• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sirkulasi pada kondisi normal merupakan jalan normal yang berada di permukaan lahan. Wujudnya berupa jalan lingkungan pada lahan. Jalur sirkulasi pada kondisi normal terdiri dari jalan eksisting yang sudah ada pada site, termasuk jalan-jalan melintang yang merupakan ekstensi dari jalan atau gang di luar tanggul, termasuk juga salah satunya Jln. Untung Suropati sebagai akses utama (terbesar) menuju site, satu-satunya yang dapat dilalui mobil atau kendaraan seukuran. Sisanya merupakan jalan lingkungan lebih kecil yang direncanakan dengan berorientasi untuk menunjang akses menuju fungsi-fungsi pada lahan.

Ekstensi Jalan Untung Suropati. Jalan lingkungan menuju ke dermaga penyeberangan perahu

Jalan baru yang disusun dengan orientasi untuk akses ke fungsi-fungsi yang ada.

Jalan-jalan eksisting.

Gambar 5.8

Sirkulasi pada Kondisi Normal Sumber: Dokumentasi Pribadi

commit to user

Jalan lingkungan eksisting merupakan jalan lingkungan dengan lebar antara 2 hingga 3 meter dan hanya digunakan untuk pejalan kaki, sepeda, motor dan gerobag dan memang jalan yang paling besar yaitu perpanjangan Jalan Untung Suropati pada lahan.

Jalan sebagai akses menuju ke titik dermaga perahu penyeberangan dibuat lebih besar karena intensitas user-nya cenderung lebih banyak, tidak hanya penduduk pada lahan tapi juga masyarakat luar.

Jalan lingkungan baru yang direncanakan relatif lebih kecil sekitar 2 meter sebagai akses pedestrian menuju masing-masing fungsi pada lahan.

2. Sirkulasi pada Saat Banjir

Sirkulasi pada saat banjir dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bermukim yanga ada baik pada lingkup kawasan maupun skala yang lebih luas. Konsepnya yaitu dengan memandang bahwa area banjir meupakan perairan, maka jalur sirkulasi ini diibaratkan menyerupai dermaga untuk menghubungkan tepi perairan (dalam hal ini tanggul) dengan fungsi-fungsi yang masih ada pada lahan. Atau dapat dikatakan berwujud flying pedestrian karena posisinya di ketinggian kurang lebih 2,5 meter di atas permukaan banjir dan elevasi banjir rencana.

Gambar 5.9

Ekstensi Jln. Untung Suropati (kiri) dan Jalan Lingkungan Eksisting (kanan)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.10

commit to user

Gambar 5.12

Tata Lahan

Sumber: Dokumentasi pribadi

G. TATA LAHAN

Tata lahan meliputi bagaimanakah tatanan bentukan yang ada pada lahan secara keseluruhan termasuk penataan massa dan pengelolaan landscaping.

Pola dasar tata massa bangunan sedemikian linear dengan diutamakan berorientasi kepada tanggul sebagai daerah aman di luar lahan banjir.

Penataan jalan

menyesuaikan dengan pola tata massa bangunan

“Sisa” lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk fungsi- fungsi outdoor seperi tempat bermain dan communal space serta optimalisasi landscaping.

Pepohonan yang ada di tepian lahan untuk menghambat arus kuat sungai terhadap lahan. Perletakan barrier atau pemecah arus air untuk mengurangi kekuatan arus dan pengarah aliran. Penjarakan terhadap tanggul

sebagai ruang kosong.

Barrier view ke arah Astana Kleco.

Gambar 5.11

Flying Pedestrian pada Desain

commit to user

Gambar 5.13

Susunan Dinding-dinding Unit Hunian Terhadap Kecenderungan Arus Air Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 5.14

Ruang Komunal di Koridor Antar Kelompok Hunian Sumber: Dokumentasi pribadi

Penjelasan:

- Massa rumah sebagai bangunan yang mendominasi lahan disusun linear sejajar arah aliran air. Dinding pada bangunan rumah yang juga diletakkan saling sejajar dengan aliran air juga sejajar satu sama lain seperti membentuk saluran/terowongan air yang terputus-putus.

- Adanya ruang komunal merupakan tambahan dari “sisa” lahan hijau yang merupakan kompensasi dari mengecilnya unit bangunan yang kemudian dapat dimanfaatkan bersama sebagai ruang terbuka untuk resapan air dan vegetasi. Ruang komunal juga muncul dari kurangnya space untuk intensitas interaksi sosial dan tempat bermain. Wujudnya berupa penutupan sebagian are terbuka yang ada dengan grass block sebagai legitimasi ruang, tanpa kemudian mengurangi kemampuan tanah untuk resapan air. ruang komunal juga diselingi dengan vegetasi peneduh dan taman.

- Barrier buatan pada selatan lahan dibuat untuk mendukung pepohonan yang ada sebagai barrier alami, sebagai pemecah air dan juga penahan material bawaan yang ukurannya besar. Wujudnya berupa tiang-tiang struktural berukuran besar yang berjajar dengan jarak tertentu seperti memagari kawasan.

Di samping fungsi teknis, barrier tiang ini secara non teknis dapat juga menunjang landscaping sebagai elemen keras, semacam sculpture, juga bidang- bidangnya dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan ekspresi dan kreativitas anak-

commit to user

Gambar 5.15

Barrier Buatan

Sumber: Dokumentasi pribadi

anak muda dan masyarakat dengan menuangkan karya seni berupa coretan yang menarik atau lukisan.

- Barrier view ke arah Astana Kleco di sebelah utara lahan dapat memanfaatkan pepohonan penyusun landscape yang rindang untuk memblok pandangan.

- Pada tempat bermain dan ruang komunal diselingi oleh taman-taman masyarakat yang berisi tanaman bunga dan vegetasi pengisi lainnya. Keseluruhan lahan yang merupakan area terbuka terutama di sekitar pekarangan hunian berisi ditanami rumput dan juga vegetasi penghias.

H. SISTEM UTILITAS KAWASAN

1. Jaringan Air Bersih

Sistem jaringan air bersih kawasan menggunakan sumber air deep well atau sumur dalam dengan pertimbangan bahwa kawasan tidak difasilitasi jaringan air bersih PDAM. Selama ini memang masyarakat telah menggunakan pompa-pompa sederhana untuk memenuhi suplai air bersih. Distribusinya menggunakan sistem down feed dengan terlebih dahulu air tanah disimpan dalam public water tower atau menara air untuk bersama, kemudian barulah distribusi tanpa menggunakan pompa karena mengandalkan gaya gravitasi menuju ke masing-masing unit. Satu sistem distribusi mencakup sekelompok unit distribusi sehingga pada lahan ada beberapa sistem jaringan air bersih ini.

Gambar 5.16

Skema Satuan Jaringan Air Bersih Sumber: Dokumentasi pribadi

AIR TANAH POMPA TANGKI PENYIMPANAN UNIT DISTRIBUSI UNIT DISTRIBUSI UNIT DISTRIBUSI

commit to user

Dokumen terkait