• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI YANG DISAMPAIKAN Pernapasan

Tune

Vocalising

Teknik improvisasi, interpretasi, penghayatan

Tingkat pertama sebagai masa pembentukan dasar dimana siswa akan mampu menyanyi dengan cara yang tepat dan benar untuk tinggat dasar, dalam hal memproduksi suara atau voice producing, dibantu dengan materi pelajaran serta praktek.

Tingkat kedua sebagai masa pembentukan dasar ke II dimana siswa akan mampu menyanyi dengan artikulasi dengan interpretasi yang baik, serta mampu membaca partitur musik sederhana dalam notasi balok.

Tingkat ketiga sebagai masa pembangunan satu dimana siswa akan dapat menyanyi dengan teknik-teknik lebih tinggi, yang hanya mungkin dilakukan setelah melewati pembentukan dasar I dan II

Tingkat keempat sebagai masa pengembangan II akan mengembangkan potensi personalnya, ditambah dengan kemampuan menyanyi pada teknik-teknik tingkat lanjutan.

Kurikulum Drum

MATERI YANG DISAMPAIKAN

1. Pengenalan not drum berikut cara-cara penempatan pukulan pada tangan dan kaki serta posisi badan.

2. Rudiment ( Latihan tangan ) seperti : Single struke, Double struck, Paradiddle triplet dan lain-lain.

3. Penguasaan skill pada permainan drum. 4. Penguasaan pada Beat drum dan full in.

5. Improvisasi ( pengembangan ) pada permainan drum

6. Improvisasi / penyampaian kalimat dalam memainkan drum ( Solo Drum )

Kurikulum Keyboard

MATERI YANG DISAMPAIKAN

1. Pengenalan teori dasar musik seperti : Garis birama, Tanda-tanda kunci,staff dan notasi. 2. Pengenalan instrumen keyboard secara umum.

3. Latihan teknik jari.

Tabel II. 2 Kurikulum Vokal (Sumber : www.purwacarakamusicstudio.com) Tabel II. 3 Kurikulum Drum (Sumber : www.purwacarakamusicstudio.com)

commit to user

4. Pengarahan / pengenalan rhytmic, Style dan register sederhana. 5. Pengetahuan chord – chord.

Kurikulum Piano Klasik

MATERI YANG DISAMPAIKAN

1. Teknik dasar / latihan dasar, Pemakaian kunci G, F dan notasi dikuncinya masing-masing 2. Teknik menggunakan 5 jari dalam permainan Legato

3. Latihan koordinasi tangan : kedua tangan harus memainkan nada bersama-sama 4. Latihan lagu dari komposer – komposer terkenal

5. Latihan lagu – lagu Modern

6. Variasi lagu anak – anak, terutama untuk murid yang berusia muda.

Kurikulum Gitar Klasik

MATERI YANG DISAMPAIKAN

1. Teknik dasar, tangan kiri dan kanan 2. Latihan ritmis dan Baca partitur

3. Mempelajari menala,tanda dinamik, tempo 4. Mempelajari chord yang lebih luas 5. Belajar improvisasi

6. Latihan solo dalam sustained note

Kurikulum Gitar Elektrik

MATERI YANG DISAMPAIKAN

1. Teknik jari 2. Baca not

3. Mempelajari chord yang lebih luas 4. Belajar improvisasi

5. Mempelajari jenis music Rock, Blues, Jazz.

Tabel II. 4 Kurikulum Keyboard

(Sumber : www.purwacarakamusicstudio.com)

Tabel II. 5 Kurikulum Piano Klasik

(Sumber : www.purwacarakamusicstudio.com)

Tabel II. 6 Kurikulum Gitar Klasik

(Sumber : www.purwacarakamusicstudio.com)

Tabel II. 7 Kurikulum Gitar Elektik

commit to user

3. Pemahaman Analogi Dalam Arsitektur

Dalam memandang arsitektur para ahli teori seringkali membuat analogi - analogi dengan menganggap arsitektur sebagai sesuatu yang 'organis', arsitektur sebagai 'bahasa', atau arsitektur sebagai 'mesin'. Analogi mengidentifikasikan hubungan harafiah yang mungkin diantara benda – benda. Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan dengan demikian ia menjadi model untuk proyek yang ada (Snyder, 1979:303, dalam Pengantar Arsitektur, 1984).

