- Usulan dari organisasi Notaris - Inisiatif dari Majelis Pengawas.
b. Diangkat sebagai pejabat Negara sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (1).
Selain diatur dalam Pasal-pasal dalam Undang-undang Jabatan notaris, pemberhentian Notaris secara tidak hormat juga diatur di dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris yaitu terdapat di dalam Pasal 68, yang isinya:
1) Menteri memberhentikan Notaris dengan Tidak Hormat dari jabatannya dengan alasan:
a. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
b. Berada dibawah pengampuan secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
c. Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan, martabat dan jabatan Notaris dan/atau;
d. Melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan notaris.
2) Pemberhentian dengan tidak hormat dilakukan atas usul MPP kepada Menteri.
3) Majelis Pengawas Pusat dapat menerima laporan dari masyarakat atau usul dari organisasi Notaris serta rekomendasi dari MPD dan MPW terkait dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan secara bertanggungjawab dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Notaris dengan tidak hormat harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan. Di dalam Pasal 70 Undang-undang Jabatan Notaris dijelaskan bahwa:
1) Dalam hal pemberhentian Notaris dengan tidak hormat karena alasan dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekutan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, keputusan pemberhentian Notaris dari jabatannya dan penetapan Notaris lain sebagai pemegang protokol ditetapkan dalam jangka waktu paling
commit to user
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan pengadilan mempunyai kekutan hukum tetap.
2) Penunjukkan Notaris lain sebagai pemegang protokol dan serah terima protokol berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67.
3. Akta Otentik
a. Otentisitas Akta Notaris
Akta adalah suatu surat yang dibuat oleh pejabat umum (notaris) dipergunakan sebagai pernyataan dari suatu perbuatan hukum dan dipergunakan sebagai alat pembuktian 54. Akta otentik ada dua macam, yaitu: 55
1. Akta otentik yang dibuat oleh pejabat atau disebut akta relaas atau akta pejabat (ambtelijke akten).
Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan suatu akta yang memuat atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta, yakni notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Dengan kata lain, akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat oleh notaris.
2. Akta yang dibuat dihadapan notaris atau yang dinamakan akta partij, adalah akta yang berisi suatu keterangan dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan notaris, artinya diterangkan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu atau melakukan perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstantir oleh notaris di dalam suatu akta otentik.
54 M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP pemeriksaan sidang di Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali , Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 564
55 GHS. Lumban Tobing, op.cit., hlm. 51
commit to user
Pada akta partij selalu terdapat kekuatan bukti materiil dan merupakan alat bukti sempurna sebab dalam akta partij kebenaran dari isi akta tersebut ditentukan oleh pihak-pihak dan diakui pula oleh pihak-pihak dan pejabat yang menerangkan seperti yang dilihat, diketahuinya dari para pihak itu.
Sedangkan pada akta Relaas tidak selalu terdapat kekuatan bukti materiil artinya setiap orang dapat menyangkal kebenaran isi akta otentik itu asal dapat membuktikannya, sebab apa yang dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang dikehendaki oleh yang berkepentingan.56 Terhadap hal-hal yang disampaikan kepada notaris, apakah itu mengandung suatu kebenaran atau tidak, hal itu bukanlah kewenangan notaris. Apabila akta notaris itu mengandung kebohongan atau kepalsuan dimana keterangan yang diberikan kepada notaris tidak benar maka akta tersebut tetap dianggap sebagai akta palsu, akan tetapi terhadap Notaris tidak dapat dipersalahkan/dijatuhi pidana bila notaris tidak mengetahui bahwa keterangan yang diberikan padanya adalah tidak benar atau palsu. Dari uraian tersebut,
t pejabat
umum (notaris) terdapat perbedaan pokok antara lain:
1. Pada akta ot jabat umum, inisiatif datang dari pihaknya, pihaknya mengetahui benar tentang hal-hal yang dikemukakan dalam akta (isi akta); sedangkan pada akta otentik yang jabat umum yaitu notaris, notaris tidak pernah memulai inisiatifnya, notaris tidak tahu benar kebenaran dari hal-hal yang dikemukakan oleh kedua belah pihak yang hadir dihadapannya (isi dari akta), ia hanya membantu merumuskan kehendak para pihak.
pejabat umum biasanya disebut juga dengan akta para pihak, dalam hal ini notaris pasif artinya notaris menunggu sampai ia diperlukan oleh pihak lain untuk membuatkan akta. Jadi tidak ia dengan sendirinya tanpa dipanggil membuat akta.
Akta para pihak juga tidak berarti hanya berisikan keterangan dari
56 Abdulkadir Muhammad, op.cit., hlm. 136
commit to user
pihak sematamata saja, melainkan juga berisikan keterangan dari notaris itu sendiri.
pejabat umum terhadap ketiadaan tanda tangan tidak mengakibatkan akta tersebut kehilangan otensitasnya.
Sebagai contoh dalam pembuatan cerita acara rapat umum pemegang saham dalam perseroan terbatas, sering kali orang-orang yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum akta itu ditandatangani, dan oleh notaris cukup hanya menerangkan dalam akta tersebut bahwa para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu dan akta itu tetap merupakan akta otentik. Pada akta yang rusan adanya tanda tangan para pihak adalah untuk mempertahankan otentisitasnya. Jika akta tersebut tidak ditandatangani maka akta tersebut harus diterangkan apa yang menjadi alasan tidak ditandatanganinya akta itu, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau tangannya lumpuh.
Keterangan notaris mengenai hal tersebut adalah sebagai ganti tanda tangan (surrogaat).
Menurut pasal 1868 KUHPerdata bahwa suatu akta otentik dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Secara hukum terdapat dua fungsi akta otentik, yaitu:
1) Untuk menyatakan adanya suatu perbuatan hukum, dengan tidak adanya atau tidak dibuatnya akta dimaksud, maka berarti perbuatan hukumnya tidak terjadi. (Pasal 1682-1683 KUHPerdata)
2) Untuk pembuktian, bahwa dengan tidak adanya atau tidak dibuatnya akta dimaksud, maka berarti perbuatan hukumnya tidak dapat terbukti. (Pasal 150 KUHPerdata)
Akta otentik dapat dibedakan menjadi a
oleh pejabat umum disebut akta pejabat atau relass akta. Akta tersebut merupakan uraian secara otentik tentang suatu tindakan yang dilakukan atau
commit to user
suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pejabat umum yaitu Notaris.57 Dalam akta ini notaris menerangkan atau memberikan kesaksian dari semua yang dilihat, disaksikan dan dialaminya, yang dilakukan oleh pihak lain.
bat umum, disebut dengan partij akta atau akta pihak.58 Akta ini merupakan akta yang berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan pejabat umum (notaris). Artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh orang lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya, contohnya adalah akta ynga memuat perjanjian hibah, jual beli, wasiat, dan lain-lain. Dalam akta partij tercantum keterangan-keterangan dari orang yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta, yang kemudian notaris menyatakan bahwa orang-orang yang hadir itu telah menyatakan kehendaknya, sebagaimana yang dicantumkan dalam akta. Jadi notaris hanya mendengar apa yang dikehendaki oleh kedua belah pihak yang menghadap dan menyatakan atau mewujudkan kehendak para pihak dalam akta. Pada prinsipnya dalam aspek pembuatannya, inisiatif ada pada para pihak untuk membuatnya dan notaris hanya mendengarkan, menyaksikan dan menuangkan dalam perjanjian tersebut.
Undang-undang Jabatan Notaris menentukan bahwa akta notaris harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus dibuat dalam bentuk sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 38 UUJN:
(1) Setiap akta notaris terdiri atas:
a. Awal akta atau kepala akta b. Badan akta
c. Akhir atau penutup akta
(2) Awal akta atau kepala akta memuat:
a. Judul akta b. Nomor akta
c. Jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun
d. Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris
57 Habib Adjie III, op.cit., hlm. 128
58 GHS. Lumban Tobing, op.cit., hlm. 51