commit to user
i
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP
SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
IKA NUGRAHA FITRIANA NIM K3306007
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP
SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN
2009/2010
Oleh :
Ika Nugraha Fitriana K 3306007
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan IlmuPengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001
Dosen Pembimbing II
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Tri Redjeki, M.Si ...
NIP. 19510601 197603 2 004
Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, Apt., M.Si ... NIP. 19490317 197603 1 002
Anggota I : Prof. Dr. Ashadi ...
NIP. 19510102 197501 1 001
Anggota II : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ... NIP. 131 472 285
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
v
ABSTRAK
Ika Nugraha Fitriana. K3306007. STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL
DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP
TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (3) Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2×2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IA RSBI 1 dan XI IA RSBI 6 semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran
2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif dan kreativitas. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL
menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid. Hal ini
ditunjukkan pada kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dengan rata-rata selisih nilai kognitif 50,733 dan afektif 111,808, sedangkan kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082 dan afektif 103,794. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung>Ftabel yaitu 4,43 > 3,978 untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif dengan harga Fhitung > Ftabel yaitu 12,962> 3,978. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978).
Kata kunci: CTL (Contextual Teaching and Learning), laboratorium riil,
commit to user
vi
ABSTRACT
Ika Nugraha Fitriana. K3306007. A COMPARATIVE STUDY OF REAL
LABORATORY WITH VIRTUAL LABORATORY IN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT
VIEWED FROM STUDENT’S CREATIVITY ON SUBJECT MATTER COLLOIDAL SYSTEM AT SECOND GRADE AT EVEN SEMESTER IN SMA NEGERI 1 CILACAP ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.
The aims of this research to knows: (1) The influence of implementation CTL by using real laboratory and virtual laboratory toward learning achievement on subject matter colloidal system. (2) The influence of creativity level toward student’s achievement on subject matter colloidal system. (3) The interaction between CTL by using real laboratory and virtual laboratory with student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system.
This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI Science RSBI 1 and XI Science RSBI 6 in State Senior High School 1 Cilacap in 2009/2010 period. Sampling technique is used Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and questionnaire method to measure affective achievement and creativity. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors test to analyze normality, Bartllet test to analyze homogeneity and continued with double comparative test that use Scheffe method.
Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s achievement of CTL by using real laboratory is higher than student’s achievement of CTL by using virtual laboratory on subject matter of colloidal system. It can be shown that CTL by using real laboratory class has average cognitive point difference 50,733 and affective 111,808, while CTL by using virtual laboratory class has
average cognitive point difference 44,082 and affective 103,794. (2) The
achievement of the students which have high creativity is higher than the students which have low creativity on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs > Ftable is 4,43 > 3,978for cognitive achievement and 12,962> 3,978 for affective. (3) There is no interaction between CTL by using real laboratory and CTL by using virtual laboratory with the student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs(0,3) < Ftable(3,978) for cognitive achievement and Fobs(0,00976) < Ftable (3,978) for affective.
commit to user
vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan sungguh-sungguh urusan yang lain”
(QS. Al-Insyirah: 6-7)
“…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’d : 11)
“Confusion is the biggest enemy of good thinking. Simplicity is the key. When thinking is clear and simple, it becomes more enjoyable and more effective”
(Edward de Bono)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
M akalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:
• Alm Bapak, semoga aku bisa membanggakanmu
• I bu t ercint a at as segala doa yang t ak pernah t erput us, cint a, kasih sayang dan pengorbanannya demi sebuah cit a-cit a
• Adikku yang senant iasa memberi semangat dan doa
• M y dear, yang selalu memberikan dukungan, bant uan, dan semangat unt uk selalu opt imis
• Teman-t eman Wisma en_en yang selalu menemani dalam keadaan senang dan sedih
• Teman-Teman K imia’06 dan Almamat er
• Sahabat -sahabat ku yang selalu memberi mot ivasi
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Hanya karena rahmat dan hidayah-Nya,
penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.