Secara singkat analogi-analogi yang seringkali digunakan untuk menjelaskan arsitektur adalah sebagai berikut: (Pdf : Persepsi, Suatu Fenomena Dalam Arsitektur, oleh Ir. Basaria Talarosha, MT)

a) Analogi Matematis

Beberapa ahli teori menganggap bahwa bangunan-bangunan yang dirancang dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan geometri (seperti

golden section) akan sesuai dengan tatanan alam semesta dan merupakan bentuk yang paling indah. Prinsip-prinsip ini banyak digunakan pada bangunan jaman Renaissance.

b) Analogi Biologis

Pandangan para ahli teori yang menganalogikan arsitektur sebagai analogi biologis berpendapat bahwa membangun adalah proses biologis, bukan proses estetis. Analogi biologis terdiri dari dua bentuk yaitu 'organik' (dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright) dan 'biomorfik'.

c) Analogi Romantik

Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak

commit to user

biasa yang mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain).

d) Analogi Linguistik

Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:

• Model Tata bahasa

Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menafsirkan apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan tercapai jika 'bahasa' yang digunakan adalah bahasa umum/publik yang

dimengerti semua orang (langue). Arsitektur seringkali terdiri dari

unsur – unsur yang ditata menurut aturan sehingga memudahkan dalam pemahaman dan penafsiran yang disampaikan oleh bangunan tersebut. Imaginasi dan rasa arsitekturnya diungkapkan dalam batas – batas yang ditentukan oleh bahasa arsitektur universal. Contoh yaitu rumah yang layak harus dipertimbangkan dan mempunyai tata bahasanya sendiri. Tata bahasa disini dianalogikan dengan konstruksi dimana hubungan bentuk antara berbagai unsure yang masuk ke dalam konstitusi benda tersebut.

• Model Ekspresionis

Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng digunakan arsitek untuk mengungkapakan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan 'bahasa'nya

pribadi (parole). Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan

commit to user

• Model Semiotik

Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano akan menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa bangunan itu adalah gereja.

e) Analogi Mekanik

Menurut Le Corbusier, sebuah rumah adalah mesin untuk berhuni merupakan contoh analogi mekanik dalam arsitektur. Bangunan seperti halnya dengan mesin hanya akan menunjukkan apa sesungguhnya mereka, apa yang dilakukan, tidak menyembunyikan fakta melalui hiasan yang tidak relevan dengan bentuk dan gaya-gaya, atau dengan kata lain

keindahan adalah fungsi yang akan menyatakan apakah mereka itu dan apa yang mereka lakukan.

f) Analogi Pemecahan Masalah

Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih banyak penalaran daripada ilham, dan lebih banyak pengetahuan faktual daripada semangat (Borgnis, 1823). Pendekatan ini sering juga disebut dengan pendekatan rasionalis, logis, sistematik, atau parametrik. Pendekatan ini menganggap bahwa kebutuhankebutuhan lingkungan merupakan masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis yang seksama dan prosedur-prosedur yang khusus dirumuskan untuk itu.

g) Analogi Adhocis

Arsitektur berarti menanggapi kebutuhan langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh tanpa membuat rujukan dan cita-cita.

commit to user

h) Analogi Bahasa Pola

Manusia secara biologis adalah serupa, dan dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk perilaku dan juga untuk bangunan. Jadi arsitektur harus mampu mengidentifikasi pola-pola baku kebutuhankebutuhan agar dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pendekatan tipologis atau pola menganggap bahwa hubungan lingkunganperilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan-satuan yang digabungkan untuk membangun sebuah bangunan atau suatu rona kota.

i) Analogi Dramaturgi

Kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater dimana seluruh dunia adalah panggungnya, karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memainkan peranan dan bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan yang menunjang pagelaran panggung. Analogi dramaturgi digunakan dengan dua cara, dari titik pandang para aktor dan dari titik pandang para dramawan. Dalam hal pertama arsitek menyediakan alat-alat perlengkapan dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu peranan tertentu. Dari titik pandang para dramawan, arsitek dapat menyebabkan orang bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk visual. Pemanfaatan analogi dramaturgi ini membuat sang arsitek yang bertindak hampir seperti dalang, mengatur aksi seraya menunjangnya.

4. Kajian Akustik Ruang

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu

ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik

sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara,

commit to user

misalnya dalam gedung rapat akan sangat mempengaruhi artikulasi dan

kejelasan pembicara Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

• Perubahan suara karena pemantulan dan

• Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain

Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan

pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti

home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman, ruang pertemuan dan

sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah. (Wikipedia 2010)

Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan

bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan

frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material

penyerap suara yang digunakan. Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan.

4.1Fenomena Akustik Dalam Ruang Tertutup

Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan energi akustik adalah

ruangan itu sendiri (weblog : acoustics world). Fenomena suara dalam

ruangan dapat digambarkan seperti berikut ini :

Gambar II.1 Akustik Ruang

(Sumber : http://jokosarwono.wordpress.com)

Gambar II.2 Akustik Ruang Pertunjukan (Sumber : http://jokosarwono.wordpress.com)

commit to user

Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada setiap titik pengamatan atau titik dimana orang menikmati suara (pendengar) akan dipengaruhi oleh 2 komponen suara, yaitu komponen suara langsung dan komponen suara pantul. Komponen suara langsung adalah komponen suara yang sampai ke telinga pendengar langsung dari sumber. Besarnya energi suara yang sampai ke telinga dari komponen suara ini dipengaruhi oleh jarak pendengar ke sumber suara dan pengaruh penyerapan energi oleh udara. Komponen suara pantul merupakan komponen suara yang sampai ke telinga pendengar setelah suara berinteraksi dengan permukaan ruangan disekitar pendengar (dinding, lantai dan langit-langit). Total energi suara yang sampai ke telinga pendengar dan persepsi pendengar terhadap suara yang didengarnya tentu saja akan dipengaruhi kedua komponen ini. Itu sebabnya komponen suara pantul akan sangat berperan dalam pembentukan persepsi mendengar atau bias juga disebutkan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan akan sangat mempengaruhi kondisi dan persepsi mendengar yang dialami oleh pendengar.

Ada 2 ekstrim yang berkaitan dengan karakteristik permukaan dalam ruangan, yaitu apabila seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat menyerap dan seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat memantulkan energi suara yang sampai kepadanya. Bila permukaan dalam ruang seluruhnya sangat menyerap, maka komponen suara yang sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung saja dan ruangan yang seperti ini disebut ruang anechoic (anechoic chamber). Sedangkan pada ruang yang seluruh permukaannya

Gambar II. 3

Fenomena Suara Dalam Ruang Tertutup (Sumber : http://jokosarwono.wordpress.com)

commit to user

bersifat sangat memantulkan energi, maka komponen suara pantul akan jauh lebih dominant dibandingkan komponen langsungnya, dan biasa disebut

sebagai ruang dengung (reverberation chamber) . Ruangan yang kita gunakan

pada umumnya berada diantara 2 ekstrim itu, sesuai dengan fungsinya. Ruang Studio rekaman misalnya lebih mendekati ruang anechoic, sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih menuju ke ruang dengung.

Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah mengendalikan komponen suara langsung dan pantul ini, dengan cara menentukan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan langit-langit) sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang karena fungsinya memerlukan lebih banyak karakteristik serap (studio, Home Theater, dll) dan ada yang memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, dsb). Dengan mengkombinasikan beberapa karakter permukaan ruangan, seorang desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan.

Karakteristik akustik permukaan ruangan pada umumnya dibedakan atas:

• Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari

material yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles, dsb).

• Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari

material yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb.

commit to user

• Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat

tidak merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb (check

www.rpginc.com) .

4.2Problem Desain Akustik Ruang

Sebuah ruangan yang didesain untuk suatu fungsi tertentu, baik yang mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak, seringkali dihadapkan pada problem-problem berikut:

1. Focusing of Sound (Pemusatan Suara) : Masalah ini biasanya terjadi

apabila ada permukaan cekung (concave) yang bersifat reflektif, baik di

daerah panggung, dinding belakang ruangan, maupun di langit-langit (kubah atau jejaring kubah).

2. Echoe (pantulan berulang dan kuat). Echoe disebabkan oleh permukaan

datar yang sangat reflektif atau permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada dinding yang terletak jauh dari sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh permukaan-permukaan tersebut bersifat spekular dan memiliki energi yang masih besar, sehingga (bersama dengan delay time yang lama) akan mengganggu suara langsung.

3. Resonance (Resonansi): Seperti halnya echoe problem ini juga diakibatkan

oleh dinding paralel, terutama pada ruangan yang berbentuk persegi panjang atau kotak.

4. External Noise (Bising): Problem ini dihadapi oleh hampir seluruh

ruangan yang ada di dunia ini, karena pada umumnya ruangan dibangun di sekitar sistem-sistem yang lain.

5. Doubled RT (Waktu dengung ganda): Problem ini biasanya terjadi pada

ruangan yang memiliki koridor terbuka/ruang samping atau pada ruangan playback yang memiliki waktu dengung yang cukup panjang.

commit to user

Kesimpulan : Kajian akustik sebagai dasar dari prinsip kenyamanan akustik yang diperlukan dalam merencanakan bangunan Musical education Center.

5. Fleksibilitas Ruang

Fleksibilitas ruang maksudnya adalah kemampuan suatu ruang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap aktivitas yang berlangsung didalamnya. Fleksibilitas penggunaan ruang adalah suatu sifat kemungkinan dapat digunakannya sebuah ruang untuk bermacam-macam sifat dan kegiatan, dan dapat dilakukannya pengubahan susunan ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah tatanan bangunan.

Kriteria pertimbangan fleksibilitas adalah:

a. Segi teknik, yaitu kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil,

tidak banyak aturan, memenuhi persyaratan ruang.

b. Segi ekonomis, yaitu murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.

Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu :

a. Ekspansibilitas adalah konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang

atau bangunan yaitu bahwa ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan.

b. Untuk Konsep konvertibilitas, ruang atau bangunan dapat memungkinkan

adanya perubahan tata atur pada satu ruang.

c. Untuk konsep versatibilitas, ruang atau bangunan dapat bersifat multi

fungsi.

Fleksibelnya suatu ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pembagian ruang

Pembagian ruang yang tepat dapat membantu seberapa banyak ruangan dapat menampung suatu kegiatan yang bermacam - macam. Penggunaan dinding geser merupakan salah satu cara yang dapat

commit to user

dilakukan agar ruang dapat fleksibel menampung kegiatan yang bermacam – macam atau menampung kegiatan dengan kapasitas yang berbeda pada waktu – waktu tertentu.

b. Pemilihan stuktur bangunan

Pemilihan struktur bangunan yang tepat dapat mempengaruhi seberapa fleksibelnya suatu bangunan. Misalnya untuk kasus bangunan yang penggunaan ruangannya berbentang lebar membutuhkan suatu pemilihan struktur bentang lebar yang sesuai untuk menampung aktivitas penggunaan ruang tersebut.

c. Ketinggian ruang

Ketinggian ruang ditentukan oleh jenis kegiatan di dalamnya yang membutuhkan adanya kriteria ketinggian ruang tertentu.

d. Pemilihan Furniture

Pemilihan furniture mempengaruhi seberapa fleksibel ruangan di dalamnya. Pemilihan furniture yang tepat dan seminimal mungkin diusahakan tidak menggunakan furniture yang built in dapat membuat suatu ruang lebih bersifat fleksibel jika dibutuhkan ruang yang mrmiliki aktivitas yang bermacam – macam di dalamnya.

e. Sirkulasi

Sirkulasi juga mempengaruhi fleksibilitas suatu ruang atau ruang – ruang di dalam bangunan. Dimana dengan pengaturan sirkulasi antar ruang atau dalam ruang yang baik, maka akan lebih menambah tingkat efisiensi dan kefleksibelan dalam bangunan tersebut.

Contoh bangunan yang menerapkan fleksibilitas ruang :

• Jakarta Convention Center (JCC)

JCC merupakan Pusat Konvensi di Ibukota yang sering dijadikan tempat diselenggarakannya kegiatan -kegiatan berskala nasional maupun

commit to user

internasional, seperti konferensi PBB, pertemuan Negara – Negara APEC, pertemuan Negara – Negara GNB. Selain itu sering dijadikan tempat diselenggarakannya acara penganugerahan, pementasan seni, konsermusik, dan berbagai pameran.

Beberapa fasilitas yang dimiliki JCC antara lain :

- Plennary Halldengan kapasitas 5000 kursi.

- Assembly Hall seluas 3.921 m² yang dapat dibagi menjadi tiga ruang – ruang kecil.

- Dua Exhibition Halls (Hall A seluas 3.060 m², Hall B seluas 5.850 m²).

- 13 Flexible Meeting Rooms dengan ukuran yang berbeda-beda.

- Main Lobbyseluas 5.500m

2

yang bersifat multifungsi.

Ket :

Ruang Pameran

Ruang Pertemuan Gambar II. 4

Denah Jakarta Convention Center (Sumber : www.jcc.co.id)

commit to user

Jakarta Convention Center terdiri atas beberapa hall besar dengan

kapasitas yang cukup besar. Plenary Hall yang berbentuk lingkaran, dapat memuat sampai dengan 5000 tempat duduk, merupakan hall utama. Konsep ruang yang fleksibel, memungkinkan fungsi Plenary Hall untuk diubah sesuai dengan kebutuhan, baik untuk kegiatan konvensi maupun pameran.

Assembly Hall memiliki luas ruang 3.921m2 dapat dibagai menjadi tiga ruangan yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan. Selain itu terdapat dua ruang pameran besar, yaitu Exhibition Hall A dan Exhibition Hall B, dengan luas total 9.585m2, beberapa ruang pertemuan sedang maupun kecil, dan lobby utama dengan luas 5.500m2, yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan acara.

Ket :

Ruang Pameran

Ruang Pertemuan Gambar II. 5

Denah Ruang Pertemuan Jakarta Convention Center (Sumber : www.jcc.co.id)

Gambar II. 6

Interior Jakarta Convention Center (Sumber : www.jcc.co.id)

commit to user

Plenary Hall dirancang sangat fleksibel, dengan kapasitas sampai dengan 5000 orang, mulai dari kegitan konferensi yang bersifat formal, sampai dengan konser musik yang hingar bingar. Dilengkapi dengan peralatan audio video yang canggih termasuk 64 kamera video, dan sistem penerjemah yang dapat mengakomodasi sampai dengan 8 bahasa. Assembly Hall dapat menampung 2500 orang untuk pertemuan dengan tempat duduk, dan 4500 orang untuk acara dengan berdiri. Ruangnya yang fleksibel memungkinkan berbagai kegiatan untuk dilakukan. Mulai dari gala dinner, ruang kelas, fashion show, launching produk, sampai malam penganugerahan.

6. Preseden Sekolah Musik

6.1Pendidikan Musik di Kota Solo :

a. Elfa’s Music School

Elfa’s Music School menyediakan pendidikan piano, keyboard, biola dan tarik suara. Elfa’s Music School merupakan bangunan yang mewadahi kursus musik tetapi hanya berupa rumah penduduk yang disewa sebagai tempat kursus musik. Sehingga untuk memberikan kesan yang berbeda dan untuk menandakan kesan sebagai tempat kursus musik maka pada fasadenya ditambah sebuah board yang bergambar not balok dan microphone sebagai symbol dari tempat kursus musik.

Gambar II. 7

Denah Ruang Assembly Hall JCC (Sumber : www.jcc.co.id)

commit to user

b. Purwa Caraka Music school

 

c. Gilang Ramadhan Studio Drummer

Gilang Ramadhan Studio Drummer terletak di Jl. Abdul Muis no. 91 Setabelan, Solo. Bangunannya berupa ruko yang dibeli. Fasilitas yang ditawarkan berupa kursus drum dari anak – anak usia preschool hingga dewasa.

Purwa Caraka Music School terletak di Jl. MT. Haryono 40 Solo, Banjarsari. Bangunannya berupa rumah yang disewa kemudian diolah pada bagian fasadenya agar tidak tampak seperti bangunan rumah. Untuk menandakan bahwa bangunan tersebut merupakan tempat kursus musik Purrwa Caraka maka disimbolkan dengan penggunaan warna yang

mengcirikhaskan Purwa Caraka Music School. 

Gambar II. 8 Elfa’s Music School (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar II. 9 Purwa caraka Music Course (Sumber : www.kapanlagi.com)

commit to user

Jumlah murid yang mengikuti kursus di Gilang Ramadhan Studio Drummer mencapai 270 orang. Gilang Ramdahan Studio Drummer memiliki 4 ruang kursus, recepsionist, r. pengelola, r. tunggu, musholla, dan toilet.

6.2Pusat Pendidikan Musik di Luar Kota Solo :

a. Sekolah Menengah Musik YMJ (Jakarta)

Sekolah Menengah Musik YMJ adalah sekolah dengan pendidikan formal dimana diperuntukkan bagi siswa sekolah menengah atau setingkat SMA. Sekolah Menengah Musik ini merupakan sekolah yang dibangun di bawah Yayasan Musik Jakarta (YMJ). Sekolah Musik Menengah ini seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada umumnya, hanya saja pembelajaran yang dipelajari mengenai musik. (yayasanmusicjakarta.org)

Gambar II. 12 Yayasan Musik Indonesia

(Sumber :

http://sites.google.com/site/sekolah menengahmusikymj) Gambar II. 10

Recepsionist Gilang Ramadhan Studio Drummer (Sumber : Dokumen Priibadi)

Gambar II. 11 R. Kelas Gilang Ramadhan

Studio Drummer (Sumber : Dokumen Pribadi)

commit to user

Kurikulumnya tidak hanya mempelajari tentang musik tetapi juga mempelajari mata pelajaran standar UAN, akan tetapi presentasinya lebih sedikit disbanding dengan pembelajaran di bidang musik.

Berikut adalah kurikulum di Sekolah Menengah Jakarta :

Fasilitas yang terdapat di Sekolah Musik Jakarta YMJ, diantaranya:

1. 27 Ruang belajar klasikal dan individu

2. Ruang latihan

3. Ruang kegiatan kesiswaan & Outdor Hall

4. Auditorium berkapasitas 300 kursi

5. Perpustakaan seluas 350 M2, lebih dari 1500 koleksi buku dan

audio-visual 6. Workshop Studio 7. Wi-Fi 8. Asrama 9. Kantin 10.Ruang Gamelan Gambar II. 13

Kurikulum Sekolah Menengah Musik YMJ

commit to user

b. Institute Musik Indonesia (IMI)

Institute Musik Indonesia berdiri sejak tahun 2001, IMI merupakan Institusi Musik Kontemporer pertama di Indonesia (institutemusicindonesia.com). Fasilitas yang terdapat di Institut Musik Indonesia, diantaranya adalah :

1. General Class

Seluruh ruang kelas di IMI didesain secara spesifik sesuai dengan kebutuhan masing-masing department/major. Semua dilengkapi

Dokumen terkait