• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.6 Cooperative Learning Tipe Think Pair Share

c. Menyusun Jaring Tema

Menyusun jaringan tema berarti memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dari mapel-mapel yang sesuai dengan tema yang dipilih. Jaringan tema merupakan dasar pembuatan silabus.

d. Menyusun Silabus

Setelah jaringan tema dibuat, langkah selanjutnya adalah menyusun silabus. Silabus memuat komponen-komponen pembelajaran yang nantinya ada pada Rencana pelaksanaan pembelajaran.

e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran atau rincian dari silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

2.1.5.5Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar pada pembelajaran tematik menurut Wulandari dan Sukayati (2009: 42) bertujuan untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator dari semua mata pelajaran yang terdapat dalam tema. Dengan demikian penilaian tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan kembali pada kompetensi dasar (KD) dan indikator masing-masing mata pelajaran.

2.1.6 Cooperative Learning Tipe Think Pair Share

2.1.6.1 Pengertian Model Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berbasis sosial. Menurut Arends (2008: 4) model pembelajaran kooperatif merupakan pembelaja-ran yang berupaya membantu siswa mempelajari isi akademis dan berbagai

kete- 

rampilan unuk mencapai tujuan tanpa mengabaikan hubungan antarmanusia. Pada pembelajaran model kooperatif ini, siswa bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menyelesaiakan pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan kepada mereka dengan dukungan dan arahan dari guru (Suprijono 2010: 54).

Model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 32) mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok-kelompok mereka dan saling membantu antarsatu sama lain.

Model pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh berbagai hal sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

b. Tim-tim terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan beragam.

c. Bilamana memungkinkan, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan

gender.

d. Sistem reward-nya berorientasi pada kelompok dan individu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan pentingnya kerjasama antar individu.

  2.1.6.2 Tujuan Model Kooperatif

Menurut Arends (2008: 5), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting. Berikut adalah tujuan penting tersebut.

a. Prestasi akadamis

Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik yang penting. Model pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa berprestasi rendah dan tinggi yang mengerjakan tugas-tugas akademik bersama-sama. Mereka memiliki prestasi tinggi meng-ajari teman-teman yang berprestasi lebih rendah, sehingga memberikan ban-tuan khusus dari sesama teman.

b. Toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman

Model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa dalam tim-tim atau kelompok-kelompok. Dengan penempatan tersebut, akan muncul sifat toleran-si dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama secara independen pada tugas yang sama dan melalui penggunaan struktur reward

kooperatif, belajar untuk saling menghargai. c. Mengembangkan keterampilan sosial

Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi dengan siswa. Melalui pengkondisian bekerja dalam kelompok,

 

akan memupuk dan menumbuhkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi siswa dengan sesamanya.

2.1.6.3 Model Kooperatif tipe Think Pair Share

Think Pair Share adalah salah satu tipe dari model pembelajaran koope-ratif yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Menurut Huda (2011: 136)

Think Pair Share memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan temannya. Disamping itu, pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini juga lebih mengoptimalkan partisipasi siswa selama pembelajaran.

Menurut Arends (2008: 15) pembelajaran dengan tipe Think Pair Share

akan memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Pada pembelajaran tipe Think Pair Share, siswa dapat memper-oleh pengetahuan secara integratif. Pengetahuan dipermemper-oleh secara integratif mela-lui proses tanya jawab atau diskusi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung (Suprijono 2011: 91).

Berikut adalah sintaks model Think Pair Share menurut Arends (2008: 16).

a. Langkah 1-thinking

Pada tahap ini, guru mengajukan sebuah pertayaan atau isu yang terkait dengan pelajaran. Siswa memikirkan jawaban secara individu.

b. Langkah 2-pair

Siswa saling berpasangan dan mendiskusikan jawaban yang telah mereka pikirkan secara individu. Interaksi pada tahap ini dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan telah teridentifikasi.

  c. Langkah 3-share

Dalam tahap ini, pasangan-pasangan siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Presentasi dilakukan sampai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka.

Sedangkan menurut Huda (2011:136-137), model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki prosedur sebagai berikut.

a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri.

d. Kelompok membentuk anggota secara berpasangan dan setiap pasangan berdiskusi.

e. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya dan menshare hasil diskusinya.

Pada penelitian yang dilakukan, langkah-langkah yang digunakan adalah langkah yang diutarakan oleh Arends. Hal ini dikarenakan objek penelitian adalah siswa kelas II sekolah dasar. Langkah-langkah model pembelajaran yang diutarakan oleh Arends lebih sederhana sehingga siswa lebih mudah untuk dikondisikan. Pada langkah pembelajaan Arends, siswa berpasangan. Otomatis mobilitas yang dilakukan oleh siswa lebih sedikit jika dibandingkan dengan langkah pembelajaran yang dikemukakakan oleh Huda.

Menurut Fadholi (2009) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki keunggulan sebagai berikut.

 

a. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok.

d. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

e. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.