perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011)
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Kimia
Oleh :
ANITA DWI PUSPITASARI S 831002006
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hidup adalah perjuangan
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini
Sebenarnya kegagalan yang paling besar adalah apabila kita tidak pernah mencobanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:
1. ALLAH S.W.T, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
2. Drs.Mujiyono, M.S.I. dan Sri Sulastri, S.Pd terima kasih atas doa dan
dukungannya
3. Suami tercintaku yang selalu setia mendampingiku, terima kasih atas doa,
dukungan dan perhatiannya
4. Anakku, Farrel Muhammad Mumtaz, terima kasih atas dukungannya
5. Saudara-saudaraku Terima kasih atas semangatnya
6. Teman-teman Pendidikan Kimia Pascasarjana UNS angkatan februari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Nama : Anita Dwi Puspitasari
NIM : S831002006
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN
KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI
SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA” (Studi Kasus pada Materi
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman
Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Juni 2011
Yang Membuat Pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:
PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA. (Studi
Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010 /
2011 ) dengan baik.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dra Suparmi, MA. Ph.D. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. H. Ashadi selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini
5. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Moh. Barki, S.Ag selaku Kepala MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri yang telah
memberikan ijin penelitian
8. Teman teman mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO... .... iv
PERSEMBAHAN... .... v
SURAT PERNYATAAN... .... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... .... xi
DAFTAR GAMBAR... ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv
ABSTRAK... xvi
ABSTRACT... .... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 6
C. PEMBATASAN MASALAH ... 7
D. PERUMUSAN MASALAH ... 8
E. TUJUAN PENELITIAN ... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Belajar dan Pembelajaran... 12
2. Teori-teori Belajar... 14
3. Model Pembelajaran CTL ... 20
4. Media Pembelajaran ... 28
5. Media Lingkungan ... 34
6. Media Internet... 36
7. Sikap Ilmiah ... 38
8. Aktivitas Belajar Siswa... 42
9. Prestasi Belajar... ... 44
10. Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari ... 47
B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 57
C. KERANGKA PEMIKIRAN... 60
D. HIPOTESIS ... 68
BAB III METODE PENELITIAN ... 70
A. POPULASI PENELITIAN ... 70
B. SAMPEL PENELITIAN ... 70
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN... 71
D. METODE PENELITIAN... 72
E. VARIABEL PENELITIAN ... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 91
A. DESKRIPSI DATA... 91
B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS ... 109
C. UJI HIPOTESIS ... 115
D. PEMBAHASAN... 122
E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 130
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 131
A. KESIMPULAN ... 131
B. IMPLIKASI ... 133
C. SARAN ... 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kehidupan sehari-hari kelas VIII 3 tahun terakhir ... 5
Tabel 3.1. Jadwal penelitian... 71
Tabel 3.2. Desain faktorial ... 72
Tabel 3.3. Hasil uji validitas tes kognitif ... 77
Tabel 3.4. Indeks kesukaran tes kognitif... 79
Tabel 3.5. Daya beda tes kognitif ... 81
Tabel 3.6. Hasil uji validitas angket sikap ilmiah... 83
Tabel 3.7. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar ... 83
Tabel 3.8. Hasil uji validitas angket prestasi belajar afektif ... 84
Tabel 3.9. Desain anava 2x2x2 ... 89
Tabel 4.1. Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan tinggi ... 91
Tabel 4.2. Jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan tinggi ... 93
Tabel 4.3.Prestasi Belajar kedua media (kognitif) ... 94
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi prestasi belajar (kognitif) ... 95
Tabel 4.5. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96
Tabel 4.7 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (kognitif)... 97
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (kognitif) ... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.13. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104
Tabel 4.14. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104
Tabel 4.15 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 105
Tabel 4.16. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 106
Tabel 4.17. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (afektif) 107 Tabel 4.18. Rata-rata prestasi belajar masing-masing kelompok (afektif) ... 109
Tabel 4.19. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif dan afektif ... 111
Tabel 4.20. Hasil uji homogenitas Prestasi Belajar kognitif dan afektif ... 114
Tabel 4.21. Analisis of Varians General Linier Model kognitif ... 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2.Grafik distribusi frekuensi aktivitas belajar ... 93
Gambar 4.3. Histogram prestasi belajar kedua media (kognitif) ... 95
Gambar 4.4. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (kognitif) ... 97
Gambar 4.5 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 99
Gambar 4.6. Histogram prestasi belajar kedua media (afektif) ... 103
Gambar 4.7. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (afektif) ... 105
Gambar 4.8 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 106
Gambar 4.9. Uji normalitas prestasi belajar kognitif ... 110
Gambar 4.10. Uji Normalitas skor sikap ilmiah ... 110
Gambar 4.11. Uji normalitas skor aktivitas belajar ... 111
Gambar 4.12. Uji homogenitas Media terhadap prestasi (kognitif) ... 113
Gambar 4.13. Uji homogenitas sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 113
Gambar 4.14. Uji homogenitas aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif) ... 114
Gambar 4.15. Uji lanjut pengaruh metode terhadap prestasi (kognitif) ... 118
Gambar 4.16. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 118
Gambar 4.17. Uji lanjut pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif).. 119
Gambar 4.18. Uji lanjut media dan sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 112
Gambar 4.19. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (afektif) ... 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2. RPP (CTL Media Lingkungan) ... 141
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (Media Lingkungan) ... 147
Lampiran 4. RPP (CTL Media Internet) ... 152
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (Media Internet) ... 158
Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba ... 162
Lampiran 7. Tes Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba... 165
Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Kognitif ... 171
Lampiran 9. Lembar Jawab Tes Kognitif ... 172
Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa Uji Coba ... 173
Lampiran 11. Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 174
Lampiran 12. Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia ... 180
Lampiran 13. Angket Aktivitas Belajar ... 181
Lampiran 14. Kisi-kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif Uji Coba ... 184
Lampiran 15. Angket Aspek Afektif ... 185
Lampiran 16. Analisis ujicoba prestasi kognitif ... 190
Lampiran 17. Analisis ujicoba prestasi afektif ... 192
Lampiran 18. Analisis ujicoba angket aktivitas belajar siswa ... 194
Lampiran 19. Analisis ujicoba angket sikap ilmiah siswa ... 195
Lampiran 20. Lembar Soal Tes Aspek Kognitif... 197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari pada kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011. Populasinya adalah siswa kelas VIII MTs Sudirman Ngadirojo, sampel diambil dengan sistem cluster random sampling, sebanyak 2 kelas. Kelas VIIIA menggunakan model CTL dengan media lingkungan dan kelas VIIIB menggunakan model CTL dengan media internet. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan sikap ilmiah siswa, aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Data dianalisis dengan Anova 2x2x2 dengan menggunakan software Minitab 16.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6)Tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teaching and Learning (CTL) Model Using Environment and Internet Media overviewed from the Scientific Attitude and Student Learning Activity”. (A Case Study on Chemical Materials in Daily Life for VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri, Academic Year of 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
This research aims were to find out: (1) the diference of student achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media; (2) the diference of students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) the diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) interaction between learning media and scientific attitude toward students achievement; (5) interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) interaction among learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement.
The research used experimental method and was conducted from November 2010 to March 2011. The population were the VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri. The samples were taken using cluster random sampling consisted of 2 classes, VIIIA and VIIIB. VIIIA was treated using CTL model with environmental media and VIIIB was treated using CTL model with internet media. The data was collected using test for cognitive achievement and questionnary for affective achievement, scientific attitude and Student Learning Activity. The data was analyzed using Anova 2x2x2 with Minitab 16 software.
From the data analysis, it can be concluded that: (1) there was a diference of students achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media (2) there was a diference students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) there was a diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) there was an interaction between learning media and scientific attitude on students achievement; (5) there was no interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) there was no interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) there was no interaction between learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah satu usaha menumbuhkembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang
adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan selalu
dikaitkan dengan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa yang
diindikasikan dengan skor hasil tes. Kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari
kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil. Proses pembelajaran yang berhasil
apabila selama kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa menunjukkan aktivitas
belajar yang tinggi dan terlibat secara aktif, baik fisik maupun mental. Sedangkan
dari aspek hasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa, serta
menghasilkan output dengan prestasi belajar yang tinggi. Untuk memperoleh
prestasi belajar yang tinggi, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait
dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita
kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide
suara, video, multimedia interaktif, dan e-learning. Namun sesungguhnya hal
tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media
pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media
pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih
dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri,
bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam di lingkungan sekitar kita yang
dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman
tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan
para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal.
Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media
alat peraga tanpa perlu biaya mahal.
Internet (interconection and networking) adalah jaringan global yang
menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang
tersambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum, sehingga
pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan di mana
saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun
mentransfer data.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa
untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara on-line dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peristiwa, rekaman, laporan, data statistik, jurnal, artikel, dan sebagainya. Sebagai
media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di
sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya
proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung
oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan
dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai
kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas
dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka
mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Proses sains ialah cara bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta
mengembangkan pengetahuan tentang materi dan energi. Proses sains merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains. Dalam mendapatkan scientific
knowledge itu para scientific bekerja dengan didasari rasa ingin tahu, kerendahan
hati, terbuka, penghindaran atas dogmatisme, keobjektifan, dan pendekatan positif
terhadap kegagalan. Semua itu merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan dalam
proses sains yang biasa disebut sikap ilmiah.
Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Dengan sikap ilmiah yang tinggi akan mendorong seseorang untuk
selalu ingin tahu pada hal-hal yang baru dan hal-hal yang ada disekitarnya. Dari rasa
ingin tahunya itu merangsang siswa untuk lebih memperhatikan dan kemudian
menimbulkan keinginan siswa untuk memberikan respon pada apa yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jujur, disiplin, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap
ingin tahu, bekerjasama, dan kritis.
Selain sikap ilmiah, ada faktor intern lain yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yaitu aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang
dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki
sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk
berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru.
Mempelajari kimia di tingkat SMP/MTs tidak harus di ruang kelas atau di
sekolah saja. Siswa juga tidak harus bergantung pada alat dan bahan peraga yang sulit
diperoleh dan mahal harganya. Namun lingkungan sekitar seperti di dalam rumah
siswa itu sendiri, di warung-warung/toko-toko di sekitar sekolah atau di sekitar
rumah, banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan media pembelajaran kimia.
Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran kimia di SMP/MTs harus selalu
dilakukan dan diprogramkan, karena sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Disamping
sebagai variasi dalam mengajar, siswa juga dapat mengenal lingkungan sekitar dan
memotivasi mereka untuk lebih menyukai mata pelajaran kimia.
Di MTs Sudirman Ngadirojo banyak dijumpai siswa yang mempunyai
keberagaman kemampuan intelektual dan kemampuan emosional siswa yang
merupakan masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi tentu memiliki daya nalar yang lebih baik, sehingga
akan lebih cepat memahami, menganalisa, melogika, mengevaluasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil pengamatan di MTs Sudirman Ngadirojo diketahui bahwa materi
pembelajaran kimia masih dianggap sulit dipelajari, pembelajaran kimia kurang menarik,
mata pelajaran kimia belum menjadi pilihan utama dalam belajar. Hal ini dapat
mengakibatkan prestasi belajar yang tidak maksimal. Ini tercermin dalam nilai rata-rata
ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari yang masih
dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan harian materi
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehari-hari Kelas VIII 3 tahun terakhir
No Tahun
Faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa, selain disebabkan
oleh faktor intern siswa, juga dipengaruhi oleh faktor ekstern siswa. Salah satunya
adalah proses pembelajaran yang kurang inovatif dan kurang menarik perhatian
siswa. Dalam melakukan pembelajaran, guru masih banyak yang melakukan
pembelajaran dengan metode ceramah yang menyebabkan terjadinya kejenuhan
siswa sehingga siswa banyak tidak memperhatikan guru. Selain itu, guru masih
kesulitan dalam mengaitkan konsep kimia dengan kehidupan sehari-hari yang
mereka alami atau di lingkungan sekitar.
