BAB IV. HASIL PENELITIAN
B. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Pada Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Siswa” memaparkan bahwa pembelajaran kontekstual menstimulasi otak untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan menghubungkannya dalam konteks nyata dalam hidup kita. Dalam hal ini siswa menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada konteks kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual juga tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa tetapi juga memberikan bekal ketrampilan untuk siswa seperti ketrampilan untuk berpikir kritis, ketrampilan untuk bekerja sama sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dan dapat menumbuhkan komitmen yang mana penting bagi siswa sebagai warga negara (Kokom K. 2009. The Effect of Contextual Learning in Civic
commit to user
lxii
Education on Student’s Civic Competence, Journal of Sopcial Sciences 5(4): 261-270, 2009).
Pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Laboratorium Kontekstual pada Pembelajaran Teknik Statistik Universitas Tun Hussein Malaysia” mendefinisikan pembelajaran kontekstual menghubungkan contoh-contoh pengalaman seseorang yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajarinya. Siswa yang memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual lebih aktif daripada siswa yang tidak memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual. Dengan laboratorium kontekstual membantu siswa memahami konsep dan lebih memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka (Zulkarnain dan Nafisah. 2008. A Study of the Effectiveness of The Contextual Lab Activity in the Teaching and Learning Engineering Statistics at the Universiti Tun Hussein Onn Malaysia)
Selain dengan laboratorium kontekstual, juga terdapat laboratorium virtual sebagaimana yang disebutkan pada penelitian yang berjudul ”Perkembangan Laboratorium Virtual Pada Transfer Panas Radiasi”. Penelitian ini menyebutkan bahwa dengan perkembangan laboratorium virtual pada transfer panas radiasi yang diterapkan pada percobaan fisika. Penerapan teknologi ini memudahkan mahasiswa untuk belajar lebih aktif dan mandiri karena mereka dapat mempelajari sendiri dan megulang-ulang percobaan. Laboratorium virtual juga menampilkan simulasi seperti percobaan di laboratorium nyata. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan virtual adalah tidak menghabiskan banyak waktu untuk percobaan, sehingga siswa memiliki banyak waktu untuk berdiskusi dan menganalisis data hasil percobaan (Nazlia O., Rozli Z, dan Rossilah H. 2009. Development of a Virtual Laboratory for Radiation Heat Transfer. European Journal of Scientific Research Vol.32 No.4 (2009), pp.562-571).
commit to user
lxiii
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Pengaruh Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan
Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran yang tepat. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar siswa. Metode belajar yang digunakan saat ini hendaknya metode yang berpusat pada siswa agar dalam belajar, siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan sendiri. Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan kreatif.
Pada penelitian ini akan dilakukan pembelajaran CTL menggunakan
metode praktikum di laboratorium riil dan laboratorium virtual. Metode
pembelajaran tersebut termasuk dalam bentuk pembelajaran yang mengarah pada paham konstruktivisme dimana peserta didik secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Sedangkan media yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan laboratorium riil dan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan komputer yang dilengkapi program laboratorium virtual.
Percobaan di laboratorium riil merupakan percobaan yang dilakukan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan riil. Pada penerapan laboratorium riil kegiatan siswa dipusatkan pada suatu objek riil yang dihadapinya dengan menggunakan alat indera. Percobaan di laboratorium riil akan menjadikan belajar lebih bermakna dan mengembangkan ketrampilan siswa karena siswa mengalami secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum.
Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang
commit to user
lxiv
aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual
menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi
dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan
untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan.
Dilihat dari aspek kognitif, diduga prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium virtual. Hal ini dikarenakan peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti metode dan media. Pada pembelajaran menggunakan media laboratorium riil digunakan bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen koloid. Hal ini sesuai dengan materi sistem koloid yang secara umum bersifat konkret (nyata) dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan aktif dalam melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya. Selain itu, dalam teori belajar menurut Gagne diungkapkan bahwa salah satu kemampuan intelektual dalam belajar kognitif adalah konsep-konsep konkret, yaitu mengenal suatu objek secara nyata. Kemampuan untuk menentukan konsep-konsep konkret merupakan dasar yang penting untuk mempelajari yang lebih kompleks.
Demikian halnya dari aspek afektif, diduga prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan laboratorium riil akan lebih tinggi karena dinilai dari sikap atau respon siswa dalam belajar, kesungguhan dan kedisiplinan dalam mengerjakan praktikum di laboratorium riil dan adanya kerjasama antar siswa dalam melaksanakan praktikum.
2. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid
Dalam KTSP, pada materi sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mencari informasi dari literatur dan melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Dari pengalaman belajar tersebut siswa baru mendapatkan kecakapan hidup untuk menggali informasi, berkomunikasi, bereksperimen, merumuskan hipotesis, mengambil kesimpulan dan bekerja sama.
commit to user
lxv
Menurut teori Bruner, dengan siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya, maka proses belajar akan berjalan baik dan kreatif. Sedangkan menurut Gagne, belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Untuk mendapatkan pengalaman belajar yang memuat kecakapan hidup pada materi sistem koloid perlu adanya kemampuan berpikir yang menumbuhkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.
Dari uraian di atas diduga prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas tinggi akan mendorong siswa untuk selalu bersemangat belajar dan berusaha mencari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar yang dicapai juga lebih tinggi dibanding prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas rendah akan menyebabkan siswa cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan dan terpaku oleh satu sumber.
3. Interaksi Antara Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan
Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual dengan Kreativitas
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern dimana keduanya akan saling berpengaruh. Metode pengajaran adalah faktor ekstern sedangkan kreativitas siswa merupakan faktor intern yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pengajaran sistem koloid dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan kreativitas siswa yang baik, metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Siswa yang memiliki kreativitas tinggi diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan praktikum dengan laboratorium
commit to user
lxvi
dengan seminimal mungkin bantuan dari guru sehingga aktivitas 100 % di tangan pemakai, dalam hal ini siswa. Siswa dapat mengeksplor kreativitasnya dengan tanpa ada rasa takut salah melakukan percobaan karena apapun yang dilakukan siswa akan ada respon balik dari program komputer tersebut.
Siswa yang memiliki kreativitas rendah diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan laboratorium riil karena siswa dituntut untuk melakukan percobaan secara langsung dengan adanya petunjuk praktikum dari guru, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dan mengamati secara langsung. Dengan demikian, diduga ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
commit to user
lxvii
Bagan Kerangka Berpikir :
Gambar 18. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
pada materi pokok sistem koloid.
2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
Kelas Eksperimen I (CTL, Lab.Riil):
• Bahan bersifat riil / nyata
• Siswa mengalami dan dapat
mengamati proses eksperimen secara langsung dengan aktif.
Prestasi belajar rendah
• Pembelajaran
kurang bervariasi
• Siswa kurang aktif
dalam pembelajaran
Kelas Eksperimen II
(CTL, Lab.Virtual):
• Bahan tidak nyata, dikemas dalam
bentuk software.
• Siswa aktif melakukan eksperimen
dengan bantuan software lab. Virtual.
Materi Koloid secara umum bersifat konkret/ nyata
Kreativitas Prestasi Belajar Lebih Tinggi Prestasi Belajar Tinggi Tinggi Rendah
commit to user
lxviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap, pada kelas XI semester genap Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada April 2010. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan Proposal Februari 2010-Maret 2010
b. Uji Coba Instrumen Maret 2010
c. Penelitian dan Pengambilan Data April 2010-Mei 2010
d. Penyusunan Hasil Penelitian Mei-Juni 2010
e. Pelaporan Hasil Penelitian Juli 2010
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2. Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Desain Penelitian : Faktorial 2x2
Kelas Model Kreativitas
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Eksperimen I CTL, Lab. Riil (A1) A1B1 A1B2
Eksperimen II CTL, Lab. Virtual (A2) A2B1 A2B2
Keterangan :
A1 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
A2 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
B1 : Kreativitas tinggi B2 : Kreativitas rendah
commit to user
lxix
2. Langkah-langkah Penelitian a. Memberikan angket kreativitas siswa untuk diisi oleh siswa.
b. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II untuk
mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
c. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil pada kelompok eksperimen I dan perlakuan A2 berupa
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual pada kelompok
eksperimen II.
d. Memberikan posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1 dan A2.
e. Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh siswa.
f. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen I untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
g. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
C. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil
Pembelajaran konstektual (Contextual Teaching Learning)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pangetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Dengan adanya percobaan di laboratorium riil siswa dapat aktif melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya. Dalam hal ini siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori yang dipelajarinya.
commit to user
lxx
2) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual
Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual
menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif
berpartisipasi dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat
memberikan kesempatan untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan.
3) Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan. Pada penelitian ini kreativitas siswa dikategorikan menjadi dua yaitu kreativitas tinggi dan rendah dapat diidentifikasi dengan memberikan angket kreativitas pada siswa.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai materi pokok Sistem Koloid Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap.
2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual
berskala pengukuran nominal. Variabel kreativitas siswa berskala pengukuran interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas / sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2010.
commit to user
lxxi
2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu menetapkan dua kelas dari enam kelas XI IA RSBI semester genap secara acak sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid siswa kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap semester II tahun ajaran 2009/2010.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan adalah angket kreativitas siswa dan angket afektif.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan menggunakan tes prestasi dan penilaian afektif, serta kreativitas siswa dengan menggunakan angket.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.
a. Uji Validitas
Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri adalah kriteria dari suatu tenaga kerja.
Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:
commit to user
lxxii
a. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruktusionalnya.
b. Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. c. Menyusun soal tes beserta kuncinya.
d. Menelaah soal tes sebelum dicetak.
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang dilakukan oleh para pakar).
Masidjo (1995: 245) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut. Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
Dengan :
xy
r = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item Y = skor total n = cacah subyek
keputusan uji : rxy> rkritik item soal tersebut valid
rxy≤ rkritik item soal tersebut tidak valid
(Masidjo, 1995: 246) Hasil uji validitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 5.
( )( )
( ) ( )
⎟⎠⎞ ⎜⎝ ⎛ − ⎟⎠ ⎞ ⎜⎝ ⎛ − − =∑
∑
∑
2∑∑
2∑ ∑
2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy 52commit to user
lxxiii ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =∑
2 2 11 1 t i i t s q p s n n rTabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid Soal-soal Sistem
Koloid 40 26 14
b. Uji Reliabilitas
Masidjo (1995: 209), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20).
Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
Dengan :
11
r : indeks reliabilitas instrument
n : banyaknya butir instrument
i
p : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
i
q : 1- pi
2
t
s : variansi total
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
commit to user
lxxiv
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrument Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal Sistem
Koloid 40 0,753 Tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
IK = imal NxSkormaks B Keterangan : IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa
dari suatu item
N : Kelompok siswa
Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban
benar dari suatu item
N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh
dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 - 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 : Mudah (M)
commit to user
lxxv
0,41 – 0,60 : Sedang atau Cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : Sukar (S)
0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 1995: 192)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran yang bervariasi. Rangkuman tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
MS M Sd S SS
Soal-sola Sistem Koloid 40 11 7 14 6 2
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID). D = A A J B - B B J B = PA - PB Dimana :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya beda soal:
0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)
commit to user
lxxvi
0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)
negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995: 198) Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada table 8.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
SM LM CM KM SKM
Soal-sola Sistem Koloid 40 - 1 7 19 13
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skor penilaian afektif disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang
dinilai
Nilai (indikator +) Nilai (indikator -)
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4 3 2 1 1 2 3 4 Keterangan :
- Jumlah nilai 130-160 sangat baik (A)
- Jumlah nilai 100-129 baik (B)
- Jumlah nilai 70-99 cukup (C)
- Jumlah nilai <69 kurang (D)
(Depdiknas, 2003: 90) 56
commit to user
lxxvii
a. Uji Validitas
Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244).
Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
( )( )
( ) ( )
⎟⎠⎞ ⎜⎝ ⎛ − ⎟⎠ ⎞ ⎜⎝ ⎛ − − =∑
∑
∑
2∑∑
2∑ ∑
2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy Dengan : xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item Y = skor total n = cacah subyek
keputusan uji : rxy> rkritik item soal tersebut valid
rxy≤ rkritik item soal tersebut tidak valid
(Masidjo, 1995: 247) Hasil uji validitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Afektif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
Angket Afektif 40 34 6
b. Uji Reliabilitas
Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
commit to user
lxxviii
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek