• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua Afrika. Menurut Pahan (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah:

Divisi : Embrophyta Siphonagama

Sub divisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Sub family : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes 3. E. odora

Menurut Pahan (2010) kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil dengan sistem akar serabut. Sistem akar serabut terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner dengan diameter 0.1-0.3 mm dan panjang hanya 1-4 mm serta tidak mengandung lignin. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Sunarko, 2008). Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tumbuh lurus, tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Setelah itu, bekas pelepah

daun mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib), ranchis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiap daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri akar, batang, dan daun, sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari bunga dan buah (Mangoensoekarjo, 2007).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut. Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (m dpl), kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produksinya relatif rendah (Mangoensoekarjo, 2007).

Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman efektif tanah. Di lahan datar dengan kemiringan lereng 0-3 % dan umumnya memiliki kedalaman efektif yang tebal (ketebalan tanah yang optimal untuk perkembangan perakaran

lebih dari 120 cm) adalah yang terbaik untuk kelapa sawit. Menurut Sunarko (2008) kelapa sawit juga dapat ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-120 atau 21 % dan pada lahan yang kemiringan lerengnya 13-250 masih bisa ditanam tetapi pertumbuhanya kurang baik.

Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C, miminum 180C dan maksimum 320C untuk tumbuh dengan baik. Sifat fisik tanah, seperti kedalaman tanah, tekstur, dan struktur tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar <75 cm. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-50 %, serta pH tanah kisaran 5-5.5 (Lubis, 2008).

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM adalah pemeliharaan jalan, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, kastrasi dan penunasan (pruning) pelepah.

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Mangoensoekarjo (2007) pemupukan akan dapat mencapai sasaranya jika pelaksanaan aplikasi di lapangan telah mempertimbangkan:

1) Jumlah unsur hara yang harus diberikan kepada tanaman yang cukup dan berimbang.

2) Setiap jenis pupuk yang harus memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan.

3) Penentuan jenis dan dosis pupuk yang dilakukan sesuai dengan arahan para rekomendator pupuk.

4) Aplikasinya senantiasa menuruti kaidah lama tepat secara integratif yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara aplikasinya, tepat waktu, tepat tempat pemupukan.

5) Pengawasan yang ketat dalam aplikasi di lapangan. Manajemen pemupukan yang tepat dengan karakter tanah dan lahannya.

Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan.

Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.

Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan.

Aplikasi pupuk anorganik di lapangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (a) cara sebar, (b) cara tugal, (c) cara mud ball, (d) cara infus akar, dan (e) cara injeksi batang (trunk injection). Namun pemupukan pada beberapa perkebunan kelapa sawit biasanya dilakukan dengan tiga cara antara lain pemupukan secara manual, pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader, serta pemupukan dengan pesawat. Menurut Firmansyah (2008) salah satu alternatif untuk pemupukan secara sebar yang efektif dan efisien dalam pengunaan pupuk yaitu menggunakan pemupukan secara mekanis dengan

fertilizer spreader.

Penentuan konsep 6T dalam perkebunan kelapa sawit yaitu tepat waktu pemupukan, tepat dosis pupuk, tepat jenis pupuk, tepat cara/aplikasi pemupukan, tepat tempat pemupukan, tepat aman dan pengawasan mutu pupuk dalam aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan.

1. Waktu

Waktu pemupukan ialah saat dimana pemupukan dilakukan. Pemupukan akan efektif dilaksanakan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan sungai. Pada musim kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

2. Dosis

Dosis pemupukan adalah jumlah satuan pupuk (gram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap aplikasi. Aplikasi pupuk yang dimaksud disini adalah bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi.

Ketepatan dosis pupuk ditentukan berdasarkan berbagai faktor, antara lain hasil analisis daun, kesuburan tanah, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan visual (Purwito, 2007). Selain itu, ketepatan dosis juga dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses jalan), dan sistem pengupahan tenaga kerja. Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu, pada tanah pasir dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

3. Jenis

Pemilihan jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan dan harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomis. Dalam penetapan jenis pupuk, perlu diperhatikan keseimbangan hara. Pupuk memiliki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, dan kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).

4. Cara

Cara yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur pupuk. Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma. Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu:

a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan)

e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang) f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Tempat penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) N sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun, pupuk rock phosphate ditaburkan di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.

6. Aman

Aman yang dimaksud adalah aman bagi penaburnya, aman bagi lingkungan dan aman dalam pengangkutannya. Aman bagi penabur yaitu karyawan/penabur pupuk harus memakai alat pelindung diri (APD) meliputi masker, apron, sarung tangan, sepatu boot dan topi. Aman bagi lingkungan yaitu tidak melakukan perlakuan pemupukan atau aplikasi bahan-bahan yang berbahan kimia di sekitar sumber air sehingga tidak mencemari lingkungan. Seperti sekarang, perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate sudah menerapkan buffer zone yaitu untuk menjaga sumber-sumber air (sungai, rawa dan parit) yang ada di perkebunan dari aplikasi bahan kimia.

Aman dalam pengangkutan atau pengeceran pupuk yaitu kegiatan memindahkan pupuk dari gudang ke lapangan dan diecer pada areal/blok yang akan dipupuk. Standar pengangkutan dan ecer pupuk meliputi pupuk harus diangkut dan diecer ke lapangan pada pagi hari sebelum pemupukan dilakukan. Pengeceran pupuk harus tepat pada tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Pembukaan goni pupuk harus dilakukan dengan baik di dekat piringan pokok terdekat tempat pengumpulan pupuk (TPP) supanya pupuk tidak tercecer di jalan dan karung bekas pupuk dapat digunakan kembali untuk alas penimbunan tanah pada areal yang dipinggir sungai yang mudah terjadi longsor.

Kehilangan Hara Pupuk

Selain kehilangan akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi

pada setiap tahap kegiatan baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk.

1. Kehilangan di Gudang

Di gudang terjadi tiga kegiatan yaitu penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Setelah itu, pengambilan sampel pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium atau regional laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk. Pada saat pengambilan sampel yang terpenting dilakukan yaitu pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan.

Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (basah) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out

(FIFO) setiap jenis pupuk. Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:

a) Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik.

b) Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah. Akibatnya pergantian jenis pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberapa jenis pupuk.

c) Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP. d) Hasil analisa laboratorium yang terlalu lama.

2. Kehilangan Saat Pengangkutan dan Pengeceran

Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok aplikasi, tidak terjadi kebocoran di jalan. Pengeceran dilakukan sesuai dengan jumlah pohon setiap baris, serta dosis. Peta titik tanam sangat vital dalam melakukan pengeceran

pupuk yang tepat. Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis. Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian. Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke blok diberi tenaga pengawal.

3. Kehilangan Saat Aplikasi Pupuk

Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Kehilangan pupuk saat aplikasi yaitu penabur pupuk tidak menabur dosis pupuk per pokok sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, penabur menabur pupuk pada areal yang tergenang dan tidak mengamplikasikan pada tempat yang sudah ditentukan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan dimulai pada tanggal 14 Februari sampai 13 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan/perusahaan, baik di lapangan dan kantor mulai dari aspek teknis dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten divisi. Kegiatan sebagai KHL selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan dua bulan berikutnya sebagai pendamping asisten divisi.

Pada satu bulan pertama menjadi KHL, penulis bekerja bersama karyawan lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja langsung sebagai karyawan dan melakukan semua tugas kebun seperti pemeliharaan tanaman (pemupukan organik dan pemupukan anorganik, pengendalian gulma, dan pengendalian hama), pemanenan (potong buah dan pengutip brondolan), dan kegiatan infrastruktur seperti perawatan jalan dan tunas jalan. Data yang diambil ketika KHL adalah mengamati teknis budidaya dan perbandingan prestasi kerja antara karyawan, penulis dengan standar perusahaan. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 1.

Kegiatan sebagai pendamping mandor selama satu bulan yaitu bulan kedua magang. Kegiatan yang dilakukan adalah pengawasan kegiatan dari karyawan SKU, mencatat daftar hadir/mengabsen karyawan SKU, melaporkan prestasi kerja SKU, serta mengisi buku kerja mandor (BKM). Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping asisten divisi dilakukan pada dua bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti lingkaran pagi dan memimpin lingkaran pagi apabila asisten tidak hadir, mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun karyawan, pengaturan

unit keberangkatan karyawan ke lahan, mengawasi jalannya kegiatan di divisi, lahan dan di traksi serta melakukan kontrol dan evaluasi divisi. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 3.

Aspek khusus yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah mengamati pengelolaan pemupukan kelapa sawit pada salah satu divisi yaitu di divisi II Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di kebun.

Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu :

1. Ketepatan tempat pemupukan. Data ini diperoleh dengan mengukur jarak penaburan pupuk dari batang tanaman kelapa sawit kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu 250 ± 50 cm dari batang tanaman kelapa sawit. Ada 6 blok pengamatan, tiap blok pengamatan ada 5 baris tanaman yaitu baris tanam 20, 40, 60, 80 dan 100 kemudian diambil sampel 10 pokok tanaman/baris.

2. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang teraplikasi atau terpupuk oleh penabur dalam setiap karung/zak pupuk kemudian dibandingkan dengan dosis rekomendasi pupuk dari Depatemen Riset. Penabur yang diamati sebanyak delapan orang.

3. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh penulis dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun.

4. Ketepatan waktu pemupukan. Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Juli 2010-Juni 2011.

5. Efisiensi tenaga kerja dan Prestasi kerja penabur. Data ini penulis peroleh melalui pengamatan berapa jumlah pupuk yang di ecer ke lahan dan diaplikasi, berapa jumlah penabur, berapa luas lahan yang teraplikasi, serta berapa waktu menyelesaikannya kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan.

6. Defisiensi unsur hara. Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada 2 blok pengamatan yaitu blok F19 dan E24 dengan mengambil 10 baris tiap bloknya. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman.

Data sekunder diperoleh dari data kebun atau arsip perusahaan yang diberikan oleh kepala seksi administrasi kebun dan stusi pustaka. Data sekunder meliputi peta lokasi kebun, luas areal, jenis tanah dan iklim, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, data curah hujan, realisasi pemupukan 2010-2011, historis produksi dan organisasi serta data yang terkait dengan pemupukan seperti sistem upah dan premi pemupuk.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan mencari rata-rata, persentase lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku dalam budidaya tanaman kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan perusahaan.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis

Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Transportasi masuk ke wilayah kebun dari Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu-Batulicin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 75 km, dari Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah-Banjarmasin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 200 km.

Batas lokasi Gunung Sari Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi adalah sebelah Utara berbatasan dengan Angsana Estate, sebelah Timur berbatasan KKPA 1 Blok C Desa Persiapan Makmur dan KKPA Sebamban Kampung, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun KKPA 1 Desa Purwodani dan KKPA 1 Desa Bayansari dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun PT. Buana Karya Bakti (BKB). Secara geografis Gunung Sari Estate terletak pada koordinat diantara 115033'34" BT-115039'46" LS dengan ketinggian ± 15 meter di atas permukaan laut (m dpl). Peta kebun GSE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah dan Iklim

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) menunjukkan bahwa tanah di Gunung Sari Estate tergolong ke dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19

Plinthic Hapludox.

Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-90 cm dari permukaan tanah). Pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Sedangkan ciri-ciri seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox

yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-90 cm dari permukaan tanah). Pada

kedalaman  125 cm mempunyai  1 horison yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu. Kelompok seri tanah dan luas masing-masing seri tanah disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Daftar Jenis Tanah di Gunung Sari Estate

SPT Jenis

Tanah Seri Tanah

Luas Ha % 1 Oxisol MM-18 Petroferric Hapludox 1 496 57 2 Oxisol MM-19 Plinthic Hapludox 1 121 43 Sumber Data :Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Minamas Research Center (2006)

Gunung Sari Estate memiliki satuan peta lahan (SPL). Satuan peta lahan

Dokumen terkait