• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang

mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan

subjek-commit to user

xxxii

subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19).

b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22).

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

2. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali

commit to user

xxxiii

informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna: a.menggali informasi baik administrasi maupun akademis

b.mengecek pemahaman siswa

c.membangkitkan respon kepada siswa

d.mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e.mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g.untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa h.untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat menimbulkan keinginan untuk bertanya.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut: a. observasi (observation)

b.bertanya (questioning)

c. mengajukan dugaan (hyphotesis) d.pengumpulan data (data gathering) e. penyimpulan (conclussion)

Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

commit to user

xxxiv

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain: a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun) b.mengamati atau melakukan observasi

c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel, dan karya lainnya.

d.mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas, semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.

5. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam 14

commit to user

xxxv

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-lain.

7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.

Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis besarnya antara lain:

a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

commit to user

xxxvi

c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok) e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

f. melakukan refleksi di akhir pertemuan g. melakukan penilaian autentik

(Nurhadi, 2004: 103-106) Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:

a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali

pengetahuan awal siswa

b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan menyimpulkan data

c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui

kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar

d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki kelebihan antara lain:

a. meningkatkan akademik siswa

b. siswa menjadi lebih aktif c. siswa praktik, bukan menghafal d. siswa dilatih untuk berfikir kritis

e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama

b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok

c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya

commit to user

xxxvii

Dokumen terkait