Model CTL yang akan diterapkan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pemberian tugas dengan mencari data-data yang diperlukan melalui media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian ini akan diterapkan kepada siswa MTs kelas VIII. Pembelajaran model
CTL merupakan salah satu model untuk siswa dapat lebih mudah memahami materi
yang disampaikan guru khususnya materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehari-hari”, yang merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir yaitu suatu
inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman belajarnya. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian dengan menggunakan pembelajaran model CTL pada materi
“Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rata-rata prestasi belajar kimia siswa masih rendah (belum memenuhi KKM).
2. Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam
pembelajaran kimia, misalnya CTL (Contextual Teaching and Learning), PBL
(Problem Based Learning), Inkuiri, namun masih banyak guru belum
memanfaatkan model pembelajaran tersebut.
3. Masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi, misalnya media lingkungan, internet, interaktif, flash, dan video.
4. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar misalnya
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan awal, sikap ilmiah, interaksi sosial,
dan aktivitas belajar siswa tetapi guru banyak yang belum memperhatikan faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Ada beberapa sikap ilmiah pada siswa diantaranya ketelitian, kejujuran,
kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, namun perbedaan tingkat sikap
ilmiah siswa belum diperhatikan oleh guru.
6. Perbedaan tingkat aktivitas belajar siswa antara satu dengan yang lain yang
belum diperhatikan oleh guru.
7. Prestasi belajar hanya dititik beratkan pada aspek kognitif saja, padahal prestasi
belajar terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotorik.
8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas VIII seperti partikel-partikel
materi, bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari, namun sebagian guru belum
mengajarkan materi secara bermakna yaitu mengaitkan materi-materi tersebut.
9. Dalam pembelajaran materi kimia kelas VIII, dimana materi satu dengan materi
yang lain saling terkait tetapi guru belum menunjukkan keterkaitan
konsep-konsep tersebut.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan judul diatas dapat menimbulkan berbagai masalah dan jangkauan
penelitian yang sangat luas. Agar permasalahan dan ruang lingkup penelitian menjadi
jelas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching Learning)
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada media
internet dan media lingkungan
3. Sikap ilmiah dikategorikan menjadi tinggi dan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Prestasi belajar adalah nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa sesudah
mengikuti proses belajar mengajar dan dibatasi aspek kognitif dan afektif
6. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran CTL dengan media lingkungan dan media internet?
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan rendah?
3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas
belajar tinggi dan rendah?
4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model
CTL dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model
CTL dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?
6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehari-hari?
7. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model
CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajarterhadap prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam
Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CTL
menggunakan media lingkungan dan internet.
2. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam
Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah belajar tinggi dan
rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam
Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah.
4. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia
dalam Kehidupan Sehari-hari.
6. Interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.
7. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah,
dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.
F. MANFAAT PENELITIAN
Aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang yang sepantasnya mengharapkan
sesuatu yang berguna untuk kepentingannya. Demikian pula dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, baik yang bersifat
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi informasi yang tepat tentang penggunaan metode yang tepat dalam
pembelajaran kimia pada SMP/MTs khususnya pada materi Bahan-bahan
Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.
b. Sebagai alternatif metode yang tepat dalam upaya penerapan konsep Kimia
dalam Kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memilih metode yang tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Memberi sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran
c. Memotivasi pada pengajar untuk mengembangkan model dan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI 1. Belajar dan Pembelajaran
Smaldino dalam bukunya menyebutkan bahwa: “Learning is the development
of new knowledge, skills, or attitude as an individual interacts with information and
the environment”. (2005: 6). Harold Spears dalam Sardiman (2001:45) menegaskan
bahwa : “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”. Dari definisi diatas bahwa belajar mempunyai ciri yang
dapat diketahui yaitu adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
sebagainya. Belajar akan lebih baik hasilnya jika subyek belajar itu mengalami dan
melakukan sendiri.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan
dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling
bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar
dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.
Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,
perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar
dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.
Piaget dalam Paul Suparno (2005:18-21) menegaskan bahwa “Pengetahuan
bukanlah tentang dunia dari pengamatan melainkan merupakan ciptaan manusia yang
dikonstruksikan dari pengalaman antar dunia sejauh yang dialaminya”. Proses
pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi
sehingga muncul suatu pemahaman yang baru. Pengetahuan itu ada dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari
otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus
mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap
pengalaman-pengalaman mereka.
Winkel (1996: 53) dalam bukunya Psikologi Pengajaran,”Belajar adalah suatu
aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula
menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa
hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat diamati) seperti
pemahaman, sikap, dan bersifat eksternal (langsung dapat diamati) seperti
keterampilan motorik dan berbicara (verbal).
Definisi belajar dalam penelitian ini adalah belajar sebagai hasil usaha berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketika ia belajar. Dengan memilih konteks secara hati-hati, siswa secara
perlahan-lahan digerakkan pemikirannya agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran
di lingkungan kelas saja, tetapi mengaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan
kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat yang
lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang
terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran yang
kondusif untuk belajar, yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner
(dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.
2. Teori-teori Belajar
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan
unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus
yang datang dari luar, hal ini berati aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses
internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Psikologi kognitif mengatakan
bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya,
melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa
kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut: siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, pemahaman
dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, belajar memahami akan lebih
bermakna daripada belajar menghafal, adanya perbedaan individual pada diri siswa
perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa.
Beberapa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran model Contextual
Teaching and Learning (CTL) :
a. Teori Belajar Piaget
Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis
dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang
dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut
Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis
yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang
satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung
kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.
Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon
lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah
proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang
diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut
dengan equilibrium. “Pada bagian lain Slavin menegaskan bahwa teori
perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna
dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi
mereka”.
Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara
terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru.
Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah
pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan
secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu syarat keanggotaan
kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam
kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas
kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang
mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas.
Dalam pembelajaran model CTL, salah satu komponen utamanya adalah
konstruktivisme (constructivism), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan memberikan pembelajaran melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan
teori Piaget.
b. Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa. “Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk
menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,
Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation” . 1) Advance
organizer: penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa. Diharapkan
siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui
sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru, 2) Progressive Differensial:
materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal
atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai
dengan contoh-contoh, 3) Integrative reconciliation: penjelasan yang diberikan oleh
guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui
dengan konsep yang baru saja dipelajari, 4) Consolidation: pemantapan materi dalam
bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih
paham dan selanjutnya siap menerima materi baru”. Siswa harus mampu mengaitkan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya,
sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Jadi pengetahuan yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keterkaitan teori belajar bermakna dengan pembelajaran model CTL adalah
bahwa model CTL mengajak siswa untuk belajar secara bermakna, yaitu mengaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata.
c. Teori Belajar Bruner (Penemuan)
Menurut Ratna Wilis (1989:97), Bruner merupakan ahli psikologi
perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam mempelajari manusia, ia
menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta. Bruner tidak
mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya adalah
cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan
informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.
Pendekatan Bruner dalam belajar berupa pendekatan kategorisasi,
menyederhanakan terhadap apa yang dipelajari berdasarkan setiap obyek, benda
ataupun gagasan. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai
kategori saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai
model yang unik tentang alam. Dengan mengubah model unik setiap individu maka
model belajar baru dapat terjadi. Pengubahan tersebut dengan mengubah
kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau menambah
kategori-kategori baru. Anak sebagai sosok yang aktif mampu menyelesaikan suatu
masalah sendiri yang mempunyai keunikan sendiri dalam memahami setiap masalah.
Akhirnya Bruner dalam Ratna Wilis (1989:100), menyimpulkan bahwa
pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpusat pada mata pelajaran, melainkan pendidikan merupakan usaha yang
kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan si pembelajar, dan
meyesuaikan si pembelajar dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.
Melalui metode pemberian tugas melalui media lingkungan maupun internet, yang
didalamnya anak melakukan proses pencarian informasi dan memperoleh data, maka
anak diharapkan bisa menemukan konsep tentang apa yang dipelajarinya.
d. Teori Belajar Konstruktivistik
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat :
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu
pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58).
Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah
kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman
baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan
pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama
dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih
untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,
kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
3. Model Pembelajaran CTL
Di zaman reformasi dewasa ini sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis
dan imajinatif, kemampuan menganalisis fakta, menilai logika, dan melahirkan
kemungkinan-kemungkinan imajinatif atas ide-ide tradisional. Berpikir kritis dan
kreatif memungkinkan siswa mengkaji masalah-masalah secara sistematis, ditantang
untuk mencari cara-cara yang terorganisasi dengan baik dalam memecahkan suatu
masalah, dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan dapat
merancang pemecahan masalah secara tepat. Berpikir kritis bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang paling lengkap. Berpikir kritis membantu siswa
memahami bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, bagaimana mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lain. Itulah sebabnya, berpikir kritis menjadi salah satu prinsip yang mendasar dalam
pembelajaran kontekstual.
Contextual teaching and learning is defined as a conception of teaching and
learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations
(United Stated Departement of Education Office of Vocational and Adult Education,
2001). Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan
siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan baru ketika ia belajar.
USA Today (2006) has teamed with the Ohio State University’s College of Education to help prepare teachers to use Contextual Teaching And Learning strategies. The three benefits as given on USA Todays website are as follows: (a) students are more responsive when using their knowledge and skills in real world situations; (2) students are more likely to engage in their own learning if it applies directly to their lives as family members, citizens, and present/future workers; and (c) parents, students, and community members can all use and relate to these ideas.
Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang
dapat digunakan untuk membantu siswa membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Guru memiliki konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa
dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan
dimana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakat. Jadi penyajian
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam silabus
dilakukan dalam keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
produktif, yakni:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi).
Model CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu memberi
makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,
dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar
itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
“menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi
pusat kegiatan, bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum
obyektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivis, “Strategi memperoleh pengalaman dan pengetahuan” lebih diutamakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna
dan relevan bagi siswa, 2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri, 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
Secara umum peran guru dalam pembelajaran yang konstruktif sebagai
fasilitator dalam penyusunan pengetahuan siswa. Siswa dimotivasi untuk menyusun
sendiri pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Menurut DEPDIKNAS
(2002:20-22) peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme sebagai: 1) presenter,
2) pengamat, 3) pengaju pertanyaan dan masalah, 4) pengorganisasi lingkungan, 5)
koordinator hubungan kemasyarakatan, 6) pencatat kegiatan belajar siswa, dan 7)
penyusun teori.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin kuat, apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut
Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak
yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap
pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam
otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia
melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur
pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah
ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasikan
untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru.
Pada umumnya, para pendidik telah menerapkan filosofi ini dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang menunjuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkannya.
Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri, diantaranya pendapat Bruner yang dikutip oleh Tabrani Rusyan
(1989:177) adalah: 1) Stimulation, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca dan
menguraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan, 2) Problem statement,
peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan sebanyak
mungkin, memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk
dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan atau hipotesis, 3) Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati obyeknya, mewawancarai nara sumber dan sebagainya, 4) Data
processing, semua informasi (hasil pengamatan, bacaan, wawancara, dan
sebagainya) tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan, dan jika perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tertentu, 5) Verification, berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi
yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan dahulu itu dicek,
apakah terjawab atau tidak, 6) Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan
berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik generalisasi atau
kesimpulan tertentu.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.
Sebelum tahu tentang bahan kimia, seseorang bertanya” apa yang dimaksud dengan
bahan kimia itu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran
yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kreatifitas siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
Dalam pembelajaran, bertanya bermanfaat untuk: 1) menggali informasi, baik
administrasi maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan
respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5)
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa
pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk membangkitkan lebih banyak
pertanyaan yang lain dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan
lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk “bertanya”.
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seseorang anak tidak tahu cara
menggunakan suatu alat di laboratorium, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana
caranya menggunakan alat ini?Tolong beritahu aku!”. Lalu temannya yang sudah
tahu, menunjukkan cara memakai alat itu. Dari contoh tersebut diatas, dua anak
tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).
Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara
yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada diluar kelas,
anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok
yang anggotanya heterogen. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang
terlihat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat
dalam kegiatan masyarakat belajar, informasi yang diperoleh teman berbicaranya dan
sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada yang merasa segan bertanya, atau hanya mendengarkan. Setiap
pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan
teknik “learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran dikelas.
Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam hal: 1) pembentukan kelompok kecil
dan kelompok besar, 2) mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh, dokter, petani, tukang
dan sebagainya), 3) bekerja dengan kelas sederajat, 4) bekerja kelompok dengan
kelas diatasnya, 5) bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelan (Modelling)
Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung,
sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru
memberi “model” tentang bagaimana cara belajar.
Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi
contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai
model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi
yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima,
dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan
lain-lain.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber untuk melihat kemajuan
belajar siswa, termasuk ujian nasional. Tetapi untuk mengumpulkan data kemajuan
belajar dalam CTL tidak hanya menggunakan tes. Nilai siswa yang utama diperoleh
dari penampialn siswa sehari-hari ketika belajar. Apakah ia sudah belajar dengan
keras? Bagaimana hasil karyanya? Bagaimana cara menyampaikan ide, berdiskusi,
mengerjakan tugas-tugas? Bagaimana partisipasinya dalam bekerja kelompok?
Bagaimana hasil kerja kelompoknya? Bagaimana buku catatan sekolahnya? Semua
itu adalah sumber penilaian yang autentik dan nyata.
Jadi model pembelajaran CTL yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang mengacu pada ke tujuh pilar pembelajaran berbasis CTL, yaitu: 1)
Konstruktivisme (Constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning),
4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Pemodelan (Modelling), 6) Refleksi
(reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
(Bovee, 1997:23). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan
pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya
adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan
dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu
pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa
bentuk-bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara,
lihat, dan gerakan.
Secara umum, substansi dari media pembelajaran adalah: 1) bentuk saluran
yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada
penerima pesan atau pembelajar, 2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan
pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, 3) bentuk alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan 4)
bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik
cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.
b. Tujuan dan Manfaat Media pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah : 1)
Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran, 3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,
dan 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
adalah : 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menguasai tujuan pengajaran dengan baik, 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak
semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,
pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) Pembelajar lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari
pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang dilakukan seperti: mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Selain itu manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, adalah :
1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu: a) Memberikan pedoman, arah
untuk mencapai tujuan, b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c) Memberikan kerangka secara sistematis mengajar secara baik, d) Memudahkan
kendali pengajar terhadap materi pelajaran, e) Membantu kecermatan, ketelitian
dalam penyajian materi pelajaran, f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang
pengajar, dan g) Meningkatkan kualitas pengajaran. 2) Manfaat media pembelajaran
bagi pembelajar, yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar, b)
Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, c) Memberikan struktur
materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar, d) Memberikan inti
informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk
belajar, e) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis, f) Menciptakan
kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan g) Pembelajar dapat memahami materi
pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.
c. Pertimbangan Pemilihan Media
Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran di kelas. Pertimbangan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai
dengan: 1) Tujuan pengajaran, 2) Bahan pelajaran, 3) Metode mengajar, 4) Tersedia
alat yang dibutuhkan, 5) Pribadi pengajar, 6) Minat dan kemampuan pembelajar, dan
7) Situasi pengajaran yang sedang berlangsung,
Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan
kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk
memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga
media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki
hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian,
alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan
empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media lingkungan dan
media internet untuk dua kelas yang berbeda. Peneliti memilih media lingkungan dan
media internet karena disesuaikan dengan karakteristik materi bahan ajar yaitu
Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi tersebut dapat diperoleh
dalam lingkungan kehidupan siswa itu sendiri, maupun dapat di download oleh siswa
melalui internet.
5. Media Lingkungan
Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait