• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Kimia

Oleh :

ANITA DWI PUSPITASARI S 831002006

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hidup adalah perjuangan

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini

Sebenarnya kegagalan yang paling besar adalah apabila kita tidak pernah mencobanya

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:

1. ALLAH S.W.T, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

2. Drs.Mujiyono, M.S.I. dan Sri Sulastri, S.Pd terima kasih atas doa dan

dukungannya

3. Suami tercintaku yang selalu setia mendampingiku, terima kasih atas doa,

dukungan dan perhatiannya

4. Anakku, Farrel Muhammad Mumtaz, terima kasih atas dukungannya

5. Saudara-saudaraku Terima kasih atas semangatnya

6. Teman-teman Pendidikan Kimia Pascasarjana UNS angkatan februari 2010.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Nama : Anita Dwi Puspitasari

NIM : S831002006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN

KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI

SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA” (Studi Kasus pada Materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman

Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2011

Yang Membuat Pernyataan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET

DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA. (Studi

Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010 /

2011 ) dengan baik.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains,

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dra Suparmi, MA. Ph.D. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Prof. Dr. H. Ashadi selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini

5. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II dalam

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Moh. Barki, S.Ag selaku Kepala MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri yang telah

memberikan ijin penelitian

8. Teman teman mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak yang tidak bisa kami

sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak

kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO... .... iv

PERSEMBAHAN... .... v

SURAT PERNYATAAN... .... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... .... xi

DAFTAR GAMBAR... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv

ABSTRAK... xvi

ABSTRACT... .... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 6

C. PEMBATASAN MASALAH ... 7

D. PERUMUSAN MASALAH ... 8

E. TUJUAN PENELITIAN ... 9

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Belajar dan Pembelajaran... 12

2. Teori-teori Belajar... 14

3. Model Pembelajaran CTL ... 20

4. Media Pembelajaran ... 28

5. Media Lingkungan ... 34

6. Media Internet... 36

7. Sikap Ilmiah ... 38

8. Aktivitas Belajar Siswa... 42

9. Prestasi Belajar... ... 44

10. Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari ... 47

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 57

C. KERANGKA PEMIKIRAN... 60

D. HIPOTESIS ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. POPULASI PENELITIAN ... 70

B. SAMPEL PENELITIAN ... 70

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN... 71

D. METODE PENELITIAN... 72

E. VARIABEL PENELITIAN ... 74

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 91

A. DESKRIPSI DATA... 91

B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS ... 109

C. UJI HIPOTESIS ... 115

D. PEMBAHASAN... 122

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 130

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 131

A. KESIMPULAN ... 131

B. IMPLIKASI ... 133

C. SARAN ... 134

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kehidupan sehari-hari kelas VIII 3 tahun terakhir ... 5

Tabel 3.1. Jadwal penelitian... 71

Tabel 3.2. Desain faktorial ... 72

Tabel 3.3. Hasil uji validitas tes kognitif ... 77

Tabel 3.4. Indeks kesukaran tes kognitif... 79

Tabel 3.5. Daya beda tes kognitif ... 81

Tabel 3.6. Hasil uji validitas angket sikap ilmiah... 83

Tabel 3.7. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar ... 83

Tabel 3.8. Hasil uji validitas angket prestasi belajar afektif ... 84

Tabel 3.9. Desain anava 2x2x2 ... 89

Tabel 4.1. Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan tinggi ... 91

Tabel 4.2. Jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan tinggi ... 93

Tabel 4.3.Prestasi Belajar kedua media (kognitif) ... 94

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi prestasi belajar (kognitif) ... 95

Tabel 4.5. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ... 96

Tabel 4.7 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (kognitif)... 97

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (kognitif) ... 98

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104

Tabel 4.14. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) ... 104

Tabel 4.15 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 105

Tabel 4.16. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi (afektif) ... 106

Tabel 4.17. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (afektif) 107 Tabel 4.18. Rata-rata prestasi belajar masing-masing kelompok (afektif) ... 109

Tabel 4.19. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif dan afektif ... 111

Tabel 4.20. Hasil uji homogenitas Prestasi Belajar kognitif dan afektif ... 114

Tabel 4.21. Analisis of Varians General Linier Model kognitif ... 115

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2.Grafik distribusi frekuensi aktivitas belajar ... 93

Gambar 4.3. Histogram prestasi belajar kedua media (kognitif) ... 95

Gambar 4.4. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (kognitif) ... 97

Gambar 4.5 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 99

Gambar 4.6. Histogram prestasi belajar kedua media (afektif) ... 103

Gambar 4.7. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (afektif) ... 105

Gambar 4.8 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ... 106

Gambar 4.9. Uji normalitas prestasi belajar kognitif ... 110

Gambar 4.10. Uji Normalitas skor sikap ilmiah ... 110

Gambar 4.11. Uji normalitas skor aktivitas belajar ... 111

Gambar 4.12. Uji homogenitas Media terhadap prestasi (kognitif) ... 113

Gambar 4.13. Uji homogenitas sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 113

Gambar 4.14. Uji homogenitas aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif) ... 114

Gambar 4.15. Uji lanjut pengaruh metode terhadap prestasi (kognitif) ... 118

Gambar 4.16. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 118

Gambar 4.17. Uji lanjut pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif).. 119

Gambar 4.18. Uji lanjut media dan sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ... 112

Gambar 4.19. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (afektif) ... 118

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 2. RPP (CTL Media Lingkungan) ... 141

Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (Media Lingkungan) ... 147

Lampiran 4. RPP (CTL Media Internet) ... 152

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (Media Internet) ... 158

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba ... 162

Lampiran 7. Tes Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba... 165

Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Kognitif ... 171

Lampiran 9. Lembar Jawab Tes Kognitif ... 172

Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa Uji Coba ... 173

Lampiran 11. Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 174

Lampiran 12. Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia ... 180

Lampiran 13. Angket Aktivitas Belajar ... 181

Lampiran 14. Kisi-kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif Uji Coba ... 184

Lampiran 15. Angket Aspek Afektif ... 185

Lampiran 16. Analisis ujicoba prestasi kognitif ... 190

Lampiran 17. Analisis ujicoba prestasi afektif ... 192

Lampiran 18. Analisis ujicoba angket aktivitas belajar siswa ... 194

Lampiran 19. Analisis ujicoba angket sikap ilmiah siswa ... 195

Lampiran 20. Lembar Soal Tes Aspek Kognitif... 197

(16)
(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari pada kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011. Populasinya adalah siswa kelas VIII MTs Sudirman Ngadirojo, sampel diambil dengan sistem cluster random sampling, sebanyak 2 kelas. Kelas VIIIA menggunakan model CTL dengan media lingkungan dan kelas VIIIB menggunakan model CTL dengan media internet. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan sikap ilmiah siswa, aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Data dianalisis dengan Anova 2x2x2 dengan menggunakan software Minitab 16.

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6)Tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar,

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teaching and Learning (CTL) Model Using Environment and Internet Media overviewed from the Scientific Attitude and Student Learning Activity”. (A Case Study on Chemical Materials in Daily Life for VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri, Academic Year of 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

This research aims were to find out: (1) the diference of student achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media; (2) the diference of students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) the diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) interaction between learning media and scientific attitude toward students achievement; (5) interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) interaction among learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement.

The research used experimental method and was conducted from November 2010 to March 2011. The population were the VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri. The samples were taken using cluster random sampling consisted of 2 classes, VIIIA and VIIIB. VIIIA was treated using CTL model with environmental media and VIIIB was treated using CTL model with internet media. The data was collected using test for cognitive achievement and questionnary for affective achievement, scientific attitude and Student Learning Activity. The data was analyzed using Anova 2x2x2 with Minitab 16 software.

From the data analysis, it can be concluded that: (1) there was a diference of students achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media (2) there was a diference students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) there was a diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) there was an interaction between learning media and scientific attitude on students achievement; (5) there was no interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) there was no interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) there was no interaction between learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah salah satu usaha menumbuhkembangkan potensi sumber

daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang

adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan selalu

dikaitkan dengan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa yang

diindikasikan dengan skor hasil tes. Kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari

kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas pembelajaran

dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil. Proses pembelajaran yang berhasil

apabila selama kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa menunjukkan aktivitas

belajar yang tinggi dan terlibat secara aktif, baik fisik maupun mental. Sedangkan

dari aspek hasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa, serta

menghasilkan output dengan prestasi belajar yang tinggi. Untuk memperoleh

prestasi belajar yang tinggi, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait

dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita

kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide

suara, video, multimedia interaktif, dan e-learning. Namun sesungguhnya hal

tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media

pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media

pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih

dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri,

bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam di lingkungan sekitar kita yang

dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman

tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan

para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal.

Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media

alat peraga tanpa perlu biaya mahal.

Internet (interconection and networking) adalah jaringan global yang

menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang

tersambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum, sehingga

pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan di mana

saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun

mentransfer data.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa

untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara on-line dari berbagai

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peristiwa, rekaman, laporan, data statistik, jurnal, artikel, dan sebagainya. Sebagai

media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di

sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya

proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang

dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung

oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan

dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai

kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas

dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka

mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Proses sains ialah cara bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta

mengembangkan pengetahuan tentang materi dan energi. Proses sains merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains. Dalam mendapatkan scientific

knowledge itu para scientific bekerja dengan didasari rasa ingin tahu, kerendahan

hati, terbuka, penghindaran atas dogmatisme, keobjektifan, dan pendekatan positif

terhadap kegagalan. Semua itu merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan dalam

proses sains yang biasa disebut sikap ilmiah.

Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar. Dengan sikap ilmiah yang tinggi akan mendorong seseorang untuk

selalu ingin tahu pada hal-hal yang baru dan hal-hal yang ada disekitarnya. Dari rasa

ingin tahunya itu merangsang siswa untuk lebih memperhatikan dan kemudian

menimbulkan keinginan siswa untuk memberikan respon pada apa yang telah

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jujur, disiplin, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap

ingin tahu, bekerjasama, dan kritis.

Selain sikap ilmiah, ada faktor intern lain yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yaitu aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang

dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki

sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk

berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru.

Mempelajari kimia di tingkat SMP/MTs tidak harus di ruang kelas atau di

sekolah saja. Siswa juga tidak harus bergantung pada alat dan bahan peraga yang sulit

diperoleh dan mahal harganya. Namun lingkungan sekitar seperti di dalam rumah

siswa itu sendiri, di warung-warung/toko-toko di sekitar sekolah atau di sekitar

rumah, banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan media pembelajaran kimia.

Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran kimia di SMP/MTs harus selalu

dilakukan dan diprogramkan, karena sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Disamping

sebagai variasi dalam mengajar, siswa juga dapat mengenal lingkungan sekitar dan

memotivasi mereka untuk lebih menyukai mata pelajaran kimia.

Di MTs Sudirman Ngadirojo banyak dijumpai siswa yang mempunyai

keberagaman kemampuan intelektual dan kemampuan emosional siswa yang

merupakan masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki

kemampuan intelektual tinggi tentu memiliki daya nalar yang lebih baik, sehingga

akan lebih cepat memahami, menganalisa, melogika, mengevaluasi, dan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil pengamatan di MTs Sudirman Ngadirojo diketahui bahwa materi

pembelajaran kimia masih dianggap sulit dipelajari, pembelajaran kimia kurang menarik,

mata pelajaran kimia belum menjadi pilihan utama dalam belajar. Hal ini dapat

mengakibatkan prestasi belajar yang tidak maksimal. Ini tercermin dalam nilai rata-rata

ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari yang masih

dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan harian materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari Kelas VIII 3 tahun terakhir

No Tahun

Faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa, selain disebabkan

oleh faktor intern siswa, juga dipengaruhi oleh faktor ekstern siswa. Salah satunya

adalah proses pembelajaran yang kurang inovatif dan kurang menarik perhatian

siswa. Dalam melakukan pembelajaran, guru masih banyak yang melakukan

pembelajaran dengan metode ceramah yang menyebabkan terjadinya kejenuhan

siswa sehingga siswa banyak tidak memperhatikan guru. Selain itu, guru masih

kesulitan dalam mengaitkan konsep kimia dengan kehidupan sehari-hari yang

mereka alami atau di lingkungan sekitar.

Model CTL yang akan diterapkan dalam penelitian ini dilakukan dengan

pemberian tugas dengan mencari data-data yang diperlukan melalui media

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian ini akan diterapkan kepada siswa MTs kelas VIII. Pembelajaran model

CTL merupakan salah satu model untuk siswa dapat lebih mudah memahami materi

yang disampaikan guru khususnya materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari”, yang merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir yaitu suatu

inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori

secara mendalam melalui pengalaman belajarnya. Dengan demikian perlu dilakukan

penelitian dengan menggunakan pembelajaran model CTL pada materi

“Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis dapat

mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rata-rata prestasi belajar kimia siswa masih rendah (belum memenuhi KKM).

2. Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam

pembelajaran kimia, misalnya CTL (Contextual Teaching and Learning), PBL

(Problem Based Learning), Inkuiri, namun masih banyak guru belum

memanfaatkan model pembelajaran tersebut.

3. Masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran yang

bervariasi, misalnya media lingkungan, internet, interaktif, flash, dan video.

4. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar misalnya

motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan awal, sikap ilmiah, interaksi sosial,

dan aktivitas belajar siswa tetapi guru banyak yang belum memperhatikan faktor

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Ada beberapa sikap ilmiah pada siswa diantaranya ketelitian, kejujuran,

kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, namun perbedaan tingkat sikap

ilmiah siswa belum diperhatikan oleh guru.

6. Perbedaan tingkat aktivitas belajar siswa antara satu dengan yang lain yang

belum diperhatikan oleh guru.

7. Prestasi belajar hanya dititik beratkan pada aspek kognitif saja, padahal prestasi

belajar terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas VIII seperti partikel-partikel

materi, bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari, namun sebagian guru belum

mengajarkan materi secara bermakna yaitu mengaitkan materi-materi tersebut.

9. Dalam pembelajaran materi kimia kelas VIII, dimana materi satu dengan materi

yang lain saling terkait tetapi guru belum menunjukkan keterkaitan

konsep-konsep tersebut.

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan judul diatas dapat menimbulkan berbagai masalah dan jangkauan

penelitian yang sangat luas. Agar permasalahan dan ruang lingkup penelitian menjadi

jelas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching Learning)

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada media

internet dan media lingkungan

3. Sikap ilmiah dikategorikan menjadi tinggi dan rendah

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Prestasi belajar adalah nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa sesudah

mengikuti proses belajar mengajar dan dibatasi aspek kognitif dan afektif

6. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran CTL dengan media lingkungan dan media internet?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dan rendah?

3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas

belajar tinggi dan rendah?

4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari?

7. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajarterhadap prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CTL

menggunakan media lingkungan dan internet.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah belajar tinggi dan

rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah.

4. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa

pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

7. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah,

dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

F. MANFAAT PENELITIAN

Aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang yang sepantasnya mengharapkan

sesuatu yang berguna untuk kepentingannya. Demikian pula dalam penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, baik yang bersifat

teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi yang tepat tentang penggunaan metode yang tepat dalam

pembelajaran kimia pada SMP/MTs khususnya pada materi Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

b. Sebagai alternatif metode yang tepat dalam upaya penerapan konsep Kimia

dalam Kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memilih metode yang tepat

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Memberi sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran

c. Memotivasi pada pengajar untuk mengembangkan model dan metode

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI 1. Belajar dan Pembelajaran

Smaldino dalam bukunya menyebutkan bahwa: “Learning is the development

of new knowledge, skills, or attitude as an individual interacts with information and

the environment”. (2005: 6). Harold Spears dalam Sardiman (2001:45) menegaskan

bahwa : “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction”. Dari definisi diatas bahwa belajar mempunyai ciri yang

dapat diketahui yaitu adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya. Belajar akan lebih baik hasilnya jika subyek belajar itu mengalami dan

melakukan sendiri.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan

dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit

(tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling

bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar

dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.

Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,

perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar

dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Piaget dalam Paul Suparno (2005:18-21) menegaskan bahwa “Pengetahuan

bukanlah tentang dunia dari pengamatan melainkan merupakan ciptaan manusia yang

dikonstruksikan dari pengalaman antar dunia sejauh yang dialaminya”. Proses

pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi

sehingga muncul suatu pemahaman yang baru. Pengetahuan itu ada dalam diri

seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari

otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus

mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap

pengalaman-pengalaman mereka.

Winkel (1996: 53) dalam bukunya Psikologi Pengajaran,”Belajar adalah suatu

aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula

menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa

hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan. Perubahan tersebut

meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat diamati) seperti

pemahaman, sikap, dan bersifat eksternal (langsung dapat diamati) seperti

keterampilan motorik dan berbicara (verbal).

Definisi belajar dalam penelitian ini adalah belajar sebagai hasil usaha berpikir

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketika ia belajar. Dengan memilih konteks secara hati-hati, siswa secara

perlahan-lahan digerakkan pemikirannya agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran

di lingkungan kelas saja, tetapi mengaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan

kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat yang

lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang

terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran yang

kondusif untuk belajar, yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner

(dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.

2. Teori-teori Belajar

Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan

unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus

yang datang dari luar, hal ini berati aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses

internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Psikologi kognitif mengatakan

bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya,

melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa

kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan

pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.

Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

berikut: siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.

Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, anak usia

pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi

dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, untuk

menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau

informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, pemahaman

dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola

atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, belajar memahami akan lebih

bermakna daripada belajar menghafal, adanya perbedaan individual pada diri siswa

perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa.

Beberapa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran model Contextual

Teaching and Learning (CTL) :

a. Teori Belajar Piaget

Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis

dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang

dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut

Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis

yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang

satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung

kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.

Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon

lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah

proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara

tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang

diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut

dengan equilibrium. “Pada bagian lain Slavin menegaskan bahwa teori

perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan

kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna

dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi

mereka”.

Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara

terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru.

Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah

pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan

secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu syarat keanggotaan

kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam

kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas

kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang

mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas.

Dalam pembelajaran model CTL, salah satu komponen utamanya adalah

konstruktivisme (constructivism), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit),

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan memberikan pembelajaran melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan

teori Piaget.

b. Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan

mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran

yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada

dalam struktur kognisi siswa. “Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk

menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,

Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation” . 1) Advance

organizer: penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa. Diharapkan

siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui

sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru, 2) Progressive Differensial:

materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal

atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai

dengan contoh-contoh, 3) Integrative reconciliation: penjelasan yang diberikan oleh

guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui

dengan konsep yang baru saja dipelajari, 4) Consolidation: pemantapan materi dalam

bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih

paham dan selanjutnya siap menerima materi baru”. Siswa harus mampu mengaitkan

antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya,

sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Jadi pengetahuan yang sudah

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keterkaitan teori belajar bermakna dengan pembelajaran model CTL adalah

bahwa model CTL mengajak siswa untuk belajar secara bermakna, yaitu mengaitkan

materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata.

c. Teori Belajar Bruner (Penemuan)

Menurut Ratna Wilis (1989:97), Bruner merupakan ahli psikologi

perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam mempelajari manusia, ia

menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta. Bruner tidak

mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya adalah

cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan

informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.

Pendekatan Bruner dalam belajar berupa pendekatan kategorisasi,

menyederhanakan terhadap apa yang dipelajari berdasarkan setiap obyek, benda

ataupun gagasan. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan

kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai

kategori saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai

model yang unik tentang alam. Dengan mengubah model unik setiap individu maka

model belajar baru dapat terjadi. Pengubahan tersebut dengan mengubah

kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau menambah

kategori-kategori baru. Anak sebagai sosok yang aktif mampu menyelesaikan suatu

masalah sendiri yang mempunyai keunikan sendiri dalam memahami setiap masalah.

Akhirnya Bruner dalam Ratna Wilis (1989:100), menyimpulkan bahwa

pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpusat pada mata pelajaran, melainkan pendidikan merupakan usaha yang

kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan si pembelajar, dan

meyesuaikan si pembelajar dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.

Melalui metode pemberian tugas melalui media lingkungan maupun internet, yang

didalamnya anak melakukan proses pencarian informasi dan memperoleh data, maka

anak diharapkan bisa menemukan konsep tentang apa yang dipelajarinya.

d. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat :

Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi

pengetahuan yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan

kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu

pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58).

Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah

kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang

yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman

baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan

pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah

memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar

konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,

melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama

dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih

untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,

kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

3. Model Pembelajaran CTL

Di zaman reformasi dewasa ini sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis

dan imajinatif, kemampuan menganalisis fakta, menilai logika, dan melahirkan

kemungkinan-kemungkinan imajinatif atas ide-ide tradisional. Berpikir kritis dan

kreatif memungkinkan siswa mengkaji masalah-masalah secara sistematis, ditantang

untuk mencari cara-cara yang terorganisasi dengan baik dalam memecahkan suatu

masalah, dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan dapat

merancang pemecahan masalah secara tepat. Berpikir kritis bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang paling lengkap. Berpikir kritis membantu siswa

memahami bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, bagaimana mereka

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lain. Itulah sebabnya, berpikir kritis menjadi salah satu prinsip yang mendasar dalam

pembelajaran kontekstual.

Contextual teaching and learning is defined as a conception of teaching and

learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations

(United Stated Departement of Education Office of Vocational and Adult Education,

2001). Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan

siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

ketrampilan baru ketika ia belajar.

USA Today (2006) has teamed with the Ohio State University’s College of Education to help prepare teachers to use Contextual Teaching And Learning strategies. The three benefits as given on USA Todays website are as follows: (a) students are more responsive when using their knowledge and skills in real world situations; (2) students are more likely to engage in their own learning if it applies directly to their lives as family members, citizens, and present/future workers; and (c) parents, students, and community members can all use and relate to these ideas.

Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang

dapat digunakan untuk membantu siswa membuat pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi siswa. Guru memiliki konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa

dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan

dimana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakat. Jadi penyajian

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam silabus

dilakukan dalam keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran

produktif, yakni:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi).

Model CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara

tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu memberi

makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan

dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,

dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar

itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan

“menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri

pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi

pusat kegiatan, bukan guru.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum

obyektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan

konstruktivis, “Strategi memperoleh pengalaman dan pengetahuan” lebih diutamakan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna

dan relevan bagi siswa, 2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan

menerapkan idenya sendiri, 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri dalam belajar.

Secara umum peran guru dalam pembelajaran yang konstruktif sebagai

fasilitator dalam penyusunan pengetahuan siswa. Siswa dimotivasi untuk menyusun

sendiri pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Menurut DEPDIKNAS

(2002:20-22) peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme sebagai: 1) presenter,

2) pengamat, 3) pengaju pertanyaan dan masalah, 4) pengorganisasi lingkungan, 5)

koordinator hubungan kemasyarakatan, 6) pencatat kegiatan belajar siswa, dan 7)

penyusun teori.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman

berkembang semakin kuat, apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut

Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak

yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap

pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam

otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia

melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur

pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah

ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasikan

untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru.

Pada umumnya, para pendidik telah menerapkan filosofi ini dalam

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,

mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu

merancang kegiatan yang menunjuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang

diajarkannya.

Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri, diantaranya pendapat Bruner yang dikutip oleh Tabrani Rusyan

(1989:177) adalah: 1) Stimulation, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan

pertanyaan, mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca dan

menguraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan, 2) Problem statement,

peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan sebanyak

mungkin, memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk

dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan atau hipotesis, 3) Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan

untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

mengamati obyeknya, mewawancarai nara sumber dan sebagainya, 4) Data

processing, semua informasi (hasil pengamatan, bacaan, wawancara, dan

sebagainya) tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan, dan jika perlu

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tertentu, 5) Verification, berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi

yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan dahulu itu dicek,

apakah terjawab atau tidak, 6) Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan

berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik generalisasi atau

kesimpulan tertentu.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.

Sebelum tahu tentang bahan kimia, seseorang bertanya” apa yang dimaksud dengan

bahan kimia itu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran

yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing, dan menilai kreatifitas siswa. Bagi siswa, kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang

berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

Dalam pembelajaran, bertanya bermanfaat untuk: 1) menggali informasi, baik

administrasi maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan

respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5)

mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa

pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk membangkitkan lebih banyak

pertanyaan yang lain dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa

dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan

lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk “bertanya”.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seseorang anak tidak tahu cara

menggunakan suatu alat di laboratorium, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana

caranya menggunakan alat ini?Tolong beritahu aku!”. Lalu temannya yang sudah

tahu, menunjukkan cara memakai alat itu. Dari contoh tersebut diatas, dua anak

tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara

yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada diluar kelas,

anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok

yang anggotanya heterogen. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses

komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang

terlihat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat

dalam kegiatan masyarakat belajar, informasi yang diperoleh teman berbicaranya dan

sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila ada pihak yang dominan dalam

komunikasi, tidak ada yang merasa segan bertanya, atau hanya mendengarkan. Setiap

pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau

keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan

teknik “learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran dikelas.

Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam hal: 1) pembentukan kelompok kecil

dan kelompok besar, 2) mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh, dokter, petani, tukang

dan sebagainya), 3) bekerja dengan kelas sederajat, 4) bekerja kelompok dengan

kelas diatasnya, 5) bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung,

sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan

sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru

memberi “model” tentang bagaimana cara belajar.

Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi

contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai

model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi

yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima,

dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan

lain-lain.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber untuk melihat kemajuan

belajar siswa, termasuk ujian nasional. Tetapi untuk mengumpulkan data kemajuan

belajar dalam CTL tidak hanya menggunakan tes. Nilai siswa yang utama diperoleh

dari penampialn siswa sehari-hari ketika belajar. Apakah ia sudah belajar dengan

keras? Bagaimana hasil karyanya? Bagaimana cara menyampaikan ide, berdiskusi,

mengerjakan tugas-tugas? Bagaimana partisipasinya dalam bekerja kelompok?

Bagaimana hasil kerja kelompoknya? Bagaimana buku catatan sekolahnya? Semua

itu adalah sumber penilaian yang autentik dan nyata.

Jadi model pembelajaran CTL yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang mengacu pada ke tujuh pilar pembelajaran berbasis CTL, yaitu: 1)

Konstruktivisme (Constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning),

4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Pemodelan (Modelling), 6) Refleksi

(reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.

(Bovee, 1997:23). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan

digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan

pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya

adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan

dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu

pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa

bentuk-bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara,

lihat, dan gerakan.

Secara umum, substansi dari media pembelajaran adalah: 1) bentuk saluran

yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada

penerima pesan atau pembelajar, 2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan

pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, 3) bentuk alat fisik

yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan 4)

bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik

cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.

b. Tujuan dan Manfaat Media pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah : 1)

Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efisiensi proses

pembelajaran, 3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,

dan 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran

adalah : 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menguasai tujuan pengajaran dengan baik, 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak

semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,

pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) Pembelajar lebih

banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari

pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang dilakukan seperti: mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Selain itu manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, adalah :

1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu: a) Memberikan pedoman, arah

untuk mencapai tujuan, b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,

c) Memberikan kerangka secara sistematis mengajar secara baik, d) Memudahkan

kendali pengajar terhadap materi pelajaran, e) Membantu kecermatan, ketelitian

dalam penyajian materi pelajaran, f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang

pengajar, dan g) Meningkatkan kualitas pengajaran. 2) Manfaat media pembelajaran

bagi pembelajar, yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar, b)

Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, c) Memberikan struktur

materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar, d) Memberikan inti

informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk

belajar, e) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis, f) Menciptakan

kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan g) Pembelajar dapat memahami materi

pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

c. Pertimbangan Pemilihan Media

Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran di kelas. Pertimbangan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai

dengan: 1) Tujuan pengajaran, 2) Bahan pelajaran, 3) Metode mengajar, 4) Tersedia

alat yang dibutuhkan, 5) Pribadi pengajar, 6) Minat dan kemampuan pembelajar, dan

7) Situasi pengajaran yang sedang berlangsung,

Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan

kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk

memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga

media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki

hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian,

alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan

empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media lingkungan dan

media internet untuk dua kelas yang berbeda. Peneliti memilih media lingkungan dan

media internet karena disesuaikan dengan karakteristik materi bahan ajar yaitu

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi tersebut dapat diperoleh

dalam lingkungan kehidupan siswa itu sendiri, maupun dapat di download oleh siswa

melalui internet.

5. Media Lingkungan

Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal penelitian
Tabel 3.2 Desain faktorial
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Materi
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil uji taraf kesukaran tes prestasi belajar kognitif digilib.uns.ac.id
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa jika siswa memiliki kesadaran diri yang tinggi dalam belajarnya, memiliki pengaturan diri yang baik, motivasi belajar

Sarolangun Tahun 2012, berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku, telah ditetapkan pemenang untuk pekerjaan Pengadaan Alat Kesehatan (Poskesdes) KIT sebagai berikut

Untuk memastikan PPI ini berjaya dilaksanakan di setiap sekolah, semua pihak di sekolah tidak kira pihak pentadbir, guru dan sebagainya perlu memberi kerjasama yang baik dan

4) use case Penilaian dengan aktor Wali Kelas yang melakukan proses input nilai akademik siswa. Berikut langkah-langkahnya: a) Wali Kelas memilih menu nilai akademik untuk

a. Pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan seorang tenaga kerja untuk mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik