• Tidak ada hasil yang ditemukan

Copying Strategi: Suatu Strategi Dalam Menangani Kemiskinan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Copying Strategi: Suatu Strategi Dalam Menangani Kemiskinan

Copying Strategi dikenal juga dengan copying behaviour, copying mechanisms, survival strategies, household strategies, dan livelihood diversivication (Suharto, 2002). Kajian mengenai Copying Strategi dapat memberikan gambaran

mengenai karakteristik dan dinamika kemiskinan yang lebih realistis dan komprehensif. Suharto menjelaskan bagaimana keluarga miskin merespon dan mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang terkait dengan situasi kemiskinannya.

Kesadaran akan pentingnya menangani kemiskinan yang berkelanjutan yang menekankan pada penguatan solusi-solusi yang ditemukan oleh orang yang bersangkutan semakin mengemuka. Pendekatan ini lebih memfokuskan pada pengidentifikasian “apa yang dimiliki oleh orang miskin” ketimbang “apa yang tidak dimiliki oleh orang miskin”, yang menjadi sasaran pengkajian. Pada mulanya, konsep Copying strategi sering dipergunakan untuk menunjukkan strategi bertahan hidup (Survival strategies) keluarga di pedesaan di negara-negara berkembang dalam menghadapi kondisi krisis, seperti bencana alam, kekeringan, gagal panen dan lain-lain.

Secara umum Copying strategies dapat di defenisiskan sebagai kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam keluarga miskin menurut Moser (1998), strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau mengatur berbagai asset yang dimilikinya. Dalam Moser (1998: 4-16) kerangka analisis yang disebut “The Asset Vulnerability Framework” meliputi berbagai pengelolan seperti:

1. Asset Tenaga Kerja (Labour Assets), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.

Dalam masyarakat patriakhat, wanita merupakan kelompok subordinasi yang dianggap pekerjaannya hanyalah dalam sektor domestik, dalam konsep asset ini wanita ikut dalam peran pada faktor publik, yakni ikut dalam pengerjaan lahan. Hal ini sebenarnya tidak asing lagi dilihat dalam kehidupan di pedesaan. Di daerah pedesaan para wanita dan anak-anak sangat sering terlibat dalam membantu kebutuhan keluarga, yaitu mereka mengerjakan apa yang sebenarnya lebih sering dikerjakan oleh laki-laki, tetapi oleh karena keadaan, bila hanya laki-laki yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan, kebutuhan rumah tangga dan yang lainnya kurang dapat terpenuhi, sehingga kaum wanita dan anak-anak ikut serta dalam pemenuhan produk ekonomi, seperti ikut ke sawah mengerjakan pekerjaan yang ada di sawah, demikian halnya dengan anak-anak, setelah mereka selesai sekolah mereka akan membantu orangtua ikut bekerja dan bertanggungjawab layaknya seperti orang dewasa setiap harinya. Hal inilah yang membedakan mereka dengan anak-anak di perkotaan, kesempatan mereka untuk belajar lebih sedikit dari pada anak-anak yang tinggal di perkotaan, hal ini juga dapat mengakibatkan ketertinggalan ilmu pengetahuan dan kurang wawasan bagi anak-anak yang lahir di pedesaan. Selain itu, anak-anak di pedesaan lebih banyak belajar dari alam dan pengalaman tempat mereka bekerja dan belajar, sedangkan anak-anak di perkotaan lebih kepada kecanggihan teknologi yang telah tersedia.

2. Asset Modal Manusia (Human Capital Assets), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan

dan pendidikan yang menentukan kembali atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya. Kesehatan merupakan asset manusia yang paling berharga. Bila manusia tidak sehat maka tidak akan mampu dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, seperti makanan, pakaian, pendidikan maupun kebutuhan hiburan. Oleh sebab itu faktor kesehatan menjadi pertimbangan dalam penentuan seseorang atau kelompok orang dapat memenuhi kebutuhan, dan meningkatkan taraf hidupnya selayaknya ukuran kebutuhan yang baik.

3. Asset Produktif (Produktive Assets), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya. Setiap tempat dapat dijadikan sebagai lahan produktif dalam pemenuhan kebutuhan,

baik yang dipergunakan sehari-hari maupun untuk jangka panjang. Rumah dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan keterampilan yang menghasilkan pendapatan yang lumayan, yang umumnya dikenal sebagai home industry. Sedangkan sawah dan ternak di daerah pedesaan, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti memelihara ternak, menanam sayur-sayuran, umbi-umbian bahkan membuat kerangka untuk beternak ikan, dan lain-lain, karena memang di daerah pedesaan hal ini memungkinkan, karena rumah berdekatan dengan ladang, dan tidak mengganggu orang lain jika memelihara ternak, dan di daerah pedesaan sudah seperti budaya, bahwa hampir setiap rumah mempunyai ternak, lain halnya dengan di kota, kita tidak dapat menerapkan seperti apa yang kita inginkan,

Karena harus dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian oleh karena kemajemukan dan sifat individualis yang tinggi.

4. Asset Relasi Rumah Tangga atau keluarga (Household relation assets), kelompok etnis, migrasi, tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang siap untuk bekerja tanpa memandang apa pekerjaan yang dilakukannya, tetapi memberi keuntungan terhadap orang lain dan juga dirinya. Kelompok etnis menunjukkan perbedaan prestasi kerja dengan yang lainnya. Ada etnis yang streotipnya adalah pekerja keras, ulet, dan menjunjung tinggi marwah etnisnya. Ada yang lain lembut, teliti, dan juga lebih menunjukkan persaudaraan yang begitu erat. Faktor migrasi dan “uang kiriman” juga sangat erat kaitannya dalam meningkatkan taraf hidup suatu keluarga dalam kelompok masyarakat. Relasi yang baik dalam keluarga juga mempengaruhi kelangsungan atau kelancaran produksi ekonomi keluarga.

5. Asset Modal Sosial (Social Capital Assets)

Sebagian besar penelitian mengenai Copying Strategies menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis. Rumah tangga menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap, namun tidak selalu memiliki hubungan darah, baik anggota keluarga maupun

rumah tangga umumnya memiliki kesepakatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama, yaitu mata pencaharian. Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan yang bersifat tunai dan ada juga yang bersifat barang, suatu kehidupan akan didukung oleh adanya interaksi yang ada antara orang-orang yang ada disekitar kita, khususnya keluarga, yaitu merujuk kepada kemampuan untuk mencari nafkah (livelihood capabilities), asset nyata menunjuk kepada simpanan (makanan, emas, tabungan), dan sumber-sumber lainnya seperti (tanah, air, sawah, tanaman, ternak

Moser (1998) juga menjelaskan bahwa di daerah pedesaan copying strategies keluarga miskin sangat terkait dengan sumber daya alam dan juga sistem pertanian. Beberapa bentuknya antara lain meliputi:

• Akumulasi asset pada masa panen untuk digunakan pada masa paceklik.

• Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam mengelola makanan dan sumber daya alam pada masa krisis.

• Migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan.

• Penggantian jenis tanaman dan cara bercocok tanam. • Pengumpulan tanaman-tanaman liar untuk makanan • Penghematan konsumsi makanan

• Peminjaman kredit dari anggota keluarga, pedagang atau lintah darat • Penjualan simpanan benda-benda berharga (emas, perabotan rumah tangga) • Penjualan asset produktif (tanah, binatang, ternak peliharaan)

• Produksi dan perdagangan skala kecil (buka warung) • Penerapan ekonomi subsistem

• Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis (Program JPS)

Dalam garis besar beberapa bentuk Copying strategies keluarga miskin dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu:

Melibatkan lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan, memulung barang-barang bekas, menyewakan kamar, menggadaikan barang, meminjam uang ke bank atau lintah darat. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan asset yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan taraf hidup masyarakat.

Pengontrolan Konsumsi dan Pengetatan Pengeluaran

Mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk biaya pendidikan dan juga kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri. Kontrol ataupun manajemen pada keuangan yang dimiliki sangat penting untuk menjaga asset modal atau setidaknya tidak mengalami kerugian, karena tidak akan sangat fungsional suatu kerja ataupun tenaga bila tidak menghasilkan sesuatu yang dapat ditabung dan dijadikan modal selanjutnya.

Pengubahan Komposisi Keluarga

Migrasi ke desa atau ke kota lain, meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan pendapatan, menitipkan anak kepada kerabat atau keluarga yang lain baik secara temporer maupun permanen.

Komposisi keluarga sangat mempengaruhi komposisi pendapatan. Bila suatu keluarga sudah mempunyai anggota yang sudah terlalu banyak, maka sebaiknya sebagian dari anggota keluarga tersebut baiknya dikirim ke luar untuk bekerja

atau dididik oleh kerabat keluarga. Namun, apabila masih kekurangan anggota keluarga dalam meningkatkan tingkat perekonomian keluarga, maka sebaiknya jumlah anggota keluarga ditambah, misalnya meminta saudara atau kerabat untuk ikut membantu.