• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II di kurikulum 2013 pada materi peluang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II di kurikulum 2013 pada materi peluang."

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Angelia Pangesti Handayani. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II Di Kurikulum 2013 Pada Materi Peluang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini betujuan untuk (1) mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan pada Kurikulum 2013 pada materi peluang; (2) Mengetahui tingkat minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk materi peluang jika berhasil diterapkan pada Kurikulum 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu yang terdiri dari 31 siswa. Penelitian dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada materi peluang untuk mata pelajaran matematika wajib. Pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung selama 4 pertemuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari persentase keterlaksanaan RPP dengan realita, dari hasil belajar siswa yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoris serta minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.

Penelitian hanya diikuti oleh 30 siswa dengan hasil sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan dalam Kurikulum 2013 di kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu pada materi peluang untuk mata pelajaran matematika wajib. (2) Hasil minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dalam Kurikulum 2013 di kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu pada materi peluang adalah sebesar 96,667 %.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II, Kurikulum 2013,

(2)

ABSTRACT

Angelia Pangesti Handayani. 2015. Implementation of Jigsaw Type II of Cooperative Learning Model in Curriculum 2013 on Probability. A Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aims of the research were to (1) find whether Jigsaw type II of cooperative learning model can be applied in Probability based on Curriculum 2013; (2) find the students’ learning motivation level after Jigsaw type II of cooperative learning model applied in Probability based on Curriculum 2013.

The method of this research was quantitative descriptive of qualitative. Subject of this research was 1st grade students 4 in a science class of SMA Negeri

1 Sedayu which consisted of 31 students. The research was conducted in the

second semester of 2014/2015 academic year on Probability of Mathematics as an obligatory subject. The learning activity in this research had been conducted for 4 meetings. Data collection in this study was conducted from percentage of the result on conducting the lesson plans, and the result of the learning activity that was evaluated from cognitive aspect, affective aspect and psychomotoric aspect and also the students’ learning motivation level after doing Jigsaw type II of cooperative learning model.

There were 30 students who joined the research and the results were: (1) Jigsaw type II of cooperative learning model can be applied to 1st grade students 4 in a science class of SMA Negeri 1 Sedayu in learning Probability of Mathematics as an obligatory subject based on Curriculum 2013. (2) The result of students learning motivation level after Jigsaw type II of cooperative learning model applied in Probability based on Curriculum 2013 was 96,667 %.

Keywords: Jigsaw type II of cooperative learning model, Curriculum 2013, the

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW TIPE II

DI KURIKULUM 2013 PADA MATERI PELUANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ANGELIA PANGESTI HANDAYANI NIM: 111414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW TIPE II

DI KURIKULUM 2013 PADA MATERI PELUANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ANGELIA PANGESTI HANDAYANI NIM: 111414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

If you want to make your dreams come true, the first thing you have to do is wake up.

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Juni 2015 Peneliti

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Angelia Pangesti Handayani

Nomor Mahasiswa : 111414039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya imiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW TIPE II

DI KURIKULUM 2013 PADA MATERI PELUANG

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 Juni 2015 Yang menyatakan

(10)

vii ABSTRAK

Angelia Pangesti Handayani. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II Di Kurikulum 2013 Pada Materi Peluang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini betujuan untuk (1) mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan pada Kurikulum 2013 pada materi peluang; (2) Mengetahui tingkat minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk materi peluang jika berhasil diterapkan pada Kurikulum 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu yang terdiri dari 31 siswa. Penelitian dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada materi peluang untuk mata pelajaran matematika wajib. Pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung selama 4 pertemuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari persentase keterlaksanaan RPP dengan realita, dari hasil belajar siswa yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoris serta minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.

Penelitian hanya diikuti oleh 30 siswa dengan hasil sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan dalam Kurikulum 2013 di kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu pada materi peluang untuk mata pelajaran matematika wajib. (2) Hasil minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dalam Kurikulum 2013 di kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu pada materi peluang adalah sebesar 96,667 %.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II, Kurikulum 2013,

(11)

viii ABSTRACT

Angelia Pangesti Handayani. 2015. Implementation of Jigsaw Type II of Cooperative Learning Model in Curriculum 2013 on Probability. A Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aims of the research were to (1) find whether Jigsaw type II of cooperative learning model can be applied in Probability based on Curriculum 2013; (2) find the students’ learning motivation level after Jigsaw type II of cooperative learning model applied in Probability based on Curriculum 2013.

The method of this research was quantitative descriptive of qualitative. Subject of this research was 1st grade students 4 in a science class of SMA Negeri

1 Sedayu which consisted of 31 students. The research was conducted in the

second semester of 2014/2015 academic year on Probability of Mathematics as an obligatory subject. The learning activity in this research had been conducted for 4 meetings. Data collection in this study was conducted from percentage of the result on conducting the lesson plans, and the result of the learning activity that was evaluated from cognitive aspect, affective aspect and psychomotoric aspect and also the students’ learning motivation level after doing Jigsaw type II of cooperative learning model.

There were 30 students who joined the research and the results were: (1) Jigsaw type II of cooperative learning model can be applied to 1st grade students 4 in a science class of SMA Negeri 1 Sedayu in learning Probability of Mathematics as an obligatory subject based on Curriculum 2013. (2) The result of students learning motivation level after Jigsaw type II of cooperative learning model applied in Probability based on Curriculum 2013 was 96,667 %.

Keywords: Jigsaw type II of cooperative learning model, Curriculum 2013, the

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II Di Kurikulum 2013 Pada Materi Peluang“ dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti meyadari skripsi ini tidak dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Kaprodi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan segala bantuan, saran dan nasehatnya.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan.

5. Bapak Drs. Edison Ahmad Jamli, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Sedayu yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

6. Ibu MM. Ririn Winarni, M.Pd., selaku guru matematika SMA Negeri 1 Sedayu yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Sedayu.

(13)

x

8. Orangtuaku, Yustinus Suparno dan Francisca Yuyun Dwi Yudaningsih serta kedua kakakku, Hadranus Purwo Nugroho dan Ferdian Dwi Armanto yang kusayangi, terimakasih atas doa, kesabaran, perhatian, dukungan dan kesempatan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat selesai.

9. Teman-teman dan sahabatku: Benediktus Kristiaji Gunawan, Ruly Purbo Astuti, Y.F. Happy Wulandari, Franciska Thias F, atas kebersamaan, dukungan, semangat dan hiburan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi: Putu Dyah P, Yesica dan teman-teman di Pendidikan Matematika 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas segala motivasi, saran dan semangat yang selalu diberikan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

11.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti terima dengan tangan terbuka. Semoga penelitian ini berguna bagi pengembangan dan penyempurnaan proses belajar mengajar matematika dan bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 1 Juni 2015 Peneliti

(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Batasan Istilah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI A. Penjelasan Teori ... 13

1. Implementasi Kurikulum 2013 ... 13

(15)

xii

Halaman

3. Model Pembelajaran ... 17

4. Cooperative Leraning (Pembelajaran Kooperatif) ... 18

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Karakter Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 22

d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

e. Jigsaw (Model Kelompok Ahli) ... 25

5. Hasil Belajar ... 32

6. Peluang ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 39

C. Bentuk Data ... 40

D. Metode dan Instrumen Penelitian ... 40

E. Metode Analisis Data ... 46

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 55

BAB IV: PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan Di Lapangan ... 59

1. Sebelum Penelitian ... 59

2. Kegiatan Pembelajaran ... 60

a. Pertemuan Pertama ... 60

b. Pertemuan Kedua ... 65

c. Pertemuan Ketiga ... 68

d. Pertemuan Keempat ... 71

B. Analisis Data ... 72

C. Pembahasan Hasil Analisis ... 93

(16)

xiii

Halaman BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran ... 13

Tabel 2.2 Perubahan Pembelajaran ... 14

Tabel 2.3 Sintaks Secara Umum Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 2.4 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

Tabel 3.1 Lembar Keterlaksanaan Rencana Proses Pembelajaran ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pengamatan Sikap Sosial Siswa di Kelompok Ahli ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengamatan Sikap Sosial Siswa di Kelompok Asal ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Penilaian Keterampilan (Aspek Psikomotoris) Siswa ... 45

Tabel 3.5 Peta Konsep Kuesioner ... 46

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 46

Tabel 3.7 Penskoran dari Pernyataan Positif ... 46

Tabel 3.8 Penskoran dari Pernyataan Negatif ... 46

Tabel 3.9 Penilaian Sikap Sosial Siswa di Kelompok Ahli ... 47

Tabel 3.10 Penilaian Sikap Sosial Siswa di Kelompok Asal ... 48

Tabel 3.11 Penilaian Keterampilan ... 48

Tabel 3.12 Kategori Nilai Kompetensi Penilaian Sikap Sosial Siswa ... 48

Tabel 3.13 Kategori Nilai Kompetensi Penilaian Keterampilan ... 48

Tabel 3.14 Kriteria Koefisien Validitas ... 51

Tabel 3.15 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 52

Tabel 3.16 Kategori Nilai Akhir Ulangan Setiap Siswa ... 53

Tabel 3.17 Kriteria Tingkat Hasil Belajar Siswa Setiap Pertemuan ... 53

Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Hasil Belajar Semua Siswa Setiap Pertemuan .. 54

Tabel 3.19 Kriteria Minat Belajar Setiap Siswa ... 54

Tabel 3.20 Kriteria Minat Belajar Seluruh Siswa ... 55

Tabel 4.1 Kelompok Asal Pertemuan Pertama ... 62

Tabel 4.2 Kelompok Ahli Pertemuan Pertama ... 63

(18)

xv

Halaman

Tabel 4.4 Kelompok Ahli Pertemuan Kedua ... 66

Tabel 4.5 Kelompok Asal Pertemuan Ketiga ... 69

Tabel 4.6 Kelompok Ahli Pertemuan Ketiga ... 70

Tabel 4.7 Keterlaksanaan RPP Setiap Pertemuan ... 73

Tabel 4.8 Analisis Keterlaksanaan RPP Setiap Pertemuan ... 74

Tabel 4.9 Analisis Butir Soal Ulangan (Uji Coba) ... 76

Tabel 4.10 Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Ulangan ... 77

Tabel 4.11 Nilai Kuis Siswa Setiap Pertemuan ... 78

Tabel 4.12 Kriteria Hasil Kuis Pertemuan Pertama ... 79

Tabel 4.13 Kriteria Hasil Kuis Pertemuan Kedua ... 79

Tabel 4.14 Kriteria Hasil Kuis Pertemuan Ketiga ... 79

Tabel 4.15 Analisis Hasil Ulangan Siswa ... 79

Tabel 4.16 Diskusi Kelompok Ahli Pertemuan Pertama ... 81

Tabel 4.17 Penghitungan Frekuensi Kelompok Ahli Pertemuan Pertama ... 81

Tabel 4.18 Diskusi Kelompok Asal Pertemuan Pertama ... 82

Tabel 4.19 Penghitungan Frekuensi Kelompok Asal Pertemuan Pertama ... 82

Tabel 4.20 Diskusi Kelompok Ahli Pertemuan Kedua ... 82

Tabel 4.21 Penghitungan Frekuensi Kelompok Ahli Pertemuan Kedua ... 83

Tabel 4.22 Diskusi Kelompok Asal Pertemuan Kedua ... 84

Tabel 4.23 Penghitungan Frekuensi Kelompok Asal Pertemuan Kedua ... 84

Tabel 4.24 Diskusi Kelompok Ahli Pertemuan Ketiga ... 85

Tabel 4.25 Penghitungan Frekuensi Kelompok Ahli Pertemuan Ketiga ... 85

Tabel 4.26 Diskusi Kelompok Asal Pertemuan Ketiga ... 86

Tabel 4.27 Penghitungan Frekuensi Kelompok Asal Pertemuan Ketiga ... 86

Tabel 4.28 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotoris Pertemuan Pertama ... 87

Tabel 4.29 Penghitungan Hasil Pengamatan Aspek Psikomotoris Pertemuan Pertama ... 88

Tabel 4.30 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotoris Pertemuan Kedua ... 88

(19)

xvi

Halaman

Tabel 4.32 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotoris Pertemuan Ketiga ... 89

Tabel 4.33 Penghitungan Hasil Pengamatan Aspek Psikomotoris Pertemuan Ketiga ... 90

Tabel 4.34 Data Hasil Kuesioner ... 92

Tabel 4.35 Analisis Data Kuesioner ... 93

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Hasil Belajar dari Pembelajaran Kooperatif ... 20 Gambar 2.2 Dinamika Pembagian Kelompok Model Pembelajaran Jigsaw 27 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

A.1 RPP ... 111

Lampiran B B.1 Lembar Validitas Soal ... 152

B.2 Lembar Validitas Kuesioner ... 153

Lampiran C C.1 Tabel Data Hasil Uji Coba Ulangan ... 155

C.2 Data Nilai Ulangan Tengah Semester 2 ... 156

C.3 Dasar Pembagian Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli ... 157

C.4 Daftar Pembagian Kelompok Asal Dan Daftar Pembagian Kelompok Ahli ... 158

C.5 Data Nilai Ulangan Tipe A Dan Data Nilai Ulangan Tipe B ... 159

C.6 Data Lembar Ulangan Siswa ... 160

C.7 Data Lembar Kuis Siswa ... 172

Lampiran D D.1 Kuesioner Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran ... 179

D.2 Data Kuesioner Siswa ... 182

D.3 Perhitungan Kriteria Data Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 188

D.4 Data Klasifikasi Aspek Jawaban Siswa Data Kuesioner ... 190

Lampiran E E.1 Dokumentasi ... 207

Lampiran F F.1 Surat Ijin Penelitian ... 211

(22)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara maju tentu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan negaranya. Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan mencoba menerapkan kurikulum 2013 sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dibeberapa sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah.

Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa agar mereka memiliki kompetensi yang diharapkan, melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan; sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Komponen yang paling menonjol pada Kurikulum 2013 adalah strategi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dirancang agar siswa secara aktif mengonstruk konsep melalui tahap-tahap mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan konsep dalam suatu kelompok.

(23)

Perubahan Kurikulum, Kompas, edisi 5 Desember 2012) menyatakan penolakannya terhadap perubahan kurikulum. Koalisi Pendidikan menilai perubahan kurikulum dilakukan secara reaktif tanpa ada misi yang jelas mengenai pendidikan serta tidak didahului dengan riset dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum sebelumnya. Para guru sebagai ujung tombak dari pelaksanaan kurikulum dan para pakar pedagogik yang seharusnya terlibat justru tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan kurikulum. Perubahan kurikulum terkesan dipaksakan dan asal-asalan sehingga berakibat para guru dan murid yang menjadi korban.

(24)

Perubahan kurikulum membuat para guru dituntut berusaha lebih kreatif dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika yang kaitannya dengan proses penalaran deduktif. Penalaran deduktif merupakan proses penalaran yang kesimpulannya ditarik dari pernyataan umum menuju pernyataan khusus menggunakan penalaran. Penalaran deduktif terlebih dahulu diawali dengan konsep dan teori selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.

Proses penalaran deduktif membuat mata pelajaran matematika dikenal sebagai salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan ditakuti oleh sebagian besar siswa. Banyak siswa merasa matematika merupakan mata pelajaran yang berat dan sulit untuk dipahami. Pandangan siswa yang demikian dapat berpengaruh buruk terhadap psikologi siswa sehingga minat dan hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah. Pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan dan teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.

(25)

SMA Negeri 1 Sedayu memiliki guru dengan kualifikasi akademik yang beragam, 15 orang guru telah menempuh pendidikan S2 dan 52 orang guru telah menempuh pendidikan S1. Jumlah siswa di SMA Negeri 1 Sedayu pada bulan maret tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 925 siswa yang terbagi menjadi 32 kelas. Di kelas X dan kelas XI terdapat masing-masing satu kelas akselerasi sebagai kelas percepatan dan kelas pengayaan sebagai kelas unggulan yang disiapkan untuk menjadi wakil sekolah dalam kegiatan lomba di luar kelas. Jumlah siswa di kelas X sebanyak 316 siswa, kelas XI sebanyak 297 siswa dan kelas XII sebanyak 312 siswa.

Berdasarkan kualifikasi akademik guru dan siswa yang telah disebutkan di atas, diharapkan guru sudah mampu menerapkan beberapa model pembelajaran yang mutahir, namun kenyataannya berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas, guru matematika di SMA Negeri 1 Sedayu masih menggunakan model pembelajaran tradisional yaitu metode ceramah. Metode ceramah dipilih karena model pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 menghabiskan banyak waktu pengajaran padahal materi yang harus diajarkan oleh guru sangat banyak. Alasan lainnya karena tidak semua siswa mau berpartisipasi aktif ketika bekerja dalam kelompok.

(26)

mendapatkannya. Keadaan tersebut membuat siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada persoalan yang berbeda-beda. Pembelajaran metode ceramah membuat siswa tidak dilatih berpikir sendiri sehingga tidak sesuai dengan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik.

Model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan agar siswa dapat menerima berbagai keragaman temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Jigsaw tipe II adalah adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang, dan setiap anggota kelompok harus membaca materi secara menyeluruh serta diberikan tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif selama proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa karena merasa usahanya mendapat perhatian dari guru.

(27)

namun tidak dapat berjalan dengan baik. Masalah tersebut terjadi karena selama proses pembelajaran siswa dengan tingkat intelegensi biasa atau kurang, tidak ikut ambil bagian dalam dikusi kelompok sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Ning Endah Sri Rejeki (2009)

berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh Grobogan“ menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan belajar Matematika kelas VIII G dari hanya mencapai 72,5% menjadi 87,5%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa keaktifan siswa sangat baik selama proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II, permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Sedayu dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di atas, maka peneliti tertarik meneliti apakah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan pada kurikulum 2013 untuk materi peluang. Materi peluang dipilih karena termasuk materi yang membutuhkan tingkat pemahaman dan kemampuan analisis tinggi dalam memecahkan setiap persoalan.

(28)

mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga kurang sesuai dengan proses pembelajaran menurut Kurikulum 2013.

2. Waktu untuk proses pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum 2013 tidak sebanding dengan banyaknya materi yang akan diajarkan.

3. Tidak semua siswa dalam kelompok mau berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran secara kelompok.

4. Banyak siswa hanya menghafal rumus matematika padahal materi peluang termasuk materi yang membutuhkan tingkat pemahaman dan kemampuan analisis tinggi dalam memecahkan setiap persoalan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus, maka peneliti memberi pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif Jigsaw tipe II. 2. Materi yang dipilih dalam penelitian adalah materi peluang kelas X

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengajukan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan pada Kurikulum 2013 untuk materi peluang?

2. Bagaimana tingkat minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk materi peluang jika berhasil diterapkan pada Kurikulum 2013?

E. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian didefinisikan sebagai berikut:

(30)

2. Hasil belajar yaitu segala perubahan yang terjadi pada diri siswa yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

3. Minat belajar yaitu keterlibatan siswa secara menyeluruh baik hati dan pikirannya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan dengan memperhatikan seseorang (guru) atau kegiatan dalam kegiatan pembelajaran tanpa ada yang menyuruh.

4. Peluang suatu kejadian A adalah hasil bagi banyaknya kemungkinan kejadian A terjadi dengan banyaknya anggota ruang sampel dari suatu percobaan.

(31)

F. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan penelitian yang ingin peneliti sumbangkan berdasarkan hasil penelitian mengenai Kurikulum 2013 jika kurikulum ini akan tetap diterapkan oleh pemerintah yaitu:

1. Mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan pada Kurikulum 2013 untuk materi peluang.

2. Mengetahui tingkat minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk materi peluang jika berhasil diterapkan pada Kurikulum 2013.

G. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian berjalan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah direncanakan maka diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi penulis, hasil penelitian dapat memberikan pengalaman terutama dalam perannya sebagai seorang guru saat memasuki dunia kerja untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berdasarkan Kurikulum 2013.

(32)

3. Bagi siswa, melatih untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan membantu siswa memahami materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.

4. Bagi pemerintah, hasil penelitian dapat memberikan sumbangan mengenai realisasi proses pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum 2013.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian terdiri dari 5 bab dengan penjelasan sebagai berikut:

BAB I penulis menjabarkan mengenai latar belakang melakukan penelitian, identifikasi masalah yang ditemukan di tempat penelitian, pembatasan masalah dan rumusan masalah yang ingin diselesaikan, batasan masalah dan penjelasan istilah (batasan istilah) yang digunakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat yang diperoleh dari penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

(33)

BAB III berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian, jenis, subyek, obyek, variabel-variabel penelitian, bentuk data, metode dan instrumen pengumpulan data, metode/teknik menganalisis data serta prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan. BAB IV penulis menjabarkan mengenai hasil penelitian, penyajian data,

dan analisis data yang diperoleh selama melakukan penelitian dengan menggunakan proses analisis data yang telah dipaparkan pada BAB III. Pada BAB ini juga akan membahas mengenai keterbatasan yang dialami peneliti selama melaksanakan penelitian.

(34)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

1. Implementasi Kurikulum 2013

Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah melakukan pergantian Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Komponen yang paling menonjol pada Kurikulum 2013 adalah strategi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik. Berikut tabel kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik:

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Aktivitas Belajar Mengamati

(observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang berisi hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri menjadi suatu kebiasaan.

Pengumpulan data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, experiment), mengumpulkan data.

Mengasosiasi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Sumber: M.Hosnan, 2014: 39

(35)

Tabel 2.2 Perubahan Pembelajaran

No Pola Lama Pola Baru

1 Siswa diberi tahu Siswa mencari tahu

2 Guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

Siswa belajar dengan berbasis aneka sumber belajar.

3 Siswa belajar dengan pendekatan tekstual.

Siswa belajar dengan penguatan penggunaan pendekatan ilmiah

4 Kegiatan pembelajaran berbasis konten.

Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi

5 Kegiatan pembelajaran berbasis

parsial. Kegiatan pembelajaran terpadu

6 Pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi.

7 Kegiatan pembelajaran bersifat verbalisme/ kata-kata belaka

Kegiatan pembelajaran bersifat aplikatif/terapan

8

Kurang mengutamakan pembudayaan dan pembudayaan siswa sebagai pembelajar

Pembelajaran dengan mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat

9

Kurangnya peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hardskiils) dan keterampilan mental (softskills)

Meningkatkan keseimbangan antara keterampilan fisik (hardskiils) dan keterampilan mental (softskills)

10 Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung di kelas

Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung di rumah , di sekolah dan di masyarakat.

11

Kurangnya penerapan prinsip

empowernmental/ pemberdayaan

komunikasi dalam kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan prinsip empowernmental/ pemberdayaan bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas.

12

Kurangnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran secara optimal.

13

Kurangnya penerapan nilai-nilai keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dengan penerapan nilai-nilai melalui pemberian keteladanan, membangun kemauan, mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

14

Kurang pengakuan perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.

Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.

Sumber: M.Hosnan, 2014: 39

2. Minat Belajar

(36)

merupakan mengalami. Hasnawiyah (dalam H. Makmun Khairani, 2014: 142-144) mengatakan „proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat, oleh karena itu guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti oleh siswa‟. Kalau seorang siswa mempunyai minat pada mata pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya, sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka dia akan malas memperhatikan mata pelajaran yang sedang diajarkan. Kartono dalam buku yang sama mengatakan bahwa „siswa yang tidak menaruh

perhatian pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya‟.

Syaiful Bahri Djamarah (2011: 166-167) mendefinisikan “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Lockmono (dalam buku H.

Makmun Khairani, 2014: 142) mengemukakan minat adalah „kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan

(37)

siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian minat belajar yang akan digunakan dalam penelitian. Minat belajar adalah keterlibatan siswa secara menyeluruh baik hati dan pikirannya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan dengan memperhatikan seseorang (guru) atau kegiatan dalam kegiatan pembelajaran tanpa ada yang menyuruh.

Minat sebagai salah satu aspek psikologis menurut Slameto (dalam H. Makmun Khairani, 2014: 145) dipengaruhi oleh faktor:

a) Faktor dari dalam diri siswa (cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan)

b) Faktor dari luar diri siswa (kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu obyek serta latar belakang sosial budaya).

Menurut H. Makmun Khairani (2014: 148) alasan siswa kurang minat belajar mungkin dikarenakan:

a) Kurang menariknya pembelajaran yang mereka harus hadapi setiap hari di sekolah.

(38)

c) Ada gangguan fisik atau kesehatan yang menghambat mereka belajar.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar dan salah satu usaha untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan melakukan pembelajaran yang menarik bagi siswa.

3. Model Pembelajaran

Eggen dan Kauchak (dalam M. Hosnan, 2014: 234) menjelaskan „model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk

strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggungjawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran‟. Joice dan Weil

(dalam Isjoni, 2009: 50-72) menyebutkan „model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Penerapan model pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan siswa‟. Dahlan juga

menyebutkan dalam buku yang sama bahwa „model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas‟.

(39)

sedemikian rupa dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhan siswanya. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan sesuai dengan Kurikulum 2013, misalnya pembelajaran kooperatif (cooperative learning), contextual

teaching and learning (CTL), Problem-Based Learning, dan lain-lain.

Penelitian akan membahas satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.

4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Penelitian akan membahas beberapa hal mengenai model pembelajaran kooperatif antara lain pengertian, karakter, unsur-unsur dan model-model pembelajaran kooperatif.

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan harus mengkoordinasikan usahanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

(40)

sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat

heterogen‟.

Sanjaya (dalam Rusman, 2014: 203-208) menyebutkan bahwa „Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan‟. Masih dalam buku yang sama Muslim

Ibrahim juga mengemukakan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif adalah „suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah‟.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam penelitian. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok yang terdiri atas minimal empat orang yang masing-masing anggotanya bersifat heterogen untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

(41)

terjadi perubahan proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kedua, model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama antar anggota kelompok dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pembagian anggota kelompok bersifat heterogen (kemampuan, ras, budaya, suku dan gender yang berbeda) untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung dalam menyelesaikan permasalahan. Ketiga, selama proses pembelajaran siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Arends2 (dalam Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132) mengungkapkan mengenai hasil belajar sebagai berikut:

Gambar 2.1 Hasil Belajar dari Pembelajaran Kooperatif Sumber : Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132

Sintaks kegiatan yang perlu dilakukan guru dan siswa mulai dari awal pembelajaran sampai kegiatan akhir model pembelajaran kooperatif (dalam Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132):

Tabel 2.3 Sintaks Secara Umum Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Aktivitas guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta untuk belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

(42)

Tabel 2.3 (lanjutan)

Fase Aktivitas guru

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok atau menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru menilai dan memberikan penghargaan atas upaya dan hasil belajar individu serta kelompok. Sumber : Ridwan Abdullah Sani, 2013: 132

b. Karakter Model Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2014: 206) mengemukakan mengenai karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Pembelajaran secara kelompok

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan kelompok sebagai tempat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok harus dapat membuat setiap anggotanya untuk belajar sehingga diharapkan dapat saling membantu.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif Manajemen mempunyai tiga fungsi:

(43)

b) Sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

c) Sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil optimal.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Positive interdependence (Prinsip ketergantungan positif)

(44)

Selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antarsesama. Rasa saling membutuhkan antarsesama itu terwujud melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan, (3) ketergantungan sumber untuk menyelesaikan pekerjaan, (4) saling ketergantungan peran.

2) Individual accountability (Tanggung jawab perseorangan)

Pembelajaran kooperatif bentuknya adalah kelompok, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing yang harus dikerjakan, tetapi proses penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individu. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individu inilah akuntabilitas individual.

3) Face to face promotion interaction (Interaksi tatap muka)

(45)

menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala. Intinya menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Participation communication (Partisipasi dan komunikasi)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu, setelah beberapa kali terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa variasi, yaitu

student teams-achiement divisions (STAD), jigsaw, group investigation/GI (investigasi kelompok) dan model struktural.

Perbandingan karakteristik dari masing-masing model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

(46)

Tabel 2.4 (lanjutan)

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas

Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat berupa tes

Publikasi lain Lembar

pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber: M.Hosnan, 2014: 261-262

e. Jigsaw (Model Kelompok Ahli)

1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif

(47)

siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Rusman (2014: 218) “model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil”. Menurut Lie (dalam Rusman, 2014: 218), „pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara

heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri‟.

Menurut Jhonson (dalam M. Hosnan, 2014: 249) menyatakan bahwa „pembelajaran Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok‟.

(48)

ahli) dan home group (kelompok asal). Skema pembagian kelompok pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw disajikan berikut ini.

Gambar 2.2 Dinamika Pembagian Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Sumber: Ridwan Abdullah Sani, 2013:136

Terdapat 3 jenis model pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu

Jigsaw tipe I atau dikenal dengan sebutan Jigsaw, Jigsaw tipe II

dan Jigsaw tipe III. Jigsaw tipe II dan Jigsaw tipe III merupakan bentuk adaptasi dari model pembelajaran Jigsaw tipe I. Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (1989). Teknik pelaksanaan Jigsaw tipe II hampir sama dengan Jigsaw tipe I, hanya saja dalam model ini, setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh

penghargaan kelompok (group reward). Jigsaw tipe II diawali dengan semua siswa mempelajari materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa bagian. Modifikasi

Jigsaw tipe III dikembangkan oleh Kagan (1990) dan dua

“spesialis” yang sudah banyak mempublikasikan buku seputar

pembelajaran kooperatif, David Johnson dan Robert Johnson. B3

A3 C3

B1

A1 C1 A2 B2 C2 Kelompok asal

(Home Group)

C3 C1 C2 Kelompok ahli

(49)

Tidak ada perbedaan yang menonjol antara Jigsaw tipe I,

Jigsaw tipe II, dan Jigsaw tipe III dalam tata laksana dan

prosedurnya masing-masing. Jigsaw tipe III menurut Kagan lebih terfokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual sehingga pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja dan kuisnya. Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe II dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran.

2) Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang dan setiap anggota kelompok harus membaca materi secara menyeluruh terlebih dahulu serta diberikan tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif selama proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa karena merasa usahanya mendapat perhatian dari guru.

(50)

a) Siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen. b) Siswa diberi tugas membaca beberapa bab atau unit.

c) Siswa diberi “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota kelompok saat mereka membaca.

d) Siswa dari kelompok berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka.

e) Setelah selesai diskusi, para ahli kembali kepada kelompok asal dan secara bergantian mengajari teman satu kelompoknya mengenai topik mereka.

f) Siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik (kuis). Skor kuis akan menjadi skor kelompok. Siswa yang kelompoknya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi kelompok lainnya.

Slavin (dalam M. Hosnan, 2014: 249) mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw tipe II seperti berikut:

a) Membaca. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk

dibaca sehingga mendapatkan informasi .

b) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topik

(51)

c) Laporan kelompok. Ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing-masing.

d) Kuis. Siswa memperoleh kuis individu/perorangan yang

mencakup semua topik permasalahan.

e) Perhitungan skor kelompok dan penentuan penghargaan kelompok.

3) Manfaat Interaktif Kooperatif Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Jhonson and Jhonson (dalam Rusman, 2014: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

a) Meningkatkan hasil belajar; b) Meningkatkan daya ingat;

c) Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;

d) Mendorong tumbuhnya kesadaran individu;

e) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

(52)

i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; j) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

Menurut Lei (dalam Rusman, 2014: 218) „Jigsaw merupakan

salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain‟.

4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw a) Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Kelebihan model pembelajaran tipe Jigsaw daripada model pembelajaran tipe STAD, GI dan model struktural, yaitu: (1) Setiap siswa memiliki tanggung jawab atau tugas yag sama

walaupun dengan kemampuan siswa yang heterogen. (2) Hasil diskusi digunakan sebagai penilaian kelompok. b) Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

(1) Apabila anggota dalam kelompok tidak sesuai dengan harapan siswa, maka kegiatan diskusi kelompok tidak dapat berjalan dengan baik.

(53)

5. Hasil Belajar

Ahmad Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pendapat lain mengenai hasil belajar menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2012: 14-15) adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Juliah yang juga dalam buku sama menyebutkan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli, peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian hasil belajar yang akan digunakan dalam penelitiannya yaitu segala perubahan pada diri siswa yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya khususnya pada mata pelajaran matematika.

(54)

evaluasi. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaaan belajar, dan hubungan sosial. Hasil belajar psikomotoris tampak dalam skill (keterampilan) dan kemampuan bertindak individu.

6. Peluang

a) Kemungkinan Suatu Kejadian

Setiap melakukan suatu percobaan pasti akan selalu mendapatkan hasil. Hasil dari suatu percobaan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu dalam melakukan percobaan kita harus menduga hasil yang mungkin terjadi.

Himpunan dari hasil yang diharapkan disebut kejadian. Himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi pada suatu percobaan disebut ruang sampel dan biasanya dilambangkan dengan “S”. Banyaknya anggota dalam himpunan S disebut dengan cardinal S yang dilambangkan dengan “n(S)”. Kejadian merupakan himpunan bagian

(55)

b) Frekuensi Relatif Suatu Hasil Percobaan

Frekuensi relatif adalah perbandingan antara banyak terjadi sebuah kemungkinan hasil dengan banyak percobaan yang dilakukan. Frekuensi relatif dilambangkan dengan . Misalnya A adalah suatu hasil yang mungkin terjadi dari suatu percobaan. Frekuensi relatif A atau adalah hasil bagi antara banyaknya hasil A dengan banyaknya percobaan. Frekuensi relatif dapat ditulis dengan rumus:

c) Peluang Suatu Kejadian

Peluang suatu kejadian A adalah hasil bagi banyaknya kemungkinan kejadian A terjadi dengan banyaknya anggota ruang sampel dari suatu percobaan. Peluang kejadian A dinyatakan dengan P(A). Peluang kejadian A ditulis dengan rumus:

Komplemen Suatu Kejadian

Besar peluang suatu kejadian dapat ditunjukkan pada garis bilangan seperti pada gambar berikut.

Komplemen suatu kejadian A terjadi sama artinya dengan kejadian A tidak terjadi. Komplemen kejadian A ditulis . Peluang kejadian bukan A (komplemen A) = 1 – peluang A atau dapat dituliskan:

jadi, .

0 1

(56)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan terkait penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan hasil positif, antara lain:

1. Yeyen Nuraeni (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe The Power of

Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika

Siswa MTs“ menyimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif

Jigsaw lebih baik daripada tipe the power of two. Rata-rata nilai

post-test siswa yang menerapkan model Jigsaw lebih besar yaitu 72,7 daripada tipe the power of two yang hanya 72.

2. Ning Endah Sri Rejeki (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh Grobogan“ menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan belajar Matematika kelas VIII G dari hanya mencapai 72,5% menjadi 87,5%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa keaktifan siswa sangat baik selama proses pembelajaran.

(57)

menyimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika dan komunikasi matematika daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Muhamad Hamdani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan

Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA Di Kabupaten Kota Waringin Barat“ menyimpulkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori aktivitas tinggi selama proses pembelajaran mempunyai prestasi belajar yang lebih baik ketika menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dibandingkan tipe STAD.

Beberapa hasil penelitian relevan yang telah disebutkan di atas, semakin membuat peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif

Jigsaw sebagai pemecahan masalah yang terdapat di SMA Negeri 1 Sedayu.

(58)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMA Negeri 1 Sedayu, metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan model pembelajaran tradisional yaitu metode ceramah. Metode ceramah dipilih karena model pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 menghabiskan banyak waktu pengajaran padahal materi yang harus diajarkan oleh guru sangat banyak. Alasan lainnya karena tidak semua siswa mau berpartisipasi aktif ketika bekerja dalam kelompok. Metode ceramah membuat sebagian besar siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami materi dengan benar. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berdasarkan masalah yang ada di SMA Negeri 1 Sedayu dan hasil penelitian relevan yang telah disebutkan di atas.

(59)
(60)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatan analitiknya, penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriptif kuantitatif kualitatif. Peneliti mendeskripsikan masalah-masalah yang akan diamati kemudian menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematik dalam bentuk angka serta mencari informasi-informasi dari data kuesioner.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Penelitian menggunakan subyek penelitian populasi, yaitu himpunan siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sedayu dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang (19 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki).

2. Obyek Penelitian

(61)

C. Bentuk Data

1. Data kuantitatif diperoleh dari keterlaksanaan RPP hasil belajar yang terdiri dari aspek kognitif didapat dari nilai akhir ulangan siswa, afektif dilihat dari sikap sosial siswa selama proses pembelajaran dan aspek psikomotoris dilihat dari penilaian keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.

2. Data kualitatif diperoleh dari kuesioner minat belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.

D. Metode dan Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian menggunakan metode dan instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Metode penelitian yang digunakan adalah: a. Metode Observasi/Pengamatan

(62)

b. Metode tes

Penelitian menggunakan tes tertulis bentuk uraian supaya peneliti dapat melihat langkah kerja dan sejauh mana siswa dapat memahami materi yang telah diberikan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Tes tertulis bentuk kuis diberikan setiap kali pertemuan setelah diskusi kelompok asal. Tes tertulis bentuk ulangan diberikan satu kali setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif

Jigsaw tipe II pada materi peluang.

c. Kuesioner

Pengambilan data menggunakan kuesioner berstruktur bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir diberikan secara terbuka. Kuesioner bentuk ini dipilih karena jawaban yang harus diisi oleh siswa telah disediakan oleh peneliti dalam bentuk

option namun siswa juga harus memberikan alasan secara bebas

dalam memilih option tersebut. Kuesioner dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada materi peluang.

2. Instrumen penelitian a. Instrumen Pengamatan

1) Keterlaksanaan Rencana Proses Pembelajaran (RPP)

RPP digunakan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan ciri pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe

(63)

bersama guru mata pelajaran. RPP terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dan langkah-langkah yang harus dilakukan selama proses pembelajaran. Peneliti akan melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sampai sejauh mana kesesuaian antara proses pembelajaran model kooperatif Jigsaw tipe II dengan RPP yang telah dibuat. Berikut pokok-pokok pengamatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan penelitian:

Tabel 3.1 Lembar Keterlaksanaan Rencana Proses Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Ya Tdk

Pendahu-luan

Guru mengucapkan salam pembuka pembelajaran Guru memeriksa kehadiran siswa

Guru memberikan contoh permasalahan yang ada di LKS atau mengingatkan kembali materi sebelumnya

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok asal yang masing-masing beranggotakan 5-6 orang.

Setiap siswa dalam kelompok asal diberikan LKS dengan bentuk soal berbeda.

Setiap siswa menyimak dan mencermati seluruh pertayaan yang ada di LKS (Mengamati).

Siswa mengajukan pertanyaan yang mengarah tentang persoalan yang ada di LKS (Menanya).

Setiap orang dalam kelompok asal diberikan tugas yang berbeda

Anggota kelompok yang mempelajari bagian sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan bagian dari tugas mereka.

Setiap anggota dalam kelompok ahli mencari dan membaca dari sumber buku lain (Mengumpulkan Informasi).

Siswa berdiskusi untuk merumuskan dan memikirkan tentang persoalan yang ada di LKS (Mengolah Informasi).

Setiap siswa dalam kelompok ahli kembali kedalam kelompok asal. Lembar hasil diskusi di kelompok ahli dibahas dan dikomunikasikan dalam kelompok asal (Mengkomunikasikan).

Guru mengumpulkan hasil diskusi setiap kelompok

Gambar

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran
Tabel 2.3 Sintaks Secara Umum Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.3 (lanjutan)
Tabel 2.4 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..

Laporan keuangan merupakan informasi yang menunjukkan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang telah lalu dan prospeknya di

(2) Tidak termasuk objek Retribusi Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat usaha/ kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah..

Hasil uji Pearson product moment terhadap korelasi nilai Kreatinin dan Agregasi Trombosit menunjukkan nilai ADP5 p=0.004 yang berarti p value ≤ 0,05 nilai alpha

He knew a bit about sentient weapons, artifacts of great power and great ego, and he understood that Entreri, after decades of enslavement, could not begin to control Charon’s

Dicirikan oleh tidak adanya bahasa. Karena anak tidak menguasai kata untuk suatu benda. Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris. Objek akan tidak eksis bagi

Berdasarkan wawancara dengan guru serta anak TK dan SD (kelas 1) di Surabaya, permasalahan yang terjadi adalah sejak dini tidak dibiasakan untuk dekat dengan dunia olahraga