasi dalam belajar. Disiplin siswa dalam belajar di kelas dapat dibentuk dengan beberapa macam cara mengontrol, antara lain :

1) Kontrol yang Otoriter

Disiplin di dalam kelas itu baik, bila siswa duduk tenang terus-menerus sambil memeperhatikan guru. Hal ini sebenarnya berkat tekanan dari guru. Guru harus bekerja keras agar siswa dapat disiplin.

2) Kebebasan Liberal

Disiplin akan lahir dengan sendirinya berkat pemberian kelonggaran yang penuh. Siswa bebas bertingkah laku sesuai dengan perkembangannya.

commit to user

3) Kebebasan Terbimbing

Kebebasan terbimbing merupakan kombinasi antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Tekanan disiplin terutama pada kesadaran dan pengendalian diri sendiri. Dalam hal ini siswa diberi bimbingan, penyuluhan, dan mawas diri.

(Soedomo Hadi, 2005).

Seseorang baru dikatakan mempunyai cara belajar yang baik apabila mempunyai sikap disiplin dalam melaksanakan belajar, yaitu timbul suatu kepercayaan yang dapat dimiliki siswa dengan jalan latihan membiasakan diri. Masih banyak pada realita di dunia pendidikan siswa yang belum menaati peraturan, meskipun sudah ada tata tertib yang disertai dengan sanksi hukuman. Menurut Soedomo Hadi (2005: 62), pelanggaran disiplin bersumber dari:

1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang mengakibatkan siswa menjadi submisif, apatis, atau malah sebaliknya agresif.

2) Sekelompok besar siswa dikurangi hak-haknya yang seharusnya ikut merencanakan sesuatu di bawah bimbingan guru.

3) Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas, baik di atas maupun di bawah rata-rata.

4) Siswa kurang dilibatkan/diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah.

5) Sekolah kurang memperhatikan latar belakang kehidupan keluarga murid.

6) Sekolah kurang kerjasama dengan orang tua siswa sehingga saling melepaskan tanggung jawab.

7) Kebosanan dalam kelas, karena sebab-sebab tertentu.

8) Perasaan kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak.

9) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian pengenalan atau status. Usaha untuk menumbuhkan kedisiplinan pada diri siswa menjadi bagian dari tugas seorang guru, sebab pada dasarnya disiplin merupakan bagian dari kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal sehingga tanpa adanya disiplin dalam belajar hasil belajarnya akan menjadi kurang optimal.

commit to user

c. Cara Pembinaan Disiplin Belajar Siswa

Tugas utama siswa adalah belajar, dengan belajar diharapkan siswa dapat mencapai prestasi yang optimal. Siswa harus membiasakan diri untuk berdisiplin dalam belajar agar dalam melaksanakan kegiatan belajar nantinya tidak terasa berat. Cara yang dapat ditempuh untuk berdisiplin adalah dengan melaksanakan pembinaan belajar, baik di rumah maupun di sekolah.

1) Pembinaan Disiplin Belajar di Sekolah

Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman disiplin belajar siswa. Salah satu peran guru yang sangat penting dalam upaya menciptakan disiplin adalah menciptakan kelas yang teratur.

Syafruddin (2005) menyatakan bahwa tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

Menurut Soedomo Hadi (2005) teknik pembinaan disiplin di kelas dapat dilakukan dengan cara:

a) Teknik Inner Control

Kepekaan akan disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri (self discipline) dengan kesadaran akan norma-norma peraturan tata tertib yang diterapkan, mereka dapat mengendalikan dirinya.

b) Teknik External Control

Pengendalian diri berasal dari luar siswa dan hal itu dapat berupa bimbingan (guidance) dan penyuluhan (conseling), kadang-kadang pengendalian ini dapat berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Teknik external control biasanya untuk pendidikan rendah, sedangkan untuk pendidikan menengah dan tinggi lebih dikembangkan teknik inner control.

c) Teknik Cooperative Control

Disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran kerjasama secara harmonis, respektif (terhormat), efektif, dan produktif, oleh karena

commit to user

itu dalam pengendalian atau pembinaan disiplin harus ada kerjasama guru dengan siswa (cooperative control).

Menurut Ametembun dalam Soedomo Hadi (2005: 60), kerjasama guru dengan siswa dalam rangka menegakkan disiplin di dalam kelas ini perwujudannya adalah:

a) Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa-siswa. b) Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada

siswa-siswa.

c) Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis.

d) Memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain. e) Memberi kesempatan berpartisipasi secara luas sesuai dengan taraf

kesanggupan siswa.

f) Menciptakan kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan sikap-sikap yang diinginkan: sosial, psikologis, biologis.

Hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembinaan disiplin kelas ini adalah adanya perbedaan-perbedaan individual siswa dalam

Dokumen terkait