• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUMSI DASAR PENELITIAN

4. Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle

4.2. Deskripsi Data

4.2.2. Analisis Data Penelitian

4.2.2.1. Content of Policy

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya. Setiap pembentukan perda pasti terdapat kepentingan-kepentingan di dalamnya. Hal itu juga terdapat pada Perda Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana perda ini diciptakan adalah untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran air di Kota Tangerang.

Sebenarnya perda ini merupakan perda baru di lingkungan kota Tangerang, perda ini diberlakukan pada saat ditetapkannya perda yaitu pada tanggal 16 Mei 2013 pada masa kepemimpinan Bapak Wahidin Halim sebagai walikota Tangerang. Perda ini merupakan peraturan di tingkat daerah kabupaten/kota yang diturunkan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kota Tangerang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan karena jaraknya yang dekat dan berbatasan langsung dengan ibukota negara. Sebagai kota metropolitan tentunya Kota Tangerang dihadapkan pada permasalahan lingkungan hidup yaitu tingginya tingkat pencemaran yang disebabkan karena limbah rumah tangga dan limbah industri. Namun, dengan dikeluarkannya perda ini, diharapkan tingkat pencemaran dapat dikendalikan dan dapat diminimalisir.

Berdasarkan temuan peneliti bahwa Perda ini sebenarnya merupakan inisiatif dari Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam membuat peraturan di tingkat daerah didasarkan pada kajian secara umum dan isu yang menjadi temuan penting yaitu kualitas air yang semakin memburuk di kota Tangerang. Perda ini disetujui oleh Walikota Tangerang dan diajukan oleh Walikota kepada DPRD kota Tangerang untuk ditetapkan. Dalam hal ini terlihat DPRD selaku badan legislatif di kota Tangerang hanya mengesahkan rancangan perda ini untuk selanjutnya perda ini di implementasikan oleh pemerintah. Dengan demikian, tidak ada kepentingan dalam pembuatan perda ini serta tidak ada keterlibatan

stakeholders dalam pembuatan perda, karena perda ini hanya dibuat oleh pemerintah sebagai aturan teknis mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Pada tahap implementasi kebijakan, perda ini dilaksanakan oleh semua

stakeholders yang terdapat di kota Tangerang yang terdiri dari tiga pilar, diantaranya pemerintah, swasta dan masyarakat. Pada pilar pemerintah, implementasi perda ini dilakukan umumnya oleh semua SKPD, tetapi berkaitan dengan implementasi di lapangan dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) pada sub bidang perizinan pengolahan limbah cair, dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang pada sub bidang pengendalian limbah. Pada pilar swasta, implementasi perda ini dilakukan oleh semua sektor swasta yang mengambil dan membuang air di lingkungan kota Tangerang yaitu diantaranya, industri kelas atas, menengah dan kecil, hotel dan apartemen, rumah sakit serta berbagai jenis usaha yang berpotensi menghasilkan

limbah. Pada pilar masyarakat, implementasi perda ini dilihat dari pandangan LSM sebagai organisasi masyarakat yang terorganisir dan pengamat lingkungan kota Tangerang.

Pada tahap implementasi perda, terdapat berbagai kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan. Kepentingan yang mempengaruhi ini nantinya akan menjadi peran yang dilakukan oleh masing-masing pilar dalam pelaksanaan perda. Pada pilar pemerintah, kepentingan yang mempengaruhi dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Pelaksana perda ini semua stakeholders yang terdapat di kota Tangerang, karena perda ini berlaku di kota Tangerang. Implementasi perda ini harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab yaitu diantaranya pemerintah daerah, masyarakat, dan badan usaha. Jika di level pemerintah implementasi perda ini secara spesifik dilakukan oleh BLH, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang serta Badan Perizinan. BLH dalam hal ini selaku sebagai badan yang menyelenggarakan fungsi koordinasi implementasi perda ini.” (wawancara

di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 dapat diketahui bahwa pelaksanaan perda ini dilakukan oleh semua stakeholders yang terdapat di kota Tangerang yaitu diantaranya pemerintah, swasta dan masyarakat. Masing-masing pilar tersebut memiliki kewajiban tertentu dalam pelaksanaan perda ini. Pada pilar pemerintah implementasi dilakukan oleh semua SKPD, namun SKPD yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu diantaranya Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang serta Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). Dalam

implementasi perda ini, BLH merupakan instansi pemerintah yang menjalankan fungsi koordinasi kepada semua SKPD.

Pada bidang perizinan, kepentingan yang mempengaruhi adanya implementasi perda ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4

sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Kalau di Perda itu, ada mengenai izin pembuangan limbah cair, kalau di kami di BPMPTSP wewenang kami berdasarkan Perwal tentang pelimpahan kewenangan dari walikota kepada Badan Perizinan yang dilimpahkan dari SKPD teknis ke Bidang Perizinan, hanya terkait izin pembuangan limbah cair.” (wawancara di Ruang Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah di bidang perizinan, bahwasanya BPMPTSP kota Tangerang selaku badan perizinan hanya memiliki kewenangan berdasarkan Perwal tentang pelimpahan kewenangan dari Walikota kepada badan perizinan yang dilimpahkan dari SKPD teknis ke bidang perizinan hanya terkait izin pembuangan limbah cair.

Kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan perda ini juga melibatkan pilar swasta dan pilar masyarakat sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dan mematuhi perda ini. Pilar swasta yang terlibat dalam pelaksanaan perda ini yaitu industri, jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan menengah, hotel, dan rumah sakit serta semua jenis kegiatan yang mengambil dan membuang air di Kota Tangerang. Kepentingan yang mempengaruhi pada pilar swasta dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta, sebagai berikut:

“Dengan adanya perda tersebut, Pemerintah tidak terlalu berlebihan sehingga mempersulit perusahaan dalam produksi.” (wawancara di Kantor Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015 Pukul 12.00 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 dapat diketahui bahwa salah satu kepentingan dari pilar swasta dari adanya implementasi perda ini agar pemerintah selaku para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan tidak terlalu menerapkan aturan yang berlebihan dalam pelaksanaan perda ini, sehingga tidak mempersulit perusahaan dalam melakukan produksinya. Perusahaan mengharapkan pemerintah agar lebih kooperatif dalam hal pelaksanaan perda.

Kepentingan yang mempengaruhi dari adanya implementasi perda ini juga sangat berpengaruh apabila semua pilar yang terlibat dalam pelaksanaan perda mengetahui adanya perda ini sebagai salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah kota Tangerang untuk mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran air, hal yang biasa dilakukan oleh pemerintah sebagai program sebelum pelaksanaan perda yaitu dengan menggunakan pendekatan sosialisasi. Namun kenyataannya, berdasarkan temuan lapangan, ada beberapa pilar swasta yang belum mengetahui adanya perda tersebut. Berikut merupakan hasil wawancara terkait kurang optimalnya sosialisasi perda yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pelaksana kebijakan, sebagai berikut:

I2-3:

“Saya tidak mengetahui tentang adanya perda ini, karena selama ini saya kurang memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Tangerang.” (wawancara di Ruang Tamu Hotel FM 3, 25 November

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-3 sebagai pilar swasta terlihat bahwa sosialisasi perda ini belum berjalan optimal. Sosialisasi perda yang dilakukan pemerintah belum terlihat sampai kepada para pengelola usaha atau kegiatan yang berpotensi membuang limbah dan melakukan pencemaran. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan I2-4 sebagai pilar swasta, yaitu:

I2-4:

“Kalau saya pribadi tidak mengetahui tentang perda tersebut, tetapi yang saya tahu, kami selaku pihak rumah sakit tidak boleh membuang limbah sembarangan.” (wawancara di Kantin RS. Sari Asih Ar-Rahmah, 30 November 2015 Pukul 14.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-4 sebagai pilar swasta terlihat bahwasanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah memang belum menyeluruh dan belum sepenuhnya dilakukan. Sehingga banyak yang belum mengetahui adanya perda tersebut. Dari kedua hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa sektor swasta belum bisa berperan optimal dalam implementasi perda, saat ini sektor swasta hanya mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh karenanya, pilar swasta sangat penting mengetahui adanya perda tersebut terutama jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan menengah yang berpotensi melakukan pencemaran. Belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan mengakibatkan kurangnya pengetahuan para pelaku usaha terhadap perda tersebut.

Pilar masyarakat juga merupakan salah satu pilar yang dilibatkan dari adanya implementasi perda ini. Dalam hal ini peneliti mengambil data penelitian lapangan dengan mewawancarai LSM dan pengamat lingkungan sebagai pilar

masyarakat yang berpengaruh terhadap implementasi perda tersebut. Adanya kepentingan pilar masyarakat merupakan salah satu indikator penting apabila implementasi perda ini ingin sesuai dengan harapan semua stakeholders. Peran masyarakat dalam implementasi perda dapat terlihat hasil wawancara dengan I3-1

sebagai LSM dari pilar masyarakat, sebagai berikut:

“Tentunya saya selaku mitra pemerintah mengharapkan dengan adanya perda ini, semua masyarakat baik masyarakat industri, pengusaha ataupun masyarakat umum mematuhi perda tersebut dan pastinya saya mengharapkan pemerintah konsisten untuk melaksanakan perda tersebut.”

(wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015 Pukul 16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai LSM dari pilar masyarakat terlihat bahwasanya pilar masyarakat memiliki kepentingan agar semua aktor yang terlibat dari implementasi perda ini konsisten untuk melaksanakan dan mematuhi perda tersebut. Dengan demikian, dalam dimensi

Content of Policy yaitu indikator kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, terdapat berbagai kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan perda, kepentingan yang mempengaruhi tersebut diantaranya,

1. Pilar pemerintah, Walikota yang mengajukan rancangan perda, DPRD yang menetapkan perda, BLH sebagai koordinator pelaksana teknis, BPMPTSP sebagai pelaksana perizinan pembuangan limbah cair, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air sebagai pelaksana pembuatan dan perbaikan infrastruktur, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang sebagai pelaksana pengendalian limbah.

2. Pada pilar swasta, kepentingan yang mempengaruhi yaitu bahwa perusahaan, hotel, rumah sakit, jenis usaha kecil dan menengah memiliki kepentingan dalam pelaksanan perda ini tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas produktivitas kerja.

3. Pilar masyarakat menginginkan dengan adanya perda ini, semua stakeholders

yang terdapat di kota Tangerang mematuhi perda dan pemerintah selaku pengambil keputusan harus bertindak tegas dan konsisten dalam pelaksanaan perda.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

Pada point ini Content of Policy berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan. Setiap perda yang dibuat diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi semua pihak, sama halnya dengan pengimplementasian Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Manfaat yang bisa diperoleh dapat berupa manfaat secara langsung ataupun manfaat secara tidak langsung dari adanya perda. Untuk membahas lebih lanjut mengenai manfaat yang diperoleh dari adanya perda ini, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1sebagai pilar pemerintah terkait, sebagai berikut:

“Dari segi perizinan sudah membaik, masyarakat sudah mulai sadar dan peduli lingkungan karena persentase tingkat pencemar sumber air dihasilkan paling banyak dari limbah domestik.” (wawancara di Ruang

Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1sebagai pilar pemerintah terkait manfaat yang telah dihasilkan dari adanya implementasi perda, sebagian besar telah mendatangkan manfaat atau dampak positif sejak perda tersebut ditetapkan. Dari segi perizinan lingkungan sudah membaik dan tingkat peran serta masyarakat terhadap lingkungan telah meningkat. Di sisi lain, manfaat yang telah dihasilkan dari adanya perda ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Sejauh ini dengan adanya perda ini kualitas air baku yang terdapat pada sumber air sudah pulih dan semakin membaik sehingga pencemaran yang ada bisa dikendalikan dengan baik.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, 23 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah terkait manfaat yang telah dihasilkan dari adanya implementasi perda yaitu kualitas air baku yang terdapat pada sumber air sudah membaik dan pencemaran yang terdapat pada berbagai sumber air yang terdapat di kota Tangerang sudah dikendalikan dengan baik.

Di lain pihak, manfaat dari adanya implementasi perda pada pilar swasta dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta sebagai berikut:

“Dengan adanya peraturan tersebut, pemilik perusahaan lebih berhati-hati terutama dalam pengolahan limbah hasil produksi.” (wawancara di Kantor Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015 Pukul 12.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta , manfaat secara tidak langsung yang dihasilkan dari adanya perda tersebut terhadap pilar swasta yaitu pemilik perusahaan selaku penanggung jawab operasional perusahaan lebih berhati-hati dalam pengolahan limbah hasil produksi karena disebabkan adanya pengawasan secara intensif pemerintah terhadap industri yang beroperasi di kota Tangerang. Adanya perda menyebabkan pemilik perusahaan harus mempunya tanggung jawab kepada lingkungan terlebih apabila perusahaan yang dimilikinya terbukti melakukan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karenanya, perda ini memberlakukan sanksi tegas terhadap seseorang atau badan usaha yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan.

Manfaat yang dihasilkan dari adanya implementasi perda ini tidak hanya dirasakan oleh pilar pemerintah dan swasta, akan tetapi kenyataannya, LSM dan pengamat lingkungan sebagai pilar masyarakat merasakan adanya manfaat yang telah dihasilkan dari adanya perda ini di kota Tangerang. Sebagaimana diketahui dari hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, sebagai berikut:

I3-1:

“Jelas dengan adanya perda ini, terjadi perubahan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah terhadap industri meskipun belum keseluruhan, salah satu manfaat dari perda ini berhasil mengantarkan kota tangerang meraih penghargaan lingkungan hidup.” (wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015

Pukul 16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, terdapat manfaat yang telah dirasakan setelah adanya pelaksanaan perda. Manfaat yang bida diperoleh yaitu diantaranya, terjadi perubahan dan perbaikan sarana

lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah terhadap industri, serta perda ini merupakan salah satu indikator keberhasilan kota Tangerang memperoleh penghargaan lingkungan hidup. Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara I3-2 sebagai pilar masyarakat, yaitu:

I3-2:

“Bisa dikatakan perda tersebut merupakan perda baru yaitu tahun 2013, tetapi perda tersebut harus disosialisasikan dan memang sudah berjalan selama dua tahun, sosialisasipun belum berjalan efektif, tetapi pemerintah kota Tangerang saat ini sudah terlihat menjalankan berbagai program berkaitan dengan lingkungan hidup meski belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.” (wawancara di Kediaman Ir. Toto Suharto, MT, 6

Desember 2015 Pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, terlihat bahwasanya meskipun sosialisasi perda belum berjalan efektif, tetapi dampak yang telah dihasilkan dari adanya perda tersebut di kota Tangerang yaitu pemerintah kota Tangerang sudah terlihat menjalankan berbagai program-program terkait kepedulian terhadap lingkungan, namun program-program-program-program yang dibuat belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Dengan demikian, dalam dimensi Content of Policy yaitu indikator jenis manfaat yang bisa diperoleh, terdapat berbagai manfaat yang bisa diperoleh dalam pelaksanaan perda yaitu:

1. Manfaat secara langsung, diantaranya perizinan terkait izin lingkungan sudah membaik, terjadi perubahan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan, dan kualitas air baku yang terdapat pada sumber air sudah pulih dan semakin membaik sehingga pencemaran yang ada bisa dikendalikan dengan baik.

2. Manfaat secara tidak langsung, diantaranya masyarakat sudah mulai sadar dan peduli lingkungan, pemilik perusahaan lebih berhati-hati terutama dalam pengolahan limbah hasil produksi, peningkatan pengawasan pemerintah terhadap industri, dan salah satu manfaat secara tidak langsung dari perda ini yaitu berhasil mengantarkan Kota Tangerang meraih penghargaan lingkungan hidup.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan. Setiap perubahan pasti menginginkan kearah yang lebih baik, begitu pula harapan pemerintah dan masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih baik dari pengimplementasian perda ini. Perubahan yang ingin dicapai dari adanya pengimplementasian perda ini pada pilar pemerintah secara keseluruhan mengharapkan adanya peningkatan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan. Berikut merupakan hasil wawancara terkait perubahan yang ingin dicapai pilar pemerintah terkait adanya pengimplementasian perda, sebagai berikut:

I1-2:

“Perubahan yang dikehendaki yaitu tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah berbahaya langsung ke sumber air.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pengawasan dan

Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 30 November 2015 Pukul 10.31 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah, perubahan yang diinginkan dari adanya implementasi perda berkaitan dengan upaya menumbuhkan peran serta masyarakat yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, hal yang harus dilakukan oleh masyarakat yaitu tidak membuang limbah berbahaya langsung ke sumber air. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan perda, mengingat masyarakat merupakan aktor penting dalam pelaksanaan perda ini. Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah terkait perubahan yang diinginkan dari adanya pelaksanaan perda, yaitu:

I1-3:

“Perubahan yang diinginkan dengan adanya perda ini kuantitas air dan kualitas air semakin membaik.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, 23 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah yaitu Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air terkait perubahan yang diinginkan dari adanya implementasi perda yaitu secara keseluruhan terjadi perbaikan kuantitas dan kualitasd air. Berbeda dengan hal itu, derajat perubahan yang ingin dicapai oleh I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

I1-5:

“Secara teknis, perubahan yang diharapkan yaitu rendahnya atau adanya penurunan pencemaran air di Kota Tangerang serta masyarakat semakin sadar terhadap lingkungannya.” (wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah di bidang pengendalian pencemaran air terlihat bahwasanya perubahan yang ingin

diperoleh dari adanya pelaksanaan perda yaitu menurunnya tingkat pencemaran air dan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Perubahan yang ingin dicapai pada dasarnya pilar pemerintah menginginkan implementasi perda tersebut didukung oleh semua stakeholders dengan meningkatkan kepedulian dan peran serta semua masyarakat baik pemerintah, swasta, dan masyarakat yang ada di kota Tangerang terhadap lingkungan agar kuantitas dan kualitas air semakin membaik serta pencemaran dapat diminimalisir.

Perubahan yang ingin dicapai oleh pilar pemerintah berkaitan dengan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perubahan tersebut. Derajat perubahan yang ingin dicapai dari adanya pengimplementasian perda ini sudah seajauhmana dapat dirasakan. Perubahan yang telah dirasakan dari adanya pengimplementasian perda ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, sebagai berikut:

“Banyak perubahan yang terjadi setelah adanya perda ini, jika dilihat dari sisi internal pemerintah, saat ini para SKPD sudah mempunyai payung hukum terutama BLH dalam melakukan tindakan yang berkaitan dengan seseorang atau badan usaha yang membuang limbah langsung ke sumber air, jika dilihat dari lingkungan saat ini banyak dibangun IPAL disekitar lingkungan masyarakat, banyak program-program dari pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan, pemantauan kualitas sumber air, dan salah satunya prestasi kota Tangerang dalam memenangkan piala Adipura.”

(wawancara di Kediaman Ir. Toto Suharto, MT, 6 Desember 2015 Pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, terlihat perubahan-perubahan yang terjadi dan dirasakan dengan adanya pengimplementasian perda ini yang dirasakan oleh pilar masyarakat yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Badan Lingkungan Hidup Kota

Tangerang telah mempunyai legitimasi hukum dalam melakukan penindakan terhadap seseorang atau badan usaha yang membuang limbah langsung ke sumber air atau melakukan kerusakan terhadap sumber daya air di Kota Tangerang. Dengan adanya perda tersebut, saat ini kota Tangerang mempunyai peraturan di tingkat daerah yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan semua stakeholders di kota Tangerang. Selain itu, perubahan yang telah dirasakan dengan adanya pengimplementasian perda tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu banyak dibangun sarana dan prasarana lingkungan seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang banyak terdapat di kota Tangerang, banyak program-program pemerintah yang berkaitan dengan

Dokumen terkait