3. Dra. Tri Redjeki, M.S, Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Haryono, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan
P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Prof. Dr. Ashadi, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam
penyusunan Skripsi ini.
6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
7. Drs. Tri Winarso, M.Ed., Selaku Kepala SMA Negeri I Cilacap yang telah
mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Ani Parwati, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri I Cilacap
yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga
commit to user
x
10.My dear, Evan yang telah membantu baik material maupun spiritual dari awal
hingga akhir Skripsi ini.
11.Sahabat-sahabatku (Hezty, Yayiek, Dee, Nichen) yang selalu memberi semangat
untuk maju.
12.Teman-teman Kimia angkatan ’06 terimakasih untuk segala dukungan,
persahabatan dan bantuannya.
13.Teman-teman Wisma en_en (Ria, Nichen, Chandra, Santi, Fitri)
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Surakarta, Agustus 2010
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN... ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vii
MOTTO ... ix
PERSEMBAHAN ... xi
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah……… 4
C. Pembatasan Masalah………... 5
D. Perumusan Masalah……… 5
E. Tujuan Penelitian……… 6
F. Manfaat Penelitian……… 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka……….. 8
1. Studi Komparasi ... 8
2. Belajar dan Pembelajaran………... 8
3. Contextual Teaching and Learning (CTL)……... 11
a. Definisi CTL... 11
commit to user
xii
4. Laboratorium ... 17
a. Laboratorium Riil ... 17
b. Laboratorium Virtual ... 18
5. Prestasi Belajar ... 20
a. Ranah Kognitif ... 21
b. Ranah Afektif ... 22
c. Ranah Psikomotorik ... 22
6. Kreativitas ... 23
a. Definisi Kreativitas... 23
b. Ciri-ciri Kreativitas... 24
c. Pengukuran Kreativitas... 26
7. Materi Sistem Koloid ... 26
a. Sistem Koloid ... 27
b. Sifat-sifat Koloid ... 29
1) Efek Tyndall ... 29
2) Gerak Brown ... 30
3) Muatan Koloid ... 31
4) Koagulasi ... 32
5) Koloid Pelindung ... 34
6) Dialisis ... 34
7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob ... 35
c. Pengolahan Air Bersih ... 37
d. Pembuatan Sistem Koloid ... 39
B. Hasil Penelitian Yang Relevan……… 40
C. Kerangka Berfikir……… 43
D. Hipotesis………...……… 47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
B. Metode Penelitian ... 48
commit to user
xiii
D. Populasi dan Sampel... 50
1. Populasi ... 50
2. Sampel ... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ... 51
1. Metode Tes ... 51
2. Metode Angket ... 51
F. Instrumen Penelitian ... 51
1. Instrumen Penilaian Kognitif ... 51
a. Uji Validitas ... 51
b. Uji Reliabilitas ... 53
c. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 54
d. Daya Pembeda Soal... 55
2. Instrumen Penilaian Afektif ... 56
a. Uji Validitas ... 57
b. Uji Reliabilitas ... 57
3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa ... 59
a. Uji Validitas ... 59
b. Uji Reliabilitas ... 60
G. Teknik Analisis Data ... 61
1. Uji Prasyarat ... 61
a. Uji Normalitas ... 61
b. Uji Homogenitas ... 62
2. Pengujian Hipotesis ... 62
3. Analisis Variansi Dua Jalan ... 62
4. Uji Komparasi Ganda ... 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 68
1. Data Nilai Kreativitas Siswa ... 68
2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid ... 70
commit to user
xiv
4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid ... 71
B. Hasil Penelitian ... 73
1. Uji Normalitas ... 73
2. Uji Homogenitas ... 74
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 75
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 75
2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ... 78
a. Aspek Kognitif ... 78
b. Aspek Afektif ... 79
E. Pembahasan ... 80
1. Pengujian Hipotesis Pertama... ... 80
a. Aspek Kognitif ... 81
b. Aspek Afektif ... 83
2. Pengujian Hipotesis Kedua... ... 84
3. Pengujian Hipotesis Ketiga... ... 85
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Implikasi ... 88
C. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi...………….... 27
Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid ……….………... 28
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20.
Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob...…….
Desain Penelitian: Faktorial 2x2...
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian
Kognitif...
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian
Kognitif...
Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal...
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal...
Skor Penilaian Afektif...
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif...
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif...
Skor Penilaian Kreativitas...
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas...
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas...
Notasi dan Tata Letak Data...
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama...
Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa
antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada
Materi Sistem Koloid...
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian...
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif
Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Pada Materi Sistem Koloid...
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi
commit to user
xvi Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
Tabel 27.
Tabel 28.
Tabel 29.
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai
Kognitif………...….
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif………….
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif……..
Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif...
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama Aspek Kognitif………..…..
Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif………..
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama Aspek Afektif………...…....
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif..
73
74
75
76
76
76
77
78
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ciri-ciri Kreativitas Ditinjua Secara Kognitif dan Afektif... 24
Gambar 2. Suspensi... 28
Gambar 3. Koloid... 28
Gambar 4. Parfum... …. 29
Gambar 5. Beberapa Produk Kosmetik……….. ……… 29
Gambar 6. Larutan Sejati... ... 29
Gambar 7. Sistem Koloid... ………… 29
Gambar 8. Gerak Brown………. 30
Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat ... 30
Gambar 10. Adsorbsi Ion-Ion dalam Air...……….. 31
Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana... 32
Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit... 33
Gambar 13. Dialisis...……… 34
Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah... 35
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil...………
Susunan Alat Penyaring Air Sederhana...
Bagan Pengolahan Air Bersih...
Bagan Kerangka Berpikir...
Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem
Koloid...
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem
Koloid...
Histogram Perbandingan Nilai Afektif antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem
Koloid………. 36
38
38
46
69
71
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...… 92
Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22.
Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…….
Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif...…….…
Instrumen Penilaian Kognitif..……….…
Kunci Jawaban Instrumen Kognitif.……….…
Lembar Jawaban……….…..
Kisi-kisi dan Indikator Angket Afektif……….…
Angket Aspek Afektif……….….….
Kisi-kisi dan Indikator Instrumen Kreativitas…….…….
Angket Kreativitas Siswa……….…………
Colloid Experiment’s Guide (Petunjuk Praktikum
Koloid)………..
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf
Kesukaran Soal Penilaian Kognitif...
Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Aspek
Afektif...
Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen
Kreativitasa...
Data Induk Penelitian...
Distribusi Frekuensi Data Kreativitas...
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif...
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif...
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas
commit to user
xix Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33. Lampiran 34. Lampiran 35. Lampiran 36. Lampiran 37. Lampiran 38. Lampiran 39. Lampiran 40.Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas
Tinggi...
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas
Rendah...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Rendah Kelas Eksperimen I...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Rendah Kelas Eksperimen II...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas
Tinggi...
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas
Rendah...
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa...
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa Ditinjau dari
Kreativitas...
Uji Homogenitas Antar Sel (Kognitif)...
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa...
commit to user
xx Lampiran 41.
Lampiran 42.
Lampiran 43.
Lampiran 44.
Lampiran 45.
Lampiran 46.
Lampiran 47.
Lampiran 48.
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa Ditinjau dari
Kreativitas...
Uji Homogenitas Antar Sel (Afektif)...
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif)...
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif)
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif)...
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Afektif)..
Media Laboratorium Virtual...
Dokumentasi Penelitian...
176
177
178
182
184
188
190
commit to user
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang harus segera
diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak
terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran di
kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa
suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Keberhasilan proses pendidikan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi
pemanfaatan prinsip-prinsip pembelajaran seperti pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran. Hal ini harus dimanfaatkan secara optimal supaya mampu
mengembangkan semua unsur internal yang dimiliki peserta didik secara lebih
intensif.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan hendaknya mengacu pada empat
pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang terdapat dalam buku
Learning: The Treasure Within yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know),
belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), belajar untuk
menjadi seseorang/pribadi (learning to be), dan belajar untuk menjalani kehidupan
bersama (learning to live together). Jadi, pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi
berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa (Syafaruddin, 2002: 3).
Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan di Indonesia hanya bersifat satu
arah berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa yang menitikberatkan pada
penguasaan materi dan belum menuju pada aspek kecakapan hidup (life skill
oriented) sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal
fakta-fakta dalam jangka pendek. Belajar akan lebih bermakna jika anak
‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga
diperlukan konsepsi pembelajaran yang bisa meghadirkan situasi belajar yang
bermakna bagi siswa. Hal ini akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya
untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
commit to user
xxii
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan kearah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan
hidup atau life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi dari
pendekatan tersebut adalah guru bersama siswa bekerja dan mengalami
pengetahuan yang dipelajari, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana
mencapainya (Nurhadi, 2004: 41).
Metode praktikum di laboratorium riil merupakan suatu bentuk pengajaran
yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin yang
bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam
keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Dalam metode ini siswa dapat
aktif melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan
menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari
teori yang dipelajarinya.
Dalam melaksanakan praktikum, siswa juga dapat melakukannya dengan
cara laboratorium virtual. Karakteristik laboratorium virtual adalah program yang
berisi alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat riil. Para siswa diajak
untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back
segera pada siswa dalam bentuk programmed instruction. Pada laboratorium virtual
siswa dapat melaksanakan percobaan sendiri secara bebas,tanpa ada rasa takut salah
berdasarkan petunjuk praktikum yang ada, bahkan siswa dapat mengembangkan
sendiri dari petunjuk praktikum yang ada (Mujiyono, 2005: 13).
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial
commit to user
xxiii
yang tepat. Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya. Kreativitas juga sangat dibutuhkan saat siswa melakukan praktikum
untuk mengeksplor kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian baik perubah
di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif yang berperan penting dalam pembelajaran.
Di dalam pelajaran kimia SMA, terdapat suatu materi yang penting untuk
diajarkan karena berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu materi sistem
koloid. Pada materi ini dibahas mengenai perbedaan antara sistem koloid dan sistem
dispersi lainnya, sifat-sifat koloid, pengaruh dari sifat-sifat koloid dan berbagai cara
untuk membuat partikel koloid dalam dunia industri. Dengan mempelajari materi ini
siswa mendapatkan pengetahuan yang luas, bahkan manfaatnya menjadi lebih
apabila siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi
sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan percobaan-percobaan yang
berkaitan dengan materi sistem koloid. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif
menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka dalam materi pokok
koloid (Gebi dan Siti, 2007: 2).
Dalam proses penyampaian materi pelajaran kimia yang dijumpai di SMA
Negeri 1 Cilacap masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru
sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa pada umumnya mendengarkan,
membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam
tidak kuat. Selain itu keterbatasan laboratorium dan waktu terkadang memaksa siswa
untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat menimbulkan masalah
dalam peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan
prestasi serta kreativitas siswa, diperlukan suatu pengembangan pendekatan, metode,
maupun media pembelajaran. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya pendekatan
yang berimplementasi pada kehidupan nyata. Pendekatan CTL yang dikombinasikan
dengan metode praktikum dan berbantuan media komputer akan membantu siswa
untuk lebih mudah memahami dan menanamkan konsepnya dalam kehidupan
commit to user
xxiv
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul:
“Studi Komparasi Laboratorium Riil dengan Laboratorium Virtual pada
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar
Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester
Genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem
koloid?
2. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual sesuai untuk materi pokok sistem koloid materi pokok sistem koloid?
3. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium virtual?
4. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual berpengaruh terhadap aspek kognitif ataukah aspek afektif siswa?
5. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
siswa?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi
commit to user
xxv 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri
1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan
menggunakan metode praktikum, yaitu dengan melaksanakan praktikum di
laboratorium dan laboratorium virtual.
3. Media pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam laboratorium riil adalah peralatan
dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum koloid (alat dan bahan yang
dibutuhkan selengkapnya terdapat pada hal.124-131), sedangkan pada
laboratorium virtual digunakan software laboratorium virtual yang berisi
praktikum koloid.
4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok sistem koloid yang mencakup
penggolongan koloid, sifat-sifat koloid, dan pembuatan koloid.
5. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif. Aspek psikomotor tidak dapat dibandingkan karena
instrumen yang digunakan pada kedua variabel berbeda.
6. Kreativitas Siswa
Kreativitas siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
7. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dilihat dari
prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah pada materi
pokok sistem koloid.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat
commit to user
xxvi
1. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi belajaran dengan pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan
laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid?
2. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan
CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok sistem koloid.
2. Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem
koloid.
3. Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
sistem koloid.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang
teori pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan laboratorium riil dan virtual
pada materi pokok sistem koloid.
2. Manfaat praktis:
a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar di
commit to user
xxvii
yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar
mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai
kompetensi yang optimal.
b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi metode
dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
c. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian pembelajaran CTL
commit to user
xxviii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Studi Komparasi
Studi berasal dari kata “to study”, yang berarti belajar atau mempelajari.
Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Sedangkan komparasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Suharsimi Arikunto
(2006: 268) menyebutkan bahwa komparasi yaitu perbandingan dua atau tiga
kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Aswarni Sujud mengemukakan
bahwa “Penelitian Komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide,
kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja”
(Suharsimi Arikunto, 2006: 267).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi
adalah bentuk penelitian yang membandingkan antara beberapa variabel atau
kejadian yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan atau
persamaannya.
2. Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan
belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan
sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.
a. Pengertian Belajar
Penjelasan belajar menurut beberapa ahli antara lain:
1) Gestalt menerangkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau
perubahan insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks),
harapan-harapan atau pola berpikir. Teori ini memungkinkan guru untuk melihat
seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya (Ratna Wilis
Dahar, 1989: 20).
commit to user
xxix
2) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikologi, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53).
3) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9)
4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5).
5) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2003: 5).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan
lingkungannya.
b. Teori-teori Belajar
1) Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf.
Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin
meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan
commit to user
xxx 2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner
Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel
Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar
dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar.
4) Teori Belajar menurut Gagne
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada
lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, (b)
belajar kontiguitas, (c) belajar operant, (d) belajar observasional, dan (e) belajar
kognitif.
(Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18).
c. Pengertian Pembelajaran
Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan
belajar mengajar (H.J.Gino,dkk , 1996: 32).
2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba
menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan
(Slameto, 2003: 32).
3) Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi,
yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar
dengan siswa sebagai subyek pokok (Sardiman, 2001: 14).
commit to user
xxxi
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri belajar. Ciri-ciri
interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana,
ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru
sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian
tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2001: 16-17).
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen antara lain:
a) Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau
ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh
lulusan dalam suatu mata pelajaran.
b) Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang
harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau
ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran.
c) Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon
yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan
bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
d) Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk
menguasai kompetensi dasar.
(Depdiknas, 2003: 27-30)
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) a.Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi
dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual
merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di
subjek-commit to user
xxxii
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan
konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19).
b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni :
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22).
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
2. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’.
Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian
commit to user
xxxiii
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna:
a.menggali informasi baik administrasi maupun akademis
b.mengecek pemahaman siswa
c.membangkitkan respon kepada siswa
d.mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e.mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g.untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h.untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara
siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas
bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat
menimbulkan keinginan untuk bertanya.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya.
Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut:
a. observasi (observation)
b.bertanya (questioning)
c. mengajukan dugaan (hyphotesis)
d.pengumpulan data (data gathering)
e. penyimpulan (conclussion)
Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang
commit to user
xxxiv
pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan
untuk memecahkan masalah tersebut.
Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain:
a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun)
b.mengamati atau melakukan observasi
c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel,
dan karya lainnya.
d.mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien lain.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana
caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara
mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat
belajar (learning community).
Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan
antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas,
semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai
mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya,
baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru
melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Pemodelan (Modelling)
Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu,
commit to user
xxxv
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh
mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai
model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi
yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan
respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima,
dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.
Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan
lain-lain.
7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian
ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun
psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada
sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama
kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh
aspek.
Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis
besarnya antara lain:
a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
commit to user
xxxvi
c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok)
e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran
f. melakukan refleksi di akhir pertemuan
g. melakukan penilaian autentik
(Nurhadi, 2004: 103-106)
Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur
belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:
a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali
pengetahuan awal siswa
b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan
hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan
menyimpulkan data
c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui
kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar
d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi
dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki
kelebihan antara lain:
a. meningkatkan akademik siswa
b. siswa menjadi lebih aktif
c. siswa praktik, bukan menghafal
d. siswa dilatih untuk berfikir kritis
e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah
Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu:
a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama
b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu
sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok
c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya
commit to user
xxxvii
4. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan percobaan dan
penelitian, dapat berupa ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam
pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana
percobaan dan penelitian dilakukan.
Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari dan berusaha
memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Oleh karena itu
dalam pelajaran IPA, siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi harus melakukan
kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu
yang dipelajarinya.
Laboratorium IPA adalah sebuah tempat dimana guru dan siswa melakukan
percobaan dan penelitian. Jadi laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi
dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum. Di
laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli
maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara mempelajari IPA sebagaimana
seharusnya.
a. Laboratorium Riil
Menurut Mujiyono (2005: 14) laboratorium riil adalah laboratorium tempat
khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan
percobaan/praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami
diantaranya:
1) Pengenalan Alat
Laboratorium riil dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau
siswa untuk memegang secara langsung.
2) Pengamatan
Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang
dihadapinya melalui penglihatan.
3) Percobaan
Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum
commit to user
xxxviii
Laboratorium riil yang diterapkan pada materi pokok sistem koloid memiliki
kelebihan antara lain:
1) Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan
mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium.
2) Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen koloid merupakan
bahan-bahan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
berbahaya sehingga membantu siswa mempermudah dalam memahami
konsep materi yang dipelajari.
3) Meningkatkan ketrampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat.
Materi koloid juga mempelajari tentang aplikasi koloid dalam bidang industri
seperti industri makanan, sehingga dengan adanya eksperimen di
laboratorium riil dapat meningkatkan ketrampilan siswa untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kekurangan laboratorium riil:
1) Tidak dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.
2) Eksperimen hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang kembali.
3) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan eksperimen di
laboratorium.
b. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program
(software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dari kecanggihan yang
ditunjukkan komputer yang selanjutnya dikenal dengan Computer Assisted
Instruction (CAI). CAI adalah suatu bagian/segmen pelajaran disampaikan dengan
media komputer. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan
merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk Programmed
Instruction.
Menurut Oemar Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan
suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi
secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan
sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan
kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
commit to user
xxxix
Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, untuk
direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan
komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan
komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta
didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman
siswa.
1) Pengenalan Alat
Dalam mengenalkan alat siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena
siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam pengenalan alat
untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah.
Karakteristik laboratorium virtual dapat disebutkan sebagai berikut:
a. berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaiman alat-alat riil
b. dapat dirangkai menjadi puluan percobaan atau desain teknologi sederhana
c. sangat mudah dioperasikan, satu komputer dioperasikan oleh satu siswa
d. dalam program ini aktivitas 100 % di tangan pemakai, pemakai bebas
melakukan eksplorasi/eksperimen.
2) Pengamatan
Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati:
a. bekerja secara mandiri
b. umpan balik dilakukan secara baik oleh respon alat maupun dari guru
c. siswa dapat mencoba-coba dan melihat kejadian yang terjadi.
3) Percobaan
Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut
salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat
mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada.
Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok sisten koloid
antara lain:
1) Dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.
2) Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar
commit to user
xl
3) Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki
waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi koloid yang lain.
Beberapa kekurangannya antara lain:
1) Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara
langsung/nyata.
2) Ketrampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor.
3) Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis
dengan kondisi di dunia nyata.
5. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi. Hasil
kegiatan dapat memberikan gambaran tentang prestasi hasil belajar dari peserta
didik. Zainal Arifin (1989 : 2-3) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari
bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi
“prestasi” yang berarti “hasil usaha”.
Prestasi adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud disini adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidkan atau latihan tertentu ini
biasa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan
maksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa
yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berupa angka.
Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk
perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi
belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar
ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan.
Menurut Slameto (2003: 93) ada lima kemampuan manusia yang
merupakan hasil dari belajar, yaitu :
a. ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting
b. strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
commit to user
xli
c. informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
d. keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah
e. sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
dimiliki seseorang.
Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama.
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar
individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain:
motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan
faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.
Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan
hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan
menggulirkan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada sekitar
tahun 2006 dimulai dari beberapa sekolah. Dengan sistem ini diharapkan penilaian
tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah
psikomotor dan afektif. Hal ini selaras dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas
Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas
dan ujian meliputi aspek atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir
berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor,
dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut
merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut
merupakan hasil belajar.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi
kemampuan menghafal, menerapkan, menganalisis, dan mensistesis serta
mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan
menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan.
Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke
berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran
commit to user
xlii
karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya
(Depdiknas, 2003:1)
b. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi dan nilai (Nana Sudjana, 1989:29). Pemikiran atau perilaku harus memiliki
dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini
melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan
target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan
lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu
sebagian orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang
lain. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang
dengan pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila
intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif
berada dalam suatu skala yang kontinum.
Target mengacu pada objek, aktifitas atau ide sebagai arah dari perasaan.
Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pengajara. Tiap unsur ini bila merupakan target dari
kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun
kadang-kadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003: 5).
c. Ranah Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan
aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain
sebagainya (Nana Sudjana, 1989:31). Aspek psikomotorik sering disebut juga
dengan aspek keterampilan. Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di
laboratorium, aspek keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada
keterampilan dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat,
keterampilan kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Zainal
Arifin, 1989 : 197).
commit to user
xliii
Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa /
praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai
teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan,
pengumpulan data, klasifikasi data, generalisasi data, meramalkan, dan
menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah
menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan terhadap
aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang dilakukan
langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja di
laboratorium.
6. Kreativitas
a. Definisi Kreativitas
Guilford dalam Utami Munandar (1999: 65) kreativitas adalah berpikir
divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir
kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Conny Semiawan
(1988: 66) mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri
manusia yang paling hakiki di dalamnya melibatkan kemampuan berasional,
kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan berimajinasi,
berintuisi dan berfantasi. Arasten (1976) dalam Utami Munandar (1999: 65)
mengibaratkan kreativitas sebagai benih bagi tanaman, ovum bagi bayi. Melalui
kreativitas dimungkinkan dihasilkan ilmu serta seni dalam waktu dan jumlah tak
terbatas.
Moreno dalam Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara
kreativitas dengan penemuan yaitu ”yang penting dalam kreativitas itu bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan
bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak
harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain”. Dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada
commit to user
xliv
b. Ciri-ciri Kreativitas
Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif.
Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitide dan non aptitude dari kreativitas (Utami
Munandar, 1999: 88-93).
[image:44.612.139.514.185.462.2]
Gambar 1. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif
Dalam gambar di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas
adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude
meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleng kemajemukan,
mapu mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Rasa ingin tahu mencakup selalu
terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam
pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan
hal-hal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan
khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk
mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih
tertarik pada