• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Penelitian akan membahas beberapa hal mengenai model pembelajaran kooperatif antara lain pengertian, karakter, unsur-unsur dan model-model pembelajaran kooperatif.

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan harus mengkoordinasikan usahanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Solihatin (dalam M. Hosnan, 2014: 235) menyebutkan pengertian pembelajaran kooperatif adalah „suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4

sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat

heterogen‟.

Sanjaya (dalam Rusman, 2014: 203-208) menyebutkan bahwa

Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan‟. Masih dalam buku yang sama Muslim Ibrahim juga mengemukakan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif adalah „suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah‟.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam penelitian. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok yang terdiri atas minimal empat orang yang masing-masing anggotanya bersifat heterogen untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif berdasarkan beberapa alasan, pertama merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Dalam model pembelajaran ini

terjadi perubahan proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kedua, model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama antar anggota kelompok dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pembagian anggota kelompok bersifat heterogen (kemampuan, ras, budaya, suku dan gender yang berbeda) untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung dalam menyelesaikan permasalahan. Ketiga, selama proses pembelajaran siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Arends2 (dalam Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132) mengungkapkan mengenai hasil belajar sebagai berikut:

Gambar 2.1 Hasil Belajar dari Pembelajaran Kooperatif Sumber : Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132

Sintaks kegiatan yang perlu dilakukan guru dan siswa mulai dari awal pembelajaran sampai kegiatan akhir model pembelajaran kooperatif (dalam Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132):

Tabel 2.3 Sintaks Secara Umum Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Aktivitas guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta untuk belajar. Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cermah, demonstrasi, diskusi, dan/atau melalui bahan bacaan.

Pembelajaran Kooperatif

Prestasi akademik

Toleransi dan menerima keberagaman Keterampilan Sosial HASIL BELAJAR

Tabel 2.3 (lanjutan)

Fase Aktivitas guru

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok atau menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru menilai dan memberikan penghargaan atas upaya dan hasil belajar individu serta kelompok. Sumber : Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132

b. Karakter Model Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2014: 206) mengemukakan mengenai karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Pembelajaran secara kelompok

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan kelompok sebagai tempat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok harus dapat membuat setiap anggotanya untuk belajar sehingga diharapkan dapat saling membantu.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif Manajemen mempunyai tiga fungsi:

a) Sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

b) Sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

c) Sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil optimal.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Positive interdependence (Prinsip ketergantungan positif)

Keberhasilan penyelesaian tugas dalam pembelajaran kooperatif tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok.

Selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antarsesama. Rasa saling membutuhkan antarsesama itu terwujud melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan, (3) ketergantungan sumber untuk menyelesaikan pekerjaan, (4) saling ketergantungan peran.

2) Individual accountability (Tanggung jawab perseorangan)

Pembelajaran kooperatif bentuknya adalah kelompok, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing yang harus dikerjakan, tetapi proses penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individu. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individu inilah akuntabilitas individual.

3) Face to face promotion interaction (Interaksi tatap muka)

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi antar anggota kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan

menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala. Intinya menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Participation communication (Partisipasi dan komunikasi)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu, setelah beberapa kali terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa variasi, yaitu

student teams-achiement divisions (STAD), jigsaw, group investigation/GI (investigasi kelompok) dan model struktural.

Perbandingan karakteristik dari masing-masing model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW GI STRUKTURAL

Tujuan Koognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inquiry

Informasi akademik sederhana

Tabel 2.4 (lanjutan)

STAD JIGSAW GI STRUKTURAL

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja sama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial Struktur Kelompok Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota Kerja kelompok dan kerja sama

Kelompok belajar dengan 5-6 anggota homogen Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota Pemilihan Topik Pelajaran

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli”, kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan inquiry kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essai Bervariasi Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar

pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber: M.Hosnan, 2014: 261-262

e. Jigsaw (Model Kelompok Ahli)

1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif

siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Rusman (2014: 218) “model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil”. Menurut Lie (dalam Rusman, 2014: 218), „pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara

heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri‟.

Menurut Jhonson (dalam M. Hosnan, 2014: 249) menyatakan bahwa „pembelajaran Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok‟.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, pengertian model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang akan digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa mendapat pengalaman belajar melalui kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen, dimana setiap siswa saling bergantung dan mempunyai tanggung jawab secara mandiri. Proses pembelajaran kooperatif Jigsaw membagi siswa dalam 2 kategori kelompok belajar, yakni expert group (kelompok

ahli) dan home group (kelompok asal). Skema pembagian kelompok pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw disajikan berikut ini.

Gambar 2.2 Dinamika Pembagian Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Sumber: Ridwan Abdullah Sani, 2013:136

Terdapat 3 jenis model pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu

Jigsaw tipe I atau dikenal dengan sebutan Jigsaw, Jigsaw tipe II

dan Jigsaw tipe III. Jigsaw tipe II dan Jigsaw tipe III merupakan bentuk adaptasi dari model pembelajaran Jigsaw tipe I. Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (1989). Teknik pelaksanaan Jigsaw tipe II hampir sama dengan Jigsaw tipe I, hanya saja dalam model

ini, setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh

penghargaan kelompok (group reward). Jigsaw tipe II diawali dengan semua siswa mempelajari materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa bagian. Modifikasi

Jigsaw tipe III dikembangkan oleh Kagan (1990) dan dua

“spesialis” yang sudah banyak mempublikasikan buku seputar pembelajaran kooperatif, David Johnson dan Robert Johnson.

B3 A3 C3 B1 A1 C1 A2 B2 C2 Kelompok asal (Home Group) C3 C1 C2 Kelompok ahli (Expert Group) A1 A2 A3 B1 B2 B3

Tidak ada perbedaan yang menonjol antara Jigsaw tipe I,

Jigsaw tipe II, dan Jigsaw tipe III dalam tata laksana dan

prosedurnya masing-masing. Jigsaw tipe III menurut Kagan lebih terfokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual sehingga pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja dan kuisnya. Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe II dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran.

2) Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang dan setiap anggota kelompok harus membaca materi secara menyeluruh terlebih dahulu serta diberikan tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif selama proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa karena merasa usahanya mendapat perhatian dari guru.

Langkah-langkah Jigsaw tipe II menurut Robert E Slavin (2005: 237-238) adalah sebagai berikut:

a) Siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen. b) Siswa diberi tugas membaca beberapa bab atau unit.

c) Siswa diberi “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota kelompok saat mereka membaca.

d) Siswa dari kelompok berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka.

e) Setelah selesai diskusi, para ahli kembali kepada kelompok asal dan secara bergantian mengajari teman satu kelompoknya mengenai topik mereka.

f) Siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik (kuis). Skor kuis akan menjadi skor kelompok. Siswa yang kelompoknya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi kelompok lainnya.

Slavin (dalam M. Hosnan, 2014: 249) mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw tipe II seperti berikut:

a) Membaca. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk

dibaca sehingga mendapatkan informasi .

b) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topik

permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut.

c) Laporan kelompok. Ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing-masing.

d) Kuis. Siswa memperoleh kuis individu/perorangan yang

mencakup semua topik permasalahan.

e) Perhitungan skor kelompok dan penentuan penghargaan kelompok.

3) Manfaat Interaktif Kooperatif Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Jhonson and Jhonson (dalam Rusman, 2014: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

a) Meningkatkan hasil belajar; b) Meningkatkan daya ingat;

c) Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;

d) Mendorong tumbuhnya kesadaran individu;

e) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; j) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

Menurut Lei (dalam Rusman, 2014: 218) „Jigsaw merupakan

salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain‟.

4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw a) Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Kelebihan model pembelajaran tipe Jigsaw daripada model pembelajaran tipe STAD, GI dan model struktural, yaitu: (1) Setiap siswa memiliki tanggung jawab atau tugas yag sama

walaupun dengan kemampuan siswa yang heterogen. (2) Hasil diskusi digunakan sebagai penilaian kelompok. b) Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

(1) Apabila anggota dalam kelompok tidak sesuai dengan harapan siswa, maka kegiatan diskusi kelompok tidak dapat berjalan dengan baik.

Dokumen terkait