• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaqc.) Di Gunung Sari Estate, Pt. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaqc.) Di Gunung Sari Estate, Pt. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

(

Elaeis guineensis

Jaqc.) DI GUNUNG SARI

ESTATE

,

PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS

PLANTATION, KABUPATEN TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

RANO KARNO LIMBONG

A24070024

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RANO KARNO LIMBONG. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Dibimbing oleh HARIYADI).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) adalah salah satu tanaman perkebunan yang berperan penting dalam pembangunan nasional terutama penghasil devisa negara. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Dalam memenuhi unsur hara tersebut dibutuhkan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Kegiatan magang dilaksanakan mulai bulan Februari-Juni 2011 di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan, memperoleh keterampilan kerja dan pengalaman lapang dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Sedangkan, tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari dan menganalisis sistem dan cara pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate dan menganalisis permasalahan sistem dan cara pengelolaan pemupukan di Gunung Sari Estate yang mempengaruhi efektivitas pemupukan serta mencari upaya penyelesaiannya.

(3)

Hasil pengamatan pengelolaan pemupukan di Gunung Sari Estate (GSE) menunjukkan bahwa prinsip tepat waktu belum terlaksana dengan baik dilihat dari realisasi pemupukan 2010/2011 di Gunung Sari Estate (GSE) belum sesuai dengan rekomendasi pemupukan 2010/2011 dari Departemen Riset dikarenakan terjadi keterlambatan dalam aplikasi pemupukan. Selain itu, kondisi iklim yaitu pada bulan-bulan CH >300 mm/bulan (Oktober) dan CH <60 mm/bulan (Februari dan Juni) pihak kebun tetap melaksanakan pemupukan yang seharusnya pemupukan tidak perlu dilakukan karena tidak akan efektif. Pelaksanaan tepat dosis di GSE sudah sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan 2010/2011 dari

Minamas Research Center (MRC), tepat jenis sudah terlaksana dengan baik dilihat dari jenis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi Minamas Research Center (MRC) dan biaya pembelian pupuk NK Blend sebagai pengganti Urea dan MOP sudah lebih ekonomis. Pelaksanaan prinsip tepat cara dan tepat tempat sudah sesuai dengan standar perusahaan yaitu pemupukan dengan cara sebar (brodcasting) secara merata dan tipis pada rumpukan pelepah atau JJK dengan jarak 250 ± 50 meter dari tanaman kelapa sawit. Gunung Sari Estate sudah menerapkan prinsip tepat aman dengan baik yaitu dengan menyediakan APD yang cukup bagi penabur, aman bagi lingkungan dengan adanya buffer zone dan sudah memperoleh sertifikat dari dinas lingkungan. Namun, tepat aman dalam pengangkutannya belum terlaksana dengan baik.

(4)

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jaqc.) DI GUNUNG SARI

ESTATE

,

PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS

PLANTATION, KABUPATEN TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RANO KARNO LIMBONG

A24070024

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

:

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jaqc.) DI GUNUNG SARI

ESTATE

, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN TANAH

BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Nama

:

RANO KARNO LIMBONG

NIM

: A24070024

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP. 19611008 198601 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singkam, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 1 Agustus 1989. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak J. Limbong dan Ibu St. E. br Sitanggang.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD N 173783 Singkam, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sianjur Mula-Mula, selanjutnya tahun 2007 penulis lulus dari SMA Swasta Kartika I-2 Medan. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul

“Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation,

Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak, Mama, Abang, Kakak, Adek, dan seluruh Keluarga Besar Op. Sahat Limbong yang selalu memberikan dukungan semangat, doa dan kasih sayang, serta materi selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir.

2. Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran selama kegiatan magang dan penulisan tugas akhir.

3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. dan Dr. Ir Darda Efendi, MSi. sebagai dosen penguji yang sudah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi.

4. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di AGH.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura FAPERTA IPB. 6. Bapak Mulyo Joko selaku Estate Manager, Bapak Syafrizal Taher selaku

Senior Asisten, Bapak Helder Nadeak selaku Kepala Administrasi, Bapak Andriyanto, Bapak Ginandar selaku Asisten Divisi I dan III, dan Bapak A. Isa Almasih (Asisten kebun ASE) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama kegiatan magang serta dalam penyusunan dan pembuatan skripsi ini.

(8)

8. Teman-teman magang MINAMAS 2011 (Midian Siregar, Brury Silalahi, Azanel Walad, Winda N, Ega, dan Febi) atas kekompakan dan bantuannya selama melaksanakan magang.

9. Teman-teman BATAK’S AGH 44, Tim Futsal AGH 44 Bersatu dan seluruh teman-teman AGH 44 atas semangat dan motivasinya selama menjalani perkuliahan di AGH.

10. Yanti Juliana Naibaho atas doa, dukungan semangat dan kasih sayangnya. 11. Teman-teman Kost “Pondok Malea Putra” (Juan Bintang, Rio Tampubolon,

Rudi Sitepu, Juliando Saragih, Dwico Saragih, Rizky Tampubolon, dan Paulus Marbun) atas kebersamaan dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman KKP Brebes 2010 Desa Rajawetan (Dani, Ika Puspita, Santi dan

Febi), teman-teman SMA KARTIKA I-2 Medan dan Keluarga Besar KOMISI PERSEKUTUAN PMK IPB yang sudah memberikan dukungan semangat dan doa.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Tuhan Memberkati

Bogor, November 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Kelapa Sawit ... 4

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 5

Pemupukan ... 6

Kehilangan Hara Pupuk ... 11

METODE MAGANG ... 13

Tempat dan Waktu ... 13

Metode Pelaksanaan ... 13

Pengumpulan Data dan Informasi ... 14

Analisis Data dan Informasi ... 15

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 16

Letak Geografis ... 16

Keadaan Tanah dan Iklim ... 16

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 18

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 19

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 20

Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan ... 20

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 Aspek Teknis ... 22

Perawatan Jalan ... 22

Tunas Jalan ... 23

Pemupukan Organik ... 24

Leaf Sampling Unit (LSU) ... 27

Pengendalian Gulma ... 30

Penunasan (Prunning) ... 35

Panen ... 36

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 43

Pemupukan Anorganik ... 46

Pembuatan Penanda Buffer Zone ... 53

Aspek Manajerial ... 55

Manajemen Kebun Tingkat Non Staf ... 55

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

Efektivitas Pemupukan ... 59

Tepat Waktu ... 59

Tepat Dosis ... 63

Tepat Jenis ... 64

Tepat Cara dan Tempat ... 65

Tepat Aman ... 66

Efisiensi Tenaga Kerja ... 67

Defisiensi Hara ... 67

Produktivitas ... 71

KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

Kesimpulan ... 73

Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Jenis Tanah di Gunung Sari Estate ... 17 2. Daftar Satuan Peta Lahan di Gunung Sari Estate ... 17 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun

Tanam di Gunung Sari Estate ... 19 4. Produksi dan Produktivitas Tandan Buah Segar di

Gunung Sari Estate ... 19 5. Perubahan Ketetapan Harga Tunas Progressive di Gunung

Sari Estate ... 36 6. Standar dan Premi Aplikasi Pupuk di Gunung

Sari Estate ………... 52

7. Realisasi Pemupukan di Gunung Sari Estate Periode Juli

2010- Juni 2011 ... 62 8. Jenis Pupuk yang digunakan di Gunung Sari Estate ... 65 9. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan

Hara di Blok F19 ... 69 10. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan

Hara di Blok E24 ... 69 11. Produksi dan Produkitivitas TBS di Gunung Sari Estate

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kegiatan Perawatan Jalan …………... 23

2. Kegiatan Tunas Jalan ... 24

3. Pengaplikasian Janjang Kosong ... 25

4. Pengaplikasian Palm Oil Mill Effluent ... 27

5. Tanda Arah dalam Pengambilan Leaf Sampling Unit…….. 29

6. Cara Kerja Tim Semprot Piringan dengan Alat Micron Herby Spray ....……... 33

7. Cara Kerja Tim Semprot Gawangan dengan Alat Semprot Punggung Semi-Otomatis RB-18 ... 34

8. Jenis-Jenis Beneficial Plants yang dikembangbiakkan di Gunung Sari Estate ... 44

9. Burung Hantu (Tyto alba) dan Kandang (Nest Box) ... 45

10. Pengendalian Hama Orycetes rhinoceros dengan Perangkap Pheromone... 45

11. Diagram Proses Permintaan Pupuk di Gunung Sari Estate (Fertilizer Order Process Flow) ... 47

12. Susunan Pupuk NK Blend di Gudang Sentral ... 48

13. Proses Pengangkutan dan Pelangsiran Pupuk ... 51

14. Penaburan Pupuk Dolomit ... 51

15. Cara Kerja Penaburan Pupuk dengan Block Manuring Sistem (BMS) ... 52

16. Kegiatan Pengumpulan Karung Bekas Pupuk ……….. 53

17. Penanda Daerah Penerapan Buffer Zone ... 54

18. Grafik Curah Hujan Rata-rata Gunung Sari Estate Periode Juli 2011-Mei 2011 ... 60

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas

(KHL) ... 77

2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor ... 78

3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten ... 80

4. Peta Kebun Gunung Sari Estate ... 84

5. Peta Luas dan Jenis Areal di Gunung Sari Estate ... 85

6. Curah Hujan di Gunung Sari Estate Tahun 2002-2010 …….. 86

7. Struktur Organisasi di Gunung Sari Estate ... 87

8 Data Karyawan di Gunung Sari Estate ... 88

9. Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun 2005-2011 di Gunung Sari Estate ... 89

10. Data Pengamatan Ketepatan Dosis Pemupukan ... 90

11. Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan NK Blend di Gunung Sari Estate ... 92

12. Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Dolomit di Gunung Sari Estate ... 94

13. Prestasi Kerja Penabur Pupuk di Gunung Sari Estate ... 95

14. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang ... 96

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) adalah salah satu komoditi tanaman perkebunan yang berperan penting dalam pembangunan nasional terutama penghasil devisa negara. Pada saat ini penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2008 yaitu sebesar 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton dan tahun 2009 luasnya mencapai 7 508 023 ha dengan produksi sebesar 18 640 881 ton (Ditjenbun, 2010).

Dalam mencapai produksi tandan buah segar (TBS) yang tinggi diperlukan kondisi tanah yang subur. Kesuburan tanah erat hubunganya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang sangat terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam menyediakan unsur hara haruslah diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Dalam upaya pemberian pupuk harus memperhatikan sifat-sifat kimia dan fisika tanah, antara lain: kesetimbangan hara di dalam tanah, kemasaman tanah, tekstur dan kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, penambahan pupuk ke tanaman juga perlu memperhatikan output/keluaran hara melalui panen, penguapan, pencucian, aliran permukaan dan erosi.

Kesetimbangan jumlah unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi ketersediaan dan serapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Pada saat tanaman menghasilkan (TM), unsur hara yang diserap oleh tanaman selain untuk pertumbuhan vegetatif juga untuk pertumbuhan generatif (TBS).

(15)

segar (TBS) dan kualitas minyak yang optimal sesuai potensi tanaman. Kekurangan salah satu unsur hara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, penurunan produktivitas tanaman, serta ketidaktahanan terhadap hama dan penyakit.

Menurut Sutarta dan Winarna (2002) pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimum. Namun, pengelolaan pemupukan pada kelapa sawit sampai saat ini masih dihadapkan kepada berbagai hambatan, antara lain saat pengadaan pupuk yang tidak tepat waktu yang berakibat langsung terhadap keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan.

Adiwiganda (2005) menyatakan bahwa hambatan aplikasi pupuk akibat proses pengadaan misalnya hambatan transportasi pupuk dapat meningkatkan biaya pengadaan sebesar 20-40 %. Selain itu, kehilangan pupuk saat proses pengangkutan dan pengeceran di lapangan, pupuk tidak diaplikasi sesuai dengan dosis per pokok, serta alat yang digunakan tidak tepat dapat menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun.

Dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit, diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Biaya pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan (Rahutomo et al., 2006). Manajemen pemupukan yang baik meliputi prinsip 6T yaitu penentuan tepat jenis pupuk, tepat dosis pupuk, tepat cara pemupukan, tepat waktu pemupukan, tepat tempat pemupukan, dan tepat aman (Manual Referensi Agronomi, 2008).

(16)

Tujuan Magang

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua Afrika. Menurut Pahan (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah:

Divisi : Embrophyta Siphonagama

Sub divisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Sub family : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes 3. E. odora

(18)

daun mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib), ranchis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiap daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri akar, batang, dan daun, sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari bunga dan buah (Mangoensoekarjo, 2007).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut. Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (m dpl), kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produksinya relatif rendah (Mangoensoekarjo, 2007).

(19)

lebih dari 120 cm) adalah yang terbaik untuk kelapa sawit. Menurut Sunarko (2008) kelapa sawit juga dapat ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-120 atau 21 % dan pada lahan yang kemiringan lerengnya 13-250 masih bisa ditanam tetapi pertumbuhanya kurang baik.

Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C, miminum 180C dan maksimum 320C untuk tumbuh dengan baik. Sifat fisik tanah, seperti kedalaman tanah, tekstur, dan struktur tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar <75 cm. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-50 %, serta pH tanah kisaran 5-5.5 (Lubis, 2008).

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM adalah pemeliharaan jalan, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, kastrasi dan penunasan (pruning) pelepah.

Pemupukan

(20)

1) Jumlah unsur hara yang harus diberikan kepada tanaman yang cukup dan berimbang.

2) Setiap jenis pupuk yang harus memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan.

3) Penentuan jenis dan dosis pupuk yang dilakukan sesuai dengan arahan para rekomendator pupuk.

4) Aplikasinya senantiasa menuruti kaidah lama tepat secara integratif yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara aplikasinya, tepat waktu, tepat tempat pemupukan.

5) Pengawasan yang ketat dalam aplikasi di lapangan. Manajemen pemupukan yang tepat dengan karakter tanah dan lahannya.

Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan.

(21)

Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan.

Aplikasi pupuk anorganik di lapangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (a) cara sebar, (b) cara tugal, (c) cara mud ball, (d) cara infus akar, dan (e) cara injeksi batang (trunk injection). Namun pemupukan pada beberapa perkebunan kelapa sawit biasanya dilakukan dengan tiga cara antara lain pemupukan secara manual, pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader, serta pemupukan dengan pesawat. Menurut Firmansyah (2008) salah satu alternatif untuk pemupukan secara sebar yang efektif dan efisien dalam pengunaan pupuk yaitu menggunakan pemupukan secara mekanis dengan

fertilizer spreader.

Penentuan konsep 6T dalam perkebunan kelapa sawit yaitu tepat waktu pemupukan, tepat dosis pupuk, tepat jenis pupuk, tepat cara/aplikasi pemupukan, tepat tempat pemupukan, tepat aman dan pengawasan mutu pupuk dalam aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan.

1. Waktu

Waktu pemupukan ialah saat dimana pemupukan dilakukan. Pemupukan akan efektif dilaksanakan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan sungai. Pada musim kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

2. Dosis

(22)

Ketepatan dosis pupuk ditentukan berdasarkan berbagai faktor, antara lain hasil analisis daun, kesuburan tanah, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan visual (Purwito, 2007). Selain itu, ketepatan dosis juga dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses jalan), dan sistem pengupahan tenaga kerja. Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu, pada tanah pasir dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

3. Jenis

Pemilihan jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan dan harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomis. Dalam penetapan jenis pupuk, perlu diperhatikan keseimbangan hara. Pupuk memiliki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, dan kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).

4. Cara

Cara yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur pupuk. Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma. Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu:

a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan)

e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang) f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

(23)

Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Tempat penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) N sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun, pupuk rock phosphate ditaburkan di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.

6. Aman

Aman yang dimaksud adalah aman bagi penaburnya, aman bagi lingkungan dan aman dalam pengangkutannya. Aman bagi penabur yaitu karyawan/penabur pupuk harus memakai alat pelindung diri (APD) meliputi masker, apron, sarung tangan, sepatu boot dan topi. Aman bagi lingkungan yaitu tidak melakukan perlakuan pemupukan atau aplikasi bahan-bahan yang berbahan kimia di sekitar sumber air sehingga tidak mencemari lingkungan. Seperti sekarang, perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate sudah menerapkan buffer zone yaitu untuk menjaga sumber-sumber air (sungai, rawa dan parit) yang ada di perkebunan dari aplikasi bahan kimia.

Aman dalam pengangkutan atau pengeceran pupuk yaitu kegiatan memindahkan pupuk dari gudang ke lapangan dan diecer pada areal/blok yang akan dipupuk. Standar pengangkutan dan ecer pupuk meliputi pupuk harus diangkut dan diecer ke lapangan pada pagi hari sebelum pemupukan dilakukan. Pengeceran pupuk harus tepat pada tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Pembukaan goni pupuk harus dilakukan dengan baik di dekat piringan pokok terdekat tempat pengumpulan pupuk (TPP) supanya pupuk tidak tercecer di jalan dan karung bekas pupuk dapat digunakan kembali untuk alas penimbunan tanah pada areal yang dipinggir sungai yang mudah terjadi longsor.

Kehilangan Hara Pupuk

(24)

pada setiap tahap kegiatan baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk.

1. Kehilangan di Gudang

Di gudang terjadi tiga kegiatan yaitu penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Setelah itu, pengambilan sampel pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium atau regional laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk. Pada saat pengambilan sampel yang terpenting dilakukan yaitu pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan.

Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (basah) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out

(FIFO) setiap jenis pupuk. Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:

a) Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik.

b) Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah. Akibatnya pergantian jenis pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberapa jenis pupuk.

c) Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP. d) Hasil analisa laboratorium yang terlalu lama.

2. Kehilangan Saat Pengangkutan dan Pengeceran

(25)

pupuk yang tepat. Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis. Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian. Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke blok diberi tenaga pengawal.

3. Kehilangan Saat Aplikasi Pupuk

(26)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan dimulai pada tanggal 14 Februari sampai 13 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan/perusahaan, baik di lapangan dan kantor mulai dari aspek teknis dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten divisi. Kegiatan sebagai KHL selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan dua bulan berikutnya sebagai pendamping asisten divisi.

Pada satu bulan pertama menjadi KHL, penulis bekerja bersama karyawan lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja langsung sebagai karyawan dan melakukan semua tugas kebun seperti pemeliharaan tanaman (pemupukan organik dan pemupukan anorganik, pengendalian gulma, dan pengendalian hama), pemanenan (potong buah dan pengutip brondolan), dan kegiatan infrastruktur seperti perawatan jalan dan tunas jalan. Data yang diambil ketika KHL adalah mengamati teknis budidaya dan perbandingan prestasi kerja antara karyawan, penulis dengan standar perusahaan. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 1.

(27)

unit keberangkatan karyawan ke lahan, mengawasi jalannya kegiatan di divisi, lahan dan di traksi serta melakukan kontrol dan evaluasi divisi. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 3.

Aspek khusus yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah mengamati pengelolaan pemupukan kelapa sawit pada salah satu divisi yaitu di divisi II Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di kebun.

Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu :

1. Ketepatan tempat pemupukan. Data ini diperoleh dengan mengukur jarak penaburan pupuk dari batang tanaman kelapa sawit kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu 250 ± 50 cm dari batang tanaman kelapa sawit. Ada 6 blok pengamatan, tiap blok pengamatan ada 5 baris tanaman yaitu baris tanam 20, 40, 60, 80 dan 100 kemudian diambil sampel 10 pokok tanaman/baris.

2. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang teraplikasi atau terpupuk oleh penabur dalam setiap karung/zak pupuk kemudian dibandingkan dengan dosis rekomendasi pupuk dari Depatemen Riset. Penabur yang diamati sebanyak delapan orang.

3. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh penulis dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun.

(28)

5. Efisiensi tenaga kerja dan Prestasi kerja penabur. Data ini penulis peroleh melalui pengamatan berapa jumlah pupuk yang di ecer ke lahan dan diaplikasi, berapa jumlah penabur, berapa luas lahan yang teraplikasi, serta berapa waktu menyelesaikannya kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan.

6. Defisiensi unsur hara. Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada 2 blok pengamatan yaitu blok F19 dan E24 dengan mengambil 10 baris tiap bloknya. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman.

Data sekunder diperoleh dari data kebun atau arsip perusahaan yang diberikan oleh kepala seksi administrasi kebun dan stusi pustaka. Data sekunder meliputi peta lokasi kebun, luas areal, jenis tanah dan iklim, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, data curah hujan, realisasi pemupukan 2010-2011, historis produksi dan organisasi serta data yang terkait dengan pemupukan seperti sistem upah dan premi pemupuk.

Analisis Data dan Informasi

(29)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis

Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Transportasi masuk ke wilayah kebun dari Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu-Batulicin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 75 km, dari Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah-Banjarmasin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 200 km.

Batas lokasi Gunung Sari Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi adalah sebelah Utara berbatasan dengan Angsana Estate, sebelah Timur berbatasan KKPA 1 Blok C Desa Persiapan Makmur dan KKPA Sebamban Kampung, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun KKPA 1 Desa Purwodani dan KKPA 1 Desa Bayansari dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun PT. Buana Karya Bakti (BKB). Secara geografis Gunung Sari Estate terletak pada koordinat diantara 115033'34" BT-115039'46" LS dengan ketinggian ± 15 meter di atas permukaan laut (m dpl). Peta kebun GSE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah dan Iklim

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) menunjukkan bahwa tanah di Gunung Sari Estate tergolong ke dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19

Plinthic Hapludox.

Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-90 cm dari permukaan tanah). Pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Sedangkan ciri-ciri seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox

(30)

kedalaman  125 cm mempunyai  1 horison yang mengandung plintit

(karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu. Kelompok seri tanah dan luas masing-masing seri tanah disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Daftar Jenis Tanah di Gunung Sari Estate

SPT Jenis

Tanah Seri Tanah

Luas Ha % 1 Oxisol MM-18 Petroferric Hapludox 1 496 57 2 Oxisol MM-19 Plinthic Hapludox 1 121 43 Sumber Data :Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Minamas Research Center (2006)

Gunung Sari Estate memiliki satuan peta lahan (SPL). Satuan peta lahan (SPL) merupakan hasil overlaping antara jenis tanah dengan topografi lahan. Satuan peta lahan merupakan satuan unit terkecil dari lahan yang memiliki jenis tanah dan topografi/kemiringan lereng sama. Satuan peta lahan di Gunung Sari

Estate terdiri dari 3 SPL dengan deskripsi seperti yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Satuan Peta Lahan di Gunung Sari Estate

SPL Keterangan Luas

Seri Tanah Lereng (%) Ha %

1 MM-18 3-8 912 35

2 MM-18 8-15 584 22

3 MM-19 3-8 1 121 43

Sumber Data: Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Minamas Research Center (2006)

(31)

Rata-rata curah hujan tahunan di Gunung Sari Estate dalam kurung waktu periode 2002-2010 adalah 2 528 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 159 mm. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Juni dengan rata-rata 346 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan September dengan rata-rata 110 mm. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Gunung Sari

Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Dengan rata-rata bulan basah (BB) 9 dan rata-rata bulan kering (BK) 2 sehingga mencapai 22,22 %. Ketentuan tipa iklim A = 0.5-14.3 % dan tipe iklim B= 14.3-33.3 %. Data curah hujan tahun 2002-2010 dapat dilihat pada Lampiran 6.

.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Gunung Sari Estate (GSE) bernaung dibawah PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan pemekaran dari Angsana Estate (ASE) yang dimulai pada tahun 2005, total luas HGU adalah 2 832 ha dengan planted seluas kebun 2 571 ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 261 ha.

Gunung Sari Estate (GSE) terdiri atas 93 blok lama, pada bulan juli 2010 dipersempit menjadi 39 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I, Divisi II, dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 764.287 ha yang terdiri dari 26 blok lama yaitu E29-E40 dan F29-F41 sedangkan blok baru ada 11 blok yaitu E015-E019 dan F016-F021. Divisi II merupakan divisi yang paling luas yaitu dengan luas areal yang ditanam seluas 990.321 ha yang terdiri dari 34 blok lama E19-E28, F19-F28, G18-G23, H18-H22, dan I20-I22 sedangkan blok baru ada 15 blok yaitu E011-E014, F011-F015, dan G005-G010. Divisi III dengan luas areal yang ditanam seluas 816.740 ha yang terdiri dari 33 blok lama yaitu C09-C13, D08-D20, E06-E10, F05-F09, dan G04-G08 sedangkan blok baru ada 13 blok terdiri dari C006, D006-D011, E005-E006, F005-F006, dan G003-G004.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di kebun Gunung Sari

(32)

berasal dari Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di kebun Gunung Sari Estate (GSE) adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman dipengaruhi oleh serangan penyakit, roboh, terkena petir dan terkena longsor. Populasi tanaman pertahun tanam di GSE dapat terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate (GSE)

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III Luas (Ha) Jumlah Tanaman Luas (Ha) Jumlah Tanaman Luas (Ha) Jumlah Tanaman 1995 551.245 76 601

1996 85.996 11 445 439.076 51 345 385 45 191 1998 678.291 90 221 431.74 59 210 Total 764.287 101 666 990.321 127 946 816.74 104 401 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011)

[image:32.595.107.515.558.684.2]

Tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate (GSE) merupakan tanaman menghasilkan (TM) yang ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu 1995 (551.245 ha), tahun tanam 1996 (910.072 ha) dan tahun tanam 1998 (1 110.031 ha). Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate (GSE) tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Gunung Sari Estate

Tahun Luas (Ha) Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha/tahun)

(33)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Gunung Sari Estate (GSE) dipimpin oleh seorang Estate Manager yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pengembangan seluruh kebijakan berdasarkan visi dan misi kebun. Estate Manager dibantu oleh 1 orang Senior Asisten, 2 orang Asisten dan 1 orang Kepala Administrasi (Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang dan traksi. Kepala administrasi membawahi para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Gunung Sari Estate

(GSE) dapat dilihat pada Lampiran 7.

Senior asisten bertugas untuk mengelola emplasemen, traksi dan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu senior asisten juga menjadi penanggungjawab sementara (PJS) kebun apabila

Estate Manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi bertanggungjawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaan, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan.

Status karyawan di kebun Gunung Sari Estate (GSE) terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

(34)

sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor 1, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya.

Fasilitas air dan listrik dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dikelola oleh emplasemen aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan karyawan di tiap divisi mendapat aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa mesjid di tiap divisi dan gereja hanya ada di divisi II saja. Sarana olahraga berupa lapangan voli, tenis, bulutangkis dan lapangan bola.

(35)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dilakukan penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL), yaitu penulis bekerja aktif dalam kegiatan teknis harian di lapangan yang sama seperti karyawan kebun biasa yang bekerja dalam tiap bagiannya yang menuntut aktivitas fisik. Kegiatan ini dimulai pukul 05.25-06.30 WITA yaitu lingkaran pagi atau lebih dikenal apel pagi. Kegiatan ini dilakukan selama penulis magang, dilaksanakan di salah satu kantor divisi yaitu di depan kantor divisi II. Apel pagi dipimpin oleh setiap asisten divisi yang diikuti mandor I, mandor panen, mandor perawatan, krani panen dan krani transport.

Asisten divisi akan memberi evaluasi hasil dari tiap pekerjaan hari sebelumnya, memberi solusi atas permasalahan yang terjadi baik dalam kegiatan dilapangan maupun di kantor divisi, memberi arahan kepada tiap kemandoran mengenai pekerjaan hari ini, mengecek kelengkapan dari tiap kegiatan berupa alat yang digunakan, kelengkapan alat pelindung diri karyawan (APD) dan transportasi karyawan ke lahan serta transportasi pengangkut buah/TBS. Selama penulis magang apel pagi juga terkadang dipimpin oleh Estate Manager dengan memberi evaluasi dari semua kegiatan dan produksi perbulannya, memberitahukan target produksi bulan depannya dan memastikan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terlaksana dengan baik. Selama menjadi sebagai KHL, penulis mengikuti beberapa kegiatan yang sudah ditetapkan pihak kebun antara lain aspek perawatan jalan meliputi perawatan jalan dan tunas pasar, pemupukan organik yaitu aplikasi janjang kosong (JJK) dan palm oil mill effluent

(POME), leaf sampling unit (LSU) atau pengambilan sampel daun, pengendalian gulma, penunasan, pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pembuatan penanda buffer zone dan aplikasi pupuk anorganik.

(36)

Kegiatan rawat jalan di Gunung Sari Estate dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan mekanis. Rawat jalan secara manual menggunakan alat seperti cangkul, angkong, dan hammer. Sedangkan rawat jalan yang secara mekanis yaitu menggunakan alat berat berupa gleder dan bomek. Pada saat magang, penulis hanya melakukan rawat jalan secara manual saja. Prestasi kerja penulis adalah 60 m/HK. Kegiatan meliputi membuang genangan air hujan dari badan jalan baik di Access Road (AR), Main Road (MR), dan Collection Road

(CR), menyusun material atau batu pondasi di spot-spot jalan yang rusak. Hal ini dilakukan untuk mempermudah unit (truk pengangkut buah) dalam pengakutan tandan buah segar (TBS) dari TPH tiap blok ke pabrik kelapa sawit (PKS), mempercepat dalam pelangsiran pupuk ke lahan dan mempermudah dalam pengawasan kegiatan panen dan pemupukan.

[image:36.595.105.510.344.525.2]

Gambar 1. Kegiatan Perawatan Jalan

(37)
[image:37.595.316.463.99.284.2]

Gambar 2. Kegiatan Tunas Jalan

Pemupukan Organik

Di dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan berupa limbah dalam bentuk padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/wet decanter solid (WDS) serta limbah dalam bentuk cair yaitu palm oil mill effluent (POME). Ketiga jenis limbah ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK 23% TBS, WDS 4% TBS dan POME 50% TBS).

Aplikasi janjang kosong (JJK). Gunung Sari Estate melakukan pemupukan organik yaitu menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) merupakan limbah organik padat/sisa dari proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Produksi JJK adalah sekitar 23% dari TBS.

(38)

biologi dan kimia pada tanah meningkat. JJK juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi.

[image:38.595.107.512.109.839.2]

Metode pengaplikasian JJK di Gunung Sari Estate yaitu secara manual dengan menggunakan angkong dan ganju. Distribusi JJK dari PKS ke lahan menggunakan unit kontraktor berkapasitas ± 6-7 dan unit kebun berkapasitas ± 4-5 ton kemudian ditumpuk di collection road yang telah diberi pancang oleh mandor dengan menggunakan pelepah kering. Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang telah dibawa oleh truk. Menurut Manual Referensi Agronomi (2008) aplikasi JJK dilakukan satu kali pertahun, untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) diaplikasi dipiringan sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM) diaplikasikan di titik-titik pada gawangan mati (antara pokok). Tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate adalah tanaman menghasilkan (TM) sehingga JJK diaplikasikan di gawangan mati (antara pokok). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong

Rekomendasi dosis JJK/pokok dari Minamas Research Center (MRC) adalah 75 ton/ha/tahun atau 550 kg/pokok aplikasi yang setara dengan 10 kali angkong. Penyusunan JJK dilakukan satu lapis saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangan hama Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk) dan mempercepat pelapukan JJK itu sendiri. Standar prestasi kerja di Gunung Sari

(39)

Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan 3 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan ganju, kemudian penulis membantu karyawan dalam penyusunan JJK di dalam blok. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 7 000/ton.

Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Gunung Sari Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan unsur hara bagi tanaman, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan menyediakan tambahan air. POME yang diaplikasikan di Gunung Sari Estate

mempunyai BOD 288 ppm apabila BOD ≥ 3 000 ppm belum bisa untuk diaplikasi. Kadar ini sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL dari Banjarmasin. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. Pengujian terhadap BOD di Gunung Sari Estate tergantung dari curah hujan dan volume limbah yang ada di pabrik biasanya pihak AMDAL akan melakukan pengujian BOD setiap 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dilakukan agar

effluent yang diaplikasi tidak menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan.

Sistem aplikasi POME di lahan dengan membuat flatbed pada gawangan mati berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m, dan kedalaman 0.4 m, dan volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3 072 ton effluent/flatbed. Julmah flatbed sesuai rekomendasi Departemen Riset adalah ± 150-160 flatbed/ha dan dosis effluent adalah 750 ton/ha/tahun dengan tiga kali rotasi setahun. Jumlah total flatbed di Gunung Sari Estate adalah 9 265 flatbed

dengan rata-rata jumlah flatbed 103 flatbed/ha dan volume effluent aktual per

flatbed 3 072 ton.

(40)

dibantu oleh karyawan dari pabrik. Tugasnya adalah untuk mengontrol pipa aliran POME (membuka dan menutup) yang ada di lahan aplikasi, membersihkan

flatbed dari tumpukan pelepah yang masuk ke dalam flatbed, membersihkan gulma, pendalaman akibat pendangkalan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelancaran aliran effluent antar kolam. Untuk lebih jelas pengaplikasian POME di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Gambar 4.

[image:40.595.114.507.226.389.2]

Gambar 4. Pengaplikasian Palm Oil Mill Effluent

Dalam pengamplikasian POME, Gunung Sari Estate juga menerapkan sistem RSPO dengan membuat tiga sumur pantau sebagai pemantauan terhadap pencemaran air dari limbah cair yang diaplikasi di lahan percontohan. Sumur pantau pertama berada di lahan aplikasi, kedua berada di sumber-sumber mata air seperti sungai sekitar kebun aplikasi, dan ketiga di pemukiman masyarakat pada radius 1 km dari lahan aplikasi. Selain sumur pantau, dalam pengaplikasian POME petugas juga harus mengontrol pipa limbah dengan mengosongkan 3 kolam flatbed paling ujung agar effluent tidak sampai keluar dari kolam aplikasi.

Leaf Sampling Unit (LSU)

(41)

hara, pelepah dalam keadaan fisiologis paling optimal (kondisi hara optimum), dan mewakili daun muda dan tua. Hasil daun merupakan faktor kunci dalam penentuan rekomendasi dosis dan jenis pupuk untuk suatu kebun.

Pengambilan contoh daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk LSU. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan LSU adalah kantong plastik hitam dan putih, gunting, cat, kuas, pensil, kertas/form LSU, pisau, egrek, meteran serta gambar visual defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Gunung Sari

Estate tahun 2011 dilakukan pada tanggal 15-20 April 2011. Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri dari 3 orang di masing-masing tim. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.00-12.00 dalam kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus dihentikan serta interval pemupukan (Urea, TSP, MOP, Kieserit dan abu janjang) dengan pengambilan contoh daun sekurang-kurangnya 2-3 bulan.

Penentuan blok LSU, semakin kecil luas LSU maka semakin teliti hasil yang diperoleh, tetapi bila kebun dibagi dalam luasan yang terlalu kecil akan menyulitkan pelaksanaan pemupukan setelah rekomendasi. Dalam penentuan pohon contoh dimulai dari pohon yang terletak pada baris ke tiga dan pohon ke tiga dalam barisan tersebut dari batas blok dimulai dari selatan ke utara. Pada salah satu sisi batas blok pohon diberi tanda berupa No. LSU nya. Di barisan ke tiga dari pohon tersebut, pada pohon tepi jalan diberi tanda anak panah ke atas (masuk) yang berarti dari pohon tersebut, pohon ke tiga dalam barisan merupakan pohon contoh pertama.

Pada pohon terakhir dari barisan ke tiga tersebut diberi tanda anak panah ke samping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun yang ditentukan. Tanda anak panah dapat di lihat pada Gambar 5.

(42)

sedangkan tanda tetap pada barisan pohon yang terpilih dengan memberi tanda panah pengganti.

[image:42.595.324.506.144.317.2]

(a) Tanda Masuk dalam Barisan (b) Tanda Pindah Baris Gambar 5. Tanda Arah dalam Pengambilan Leaf Sampling Unit

Pohon mati atau kosong tetap dihitung. Apabila pohon contoh digeser tidak memenuhi syarat, maka perhitungan tetap dimulai dari hitungan semula. Pohon-pohon yang merupakan Pohon-pohon yang tidak boleh dipakai sebagai contoh adalah:

a. Pohon yang terletak di pinggir jalan, sungai, parit, dekat dengan lubang galian.

b. Pohon yang bersebelahan dengan pohon mati/kosong. c. Pohon steril atau pohon yang terserang penyakit. d. Pohon yang tumbuh abnormal.

Apabila dalam hitungan pohon contoh jatuh pada pohon di atas maka harus digeser ke depan atau ke belakang, kecuali kalau hitungan tepat pada pohon mati maka harus digeser dua pohon.

Daun contoh yang diambil adalah daun pelepah daun ke-17. Pelepah daun ke-17 ditentukan dengan cara:

a. Pelepah daun ke-17 adalah yang terletak di bawah pelepah daun ke-9 b. Pelepah daun ke-9 adalah pelepah daun yang terletak di bawah peleapah

daun ke-1

(43)

Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan, kemudian 3-4 helai anak daun sebelah kanan dan kiri pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke kantor divisi kemudian pihak Departemen Riset akan mengambilnya untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80-100 0C. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke Minamas Research Center (MRC) untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan.

Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi gambar tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah dan kurang teliti dalam pengamatan secara visual.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara khas. Gulma bukan hanya tumbuh pada tempat yang kaya akan unsur hara tetapi juga dapat di tempat miskin hara. Dalam pertumbuhannya gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya, dan unsur hara.

(44)

oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama, (e) mengganggu tata guna air, (f) meningkatkan biaya usaha perkebunan karena ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2010). Oleh karena itu, keberadaan gulma yang berlebihan harus dikendalikan.

Jenis gulma dominan yang ditemukan di Gunung Sari Estate adalah

Melastoma malabatricum, Ageratum conyzoides, Mikania micrantha, Borreria

alata dan Ottochloa nodosa. Namun, tidak semua gulma yang harus dibarantas seperti pakis (Nephrolepis bisserata), Casssia cobanensis, Euphorbia sp., Tunera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, gulma tersebut berfungsi menjaga kelembaban tanah dan dapat mengurangi erosi tanah pada lahan-lahan yang gundul (bebas dari vegetasi) yang sangat merugikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2008).

Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaanya. Penetapan rotasi diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Menurut Manual Referensi Agronomi (2008), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan kerapatan gulma serta keadaan iklim.

(45)

terlaksana dengan baik sehingga diperoleh penyemprotan yang efektif, efisien, aman dan dapat dikontrol mudah sesuai dengan prinsip 6T (tepat dosis, jenis, sasaran, waktu, alat dan keamanan), supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi.

Tim semprot dalam sistem BSS di Gunung Sari Estate dibagi menjadi 2, yaitu tim semprot BSS-1 (piringan) dan tim semprot BSS-2 (gawangan). Tugas tim semprot BSS-1 yaitu semprot priringan, pasar rintis, TPH dan dongkel anak kayu (DAK), sedangkan tim semprot BSS-2 adalah semprot gawangan dan dongkel anak kayu (DAK).

Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH

Piringan adalah daerah sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah segar (TBS). Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan sebagai jalan operasional lainnya. Kaki lima blok adalah jalan operasional untuk menghubungkan antar pasar rintis ke satu TPH. Tempat pengumpulan hasil (TPH) adalah tempat pengumpulan hasil panen sebelum buah dikirim ke PKS. Ketiga sarana tersebut merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan dan produksi. Piringan, pasar rintis dan TPH harus bebas dari gulma. Jenis gulma yang dominan di piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH adalah Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum

conjugatum, dan Eleusine indica.

(46)
[image:46.595.114.427.158.384.2]

semprot BSS-1 adalah menyemprot piringan pada setiap pokok dalam baris sebelah kiri dan kanan pasar secara simpul tali. Dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Cara Kerja Tim Semprot Piringan dengan Alat Micron Herby Spray

Tim semprot BSS-1 terdiri dari sembilan orang karyawan perempuan. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan herbisida pada awalnya menggunakan air hujan yang tertampung di pari-parit dalam blok (road site pit) dan side drain

sebagai pelarutnya. Namun, pada bulan Mei 2011 tim semprot MHS sudah mendapat satu unit semprot (truk) yang berfungsi mempermudah tim semprot MHS dalam pencampuran racun dan menyediakan kualitas air yang lebih baik dari pada air yang di road site pit dan side drain.

Penyemprotan piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan dijumpai piringan, pasar rintis dan TPH dalam kondisi bersih sesuai standar maka piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH dapat ditinggalkan (tidak perlu di semprot). Standar prestasi karyawan MHS adalah 5 ha/HK. Pada saat magang prestasi penulis adalah 1 ha/HK karena keterbatasan alat. Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot MHS adalah kerusakan alat semprot, kesulitan dalam menyediakan air, kualitas larutan herbisida karena menggunakan air yang keruh dan kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat mengurangi efektivitas penyemprotan.

Blok

(47)

Pasar Tengah Blok

Penyemprotan gulma gawangan

Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Areal ini harus bebas dari gulma karena akan menjadi tempat inang hama, menghambat pertumbuhan tanaman, serta dapat memberi peluang cahaya matahari sampai ke permukaan tanah. Gawangan harus bersih dari gulma anak kayu, kentosan, keladi liar dan kerisan. Jenis gulma yang sering dijumpai di gawangan adalah Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania micrantha dan gulma berkayu lainnya.

[image:47.595.104.510.95.838.2]

Penyemprotan gulma gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB-18 dengan kapasitas 15 liter/knapsack, dengan tipe nozel cons (warna putih). Herbisida yang digunakan adalah Kenlon dan Meta Prima dengan perbandingan konsentrasi 0.33 % : 0.02 %. Sistem kerja semprot gawangan (BSS-2) hampir sama dengan semprot MHS (BSS-1). Hanya saja setiap penyemprotan, menyemprotnya sampai pasar tengah saja. Agar lebih jelas dapat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Cara Kerja Tim Semprot Gawangan dengan Alat Semprot Punggung Semi-Otomatis RB-18

(48)

digunakan adalah air hujan yang tertampung di road site pit yang ada pada blok. Hal ini dikarenakan unit (truk) angkut air tidak berfungsi dengan baik, bak penampung airnya bocor. Namun pada awal bulan Mei, kebun menyediakan unit (truk) yang baru untuk tim semprot gawangan. Unit lama diperbaiki dan sekarang digunakan oleh tim semprot MHS. Dengan adanya pembeliaan dan perbaikan unit ini diharapkan tim semprot MHS dan TSK mampu memberi output berupa peningkatan prestasi kerja dan kualitas semprot yang lebih baik lagi.

Prestasi kerja tim semprot gawangan adalah 3 ha/HK, pada saat magang prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan alat semprot. Hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penyemprotan adalah kualitas air yang digunakan sehingga akan mempengaruhi kualitas dari herbisida, keterbatasan stok alat, dan kerusakan alat.

Penunasan (Pruning)

Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah yang optimum di pohon dan membuang pelepah/daun-daun yang sudah tua (tidak produktif). Dalam Manual Referensi Agronomi (2008) penunasan ini dikenal dengan Canopy Management (manajemen kanopi) yaitu mempertahankan jumlah pelepah sawit produktif yang maksimal untuk menghasilkan produksi yang optimal. Idealnya pembuangan pelepah sawit harus dilakukan secara minimal sepanjang masa produktif kelapa sawit untuk memaksimalkan proses fotosintesis dan nilai indeks luas daun (leaf area index).

Penunasan bertujuan menjaga kebersihan tanaman, memperbaiki peredaran udara, mengurangi kelembaban, memperlancar penyerbukan secara alamiah, untuk pengendalian hama dan penyakit, memperlancar proses fotosintesis, dan pada prakteknya untuk mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah dan mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi.

(49)

berkisar 48-56 (6-7 lingkar) tiap pokoknya. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 300 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebas dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm.

Penunasan di Gunung Sari Estate dilakukan bersamaan pada saat panen, tetapi pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Manual Referensi Agronomi (2008), penunasan pelepah tidak seharusnya dilakukan semasa panen karena sering terjadi penunasan pelepah yang berlebihan. Tunasan yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bunga jantan dan diikuti dengan penurunan produksi, jumlah janjang dan BJR (berat janjang rata-rata).

Rotasi pembayaran tunasan adalah setahun sekali. Namun, di Gunung Sari Estate dilakukan 6 bulan sekali dengan pembayaran per seksinya, dimana upah tunasan sebesar Rp. 225/pokok untuk pemanen, 7 % untuk supervisi dan 3 % untuk mandor I. Pada prakteknya, pemanen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen tidak akan ditunas. Ketetapan harga tunas progressive dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Perubahan Ketetapan Harga Tunas Progressive di Gunung Sari Estate

Divisi/Tahun Tanam Rotasi/Tahun Lama Baru Harga/Pokok Harga/Pokok Divisi I/1996 2 Rp 200 Rp 225 Divisi I/1998 2 Rp 178 Rp 200 Divisi II/1995 2 Rp 200 Rp 225 Divisi II/1996 2 Rp 200 Rp 225 Divisi III/1996 2 Rp 200 Rp 225 Divisi III/1998 2 Rp 178 Rp 200 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011)

Panen

(50)

utama panen adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar umtuk memaksimalkan perolehan minyak kelapa sawit dengan kualitas tinggi. Selain itu, tujuan lainnya adalah meminimalkan losses

serta memelihara kondisi tanaman. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen.

Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen ditentukan berdasarkan luas seksi panen untuk setiap hari panen. Standar norma yang di pakai di Gunung Sari Estate adalah 4 ha/HK. Tim panen divisi II GSE berjumlah 77 orang, terdiri dari 41 orang laki-laki (pemanen/cutter) 42 orang perempuan (kutip brondolan/ picker) yang terbagi dalam 14 KKP dimana tiap 1 KKP terdiri dari 3 orang pemanen.

Alat panen. Dalam melaksanakan pemanenan TBS kelapa sawit dibutuhkan alat-alat khusus seperti dodos, kampak, ganco, egrek, angkong, tojok, jibek dan juga karung. Alat-alat panen memiliki ukuran dan jenis yang berbeda tergantung dari umur tanaman sebagai berikut:

1) Dodos dengan ukuran 8-10 cm (lebar mata), untuk memotong tandan pada ketinggian tanaman sampai 3 m (umur < 4 tahun). Dodos ukuran 12-14 cm, untuk memotong tandan pada ketinggian 4-6 m (umur 4-8 tahun).

2) Kampak digunakan untuk memotong tangkai tandan buah dan pelepah yang jatuh setelah penunasan.

3) Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian lebih dari 9 m (umur >8 tahun).

4) Ganjo dan tojong digunakan untuk menarik/mengangkat tandan buah ke angkong, menyusun tandan buah di TPH dan mengatur tandan buah di dalam truk pengangkutan.

5) Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dari dalam blok ke TPH. 6) Jibek dan Karung digunakan sebagai tempat pengumpulan brondolan ke

TPH dan sebagai alas brondolan di TPH.

(51)

Sarana jalan. Jalan merupakan sarana paling utama dalam panen. Peningkatan kualitas jalan dilakukan secara bertahap, dimana tanaman memasuki masa TM maka kondisi jalan harus diperkeras dengan batu atau kerikil sehingga mampu mendukung dalam pengangkutan TBS dari dalam blok ke TPH, TPH ke PKS. Pembuatan sarana jalan meliputi:

a) Pembuatan pasar rintis/jalan pikul dengan interval

Gambar

Tabel 4.  Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Gunung Sari Estate
Gambar 1. Kegiatan Perawatan Jalan
Gambar 2. Kegiatan Tunas Jalan
Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan

Tindak tutur menolak dalam Gelar Wicara Mata Najwa merupakan kajian yang menarik untuk diteliti karena menolak yang merupakan respon negatif dari suatu pemintaan yang

Saran yang diberikan validator meliputi komponen kelayakan sajian dan kelayakan isi. Pada ilustrasi pengaruh luas permukaan, validator menyarankan agar ilustrasi tersebut

Metode yang penulis gunakan dibagi menjadi dua tahap, tahap pengumpulan data dan tahap pembangunan game.. Tahap

Tidak hanya sinar non paraxial saja yang menyebabkan bayangan yang dibentuk tidak hanya sebuah, tetapi juga karena jarak titik api lensa tergantung pada index bias lensa, sedang

Dari hasil semua pemaparan dan pembuktian diatas peneliti menyimpulkan bahwa Program Studi Magister Akuntansi telah berusaha keras dalam melakukan upaya pencapaian visi misi

Pengaruh hibrida sangat nyata untuk peubah 50% umur berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman, bobot tongkol panen, penampilan tongkol, jumlah baris biji, rendemen biji, dan

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket