Akta Notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan nilai pembuktian sebagai berikut :75
1. Lahiriah ( Uitwendige Bewijskracht ) Kemampuan lahiriah akta notaris merupakan akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta otentik. Jika dilihat dari luar ( lahirnya ) sebagai akta otentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat akta otentik, maka akta tersebut berlaku sebagai akta otentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta otentik secara lahiriah. Dalam hal ini beban pembuktian ada pada pihak yang menyangkal keontetikan akta notaris yang bersangkutan, baik yang ada pada Minuta dan Salinan serta adanya Awal akta ( mulai dari judul ) sampai dengan akhir akta.
2. Formal (Formale Bewisjskracht) Akta notaris harus memberikan kepastian bahwa sesuatu kejadian dan fakta tersebut dalam akta benar dilakukan oleh Notaris atau diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap pada saat yang tercantum dalam akta sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam pembuatan akta. Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul ( waktu ) menghadap, dan para pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak/ penghadap, saksi dan Notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh Notaris ( pada akta pejabat/berita acara ), dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihak/penghadap ( pada akta pihak ).
3. Materiil (Materiele Bewijskracht) Kepastian tentang materi suatu akta sangat penting, bahwa apa yang tersebut dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap pihakpihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya. Keterangan atau pernyataan yang dituangkan/dimuat dalam akta pejabat ( atau berita acara), atau
75 Habib Adjie I, op.cit., hlm. 72-74.
commit to user
keterangan para pihak yang diberikan/disampaikan di hadapan Notaris dan para pihak harus dinilai benar. Perkataan yang kemudian dituangkan/dimuat dalam akta berlaku sebagai yang benar atau setiap orang yang datang mengadap Notaris yang kemudian/keterangannya dituangkan/dimuat dalam akta harus dinilai telah benar berkata demikian. Jika ternyata pernyataan/keterangan para penghadap tersebut menjadi tidak benar, maka hal tersebut tanggungjawab para pihak sendiri. Dengan demikian Isi akta Notaris mempunyai kepastian sebagai yang sebenarnya, menjadi bukti yang sah di antara para pihak dan para ahli waris serta para penerima hak mereka.
4. Teori Hukum
a. Teori Keadilan John Rawls
John Rawls berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-institusi sosial. Akan tetapi kebajikan bagi seluruh masyarakat tidak dapat mengesampingkan atau menggugat rasa keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan. Khususnya masyarakat lemah pencari keadilan.76 Secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsip-prinsip keadilan dengan menggunakan konsep ciptaannya yang dikenal dengan posisi asli (original position) dan selubung ketidaktahuan (veil ignorance).77
Pandangan Rawls mengenai posisi asli memposisikan adanya situasi yang sama dan sederajat antara tiap-tiap individu dalam masyarakat. Tidak ada pembedaan status, kedudukan atau memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, sehingga satu pihak dengan lainnya dapat melakukan kesepakatan yang seimbang, dimana pandangan tersebut bertumpu pada pengertian ekuilibrium reflektif yang didasari oleh cirri rasionalitas (rationality), kebebasan (freedom) dan persamaan (equality) guna mengatur struktur dasar masyarakat (basic structur of society).
76 Pan Mohammad Faiz, 2009, ls , Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor 1, hlm. 139-140
77 Ibid
commit to user
Konsep selubung ketidaktahuan diterjemahkan oleh John Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi social dan doktrin tertentu, sehingga membutakan adanya konsep atau pengetahuan tentang keadilan yang tengah berkembang. Dengan konsep itu John Rawls menggiring masyarakat untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil
dengan teorinya disebut 78
Teori Keadilan John Rawls menyajikan konsep keadilan yang menggeneralisasikan teori kontrak sosial yang diungkapkan oleh John Locke, Rousseau dan Imanuel Kant ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi.
Beberapa gagasan penting tentang keadilan sebagai fairness antara lain sebagai berikut:
1) Prinsip keadilan bagi struktur dasar masyarakat merupakan tujuan dari kesepakatan.
2) Prinsip keadilan sbagai fairness adalah prinsip yang akan diterima orang-orang yang bebas dan rasional untuk mengejar kepentingan mereka dalam posisi asli (origin position) ketika mendefinisikan kerangka dasar asosiasi mereka.
3) Posisi asli (original position) berkaitan dengan kondisi alam dalam teori tradisional kontrak sosial, yaitu situasi hipotesis yang mengarah pada konsepsi keadilan tertentu. Contoh bentuk keadilan sebagai fairness adalah memandang berbagai pihak dalam situasi awal dan sama-sama netral. Dalam posisi asli ini diasumsikan tak seorangpun tahu tempatnya, posisi/status sosialnya dalam masyarakat, termasuk kekayaannya, kecerdasannya, kekuatannya, dan dalam distribusi asset serta kekuatan alam.
4) Keadilan adalah hasil dari persetujuan dan tawar-menawar yang fair antar individu dalam posisi asli (yang rasional dan sama-sama netral).
78 Ibid
commit to user
5) Keadilan sebagai fairness menolak prinsip utilitas yang menerima struktur dasar hanya karena memaksimalkan keuntungan tanpa mengindahkan efek-efek permanennya pada kepentingan dan hak dasarnya. Hal ini karena prinsip utilitas tidak konsisten dengan konsepsi kerjasama sosial bagi keuntungan bersama.
6) Kerjasama social harus bisa menjamin kepuasan hidup, termasuk dalam hal pembagian keuntungan bagi kelompok/golongan masyarakat yang paling tidak beruntung.
b. Teori Keadilan Hans Kelsen
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak memihak atau tidak berat sebelah. Sehingga keadilan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bersifat adil atau perbuatan yang tidak memihak. Keadilan adalah salah satu dari tujuan hukum selain kemanfaatan dan kepastian hukum. Perwujudan keadilan dapat dilihat dalam ruang lingkup kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dan bernegara.
Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state, berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat menemukan kebahagiaan di dalamnya.79
Pandangan Hans Kelsen ini bersifat positifisme, dimana nilai-nilai keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang mengakomodir nilai-nilai umum, namun pemenuhan rasa keadilan dan kebahagiaan tetap diperuntukkan bagi tiap individu. Lebih lanjut Hans Kelsen mengemukakan keadilan sebagai pertimbangan nilai yang bersifat subjektif walaupun begitu dia beranggapan bahwa suatu tatanan yang adil bukan kebahagiaan bagi setiap perorangan, melainkan kebahagiaan sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin individu dalam arti kelompok yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu yang oleh penguasa atau
79 Hans Kelsen, op.cit ., hlm.7
commit to user
pembuat hukum, dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan yang patut dipenuhi seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan tetapi diutamakan, hal ini dapat dijawab dengan menggunakan pengetahuan rasional, yang merupakan sebuah pertimbangan nilai, yang ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat objektif.80
Dua hak konsep keadilan yang juga dikemukakan oleh Hans Kelsen, yakni pertama tentang keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari cita-cita irasional. Keadilan dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat berwujud suatu kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan suatu konflik kepentingan penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut dapat dicapai melalui suatu tatanan yang memuaskan salah satu kepentingan dengan mengorbankan kepentingan yang lain atau dengan berusaha mencapai suatu kompromi menuju suatu perdamaian bagi semua kepentingan. Kedua konsep keadilan dan legalitas. Untuk menegakkan keadilan diatas dasar suatu yang kokoh dari suatu tatanan sos
legalitas. Konsep keadilan dan legalitas inilah yang diterapkan dalam hukum nasional bangsa Indonesia, yang memaknai bahwa peraturan hukum nasional dapat dijadikan sebagai payung hukum bagi peraturan hukum nasional lainnya sesuai tingkat dan derajatnya dan peraturan hukum itu memiliki daya ikat terhadap materi-materi yang dimuat dalam peraturan hukum tersebut.81 Teori ini digunakan untuk mencari keadilan yang seadil-adilnya terhadap pertanggungjawaban yang dibebankan kepada Notaris yang telah dijatuhi putusan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
80 Log.Cit
81 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.