• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.6. Analisis Strategi Pertahananan Hidup Petani Jala Pung (Keramba)

4.6.3 Strategi Pertahananan Hidup Orang Miskin

Asset tenaga kerja (labour Assets), seperti yang kita ketahui bahwa di daerah pedesaan sudah biasa apabila wanita/istri dan anak-anak turut bekerja dalam

membantu ekonomi rumah tangga, hal itu sudah merupakan kebiasaan dan tidak asing lagi. Dalam keluarga miskin. Menurut Moser (1998), strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau mengatur berbagai asset yang dimilikinya, artinya setiap anggota keluarga yang ada di dalam rumah tersebut bertangungjawab bersama-sama dalam menopang ekonomi keluarga, wanita/istri bertani, berjualan. Sedangkan anak-anak ikut martoba (menangkap ikan), ikut membantu orangtua bertani, mencari uang dengan gajian kepada orang lain, dan lain-lain.

Asset modal Manusia (human capital assets) misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang mereka keluarkan, pada umumnya petani jala apung (keramba) yang tergolong miskin dalam penelitian ini pendidikan mereka rata-rata rendah, sehingga jika hanya mengandalkan pendidikan/keterampilan tentu saja mereka kurang mampu. Dengan keterampilan seadanya dan tenaga yang dimiliki adalah modal utama mereka dalam memperoleh penghasilan, selain hal ini pihak keluarga juga harus memiliki keterampilan irit yaitu melakukan Penekanan/pengetatan pengeluaran.

Dalam hidup sehari-hari dalam konsumsi mereka harus irit termasuk jarang jajan, usaha yang mereka lakukan juga yaitu dengan mengusahakan apa saja yang dapat menjadi sumber penambahan penghasilan agar tetap dapat makan dan yang lain terpenuhi. Kebanyakan pekerjaan sebagai tambahan penghasilan dari keramba yaitu martoba (nelayan), yaitu menangkap ikan dengan menggunakan solu (sampan) dan

doton (jaring), bertani sawah/ladang, tetapi sawah yang mereka kelola sebagian besar adalah disewa, memelihara ternak walaupun hanya dalam jumlah kecil saja, seperti babi, ayam, itik, entok dan lain-lain. Untuk mengirit pengeluaran keluarga untuk kebutuhan sekolah setelah tamat SMP, mereka tidak jarang menitipkan anaknya sekolah kepada keluarga yang lumayan dari segi ekonomi agar tidak mereka yang biayai secara penuh. Menurut salah seorang informan Jubel S (Lk 21 tahun)

“ Strateginya selain bertani jala apaung (keramba), mereka juga martoba (nelayan), yaitu menangkap ikan menggunakan doton dan solu (jaring dan sampan) untuk menangkap ikan pora-pora setiap harinya, dan orangtuanya juga bertani, menanam padi, sayur, kopi. Sebenarnya mengusahakan keramba ini modalnya sedikit, baru supaya bertahan, ya kami irit-iritlah dalam hidup sehari-hari, dan abang dan kakak yang membantu keluarga kami, mereka sering juga mengirim uangnya sama kami”.

Asset produktif (produktif assets), misalnya mereka menggunakan rumah, sawah/ladang, memelihara ternak dan bertani, seperti menanam padi, bawang merah, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan lain-lain. Hasil dari pekerjaan ini ada yang untuk dikonsumsi sendiri, tetapi lebih banyak juga hasilnya untuk dijual dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Asset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets), mereka memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi, tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”. Hal ini dilakukan oleh petani jala apung (keramba) jika memang kondisi sudah benar-benar dalam keadaan sulit, mereka terpaksa meminta anak/saudara untuk membantu mereka. Hal ini diakibatkan

adanya perasaan malu jika meminta bantuan pada orang lain, dimana ketika hal itu diketahui tetangga dan keluarga yang agak jauh adalah merupakan suatu kemaluan karena dianggap tidak dapat bertangungjawab dalam membina dan membiayai keluarganya.

Asset modal sosial (social capital relation), misalnya memanfaatkan hubungan yang baik dengan para toke dan langganan, jaringan ini jelas terlihat ketika dalam membutuhi pakan ikan mereka hal yang mereka lakukan adalah mengutang kepada toke, lalu setelah panen baru mereka bayar, ada juga yang meminjam uang kepada langganan, untuk mengembalikannya mereka memberikan ikan mereka nantinya setelah bisa dipanen. Menurut salah seorang informan Op Naomi (Lk 70 tahun)

“ Strategi bertahan hidup jika ada yang memberikan pinjaman, kalau tidak ada ditahan-tahankanlah, tidak mungkin kita paksa orang. Jadi tidak bisa dipastikan, seperti orang Jawa bilang mangan ora mangan yang penting ngumpul, apapun yang ada itulah yang kami makan, usaha kami yang lain, memelihara itik dan entok, ya itulah cara kami bertahan hidup sampai sekarang apa adanya".

Matriks 3. Pekerjaan yang ditekuni oleh petani jala apung (keramba) supaya dapat bertahan hidup dan meningkatkan usahanya.

No informan Usaha tambahan yang ditekuni (kaya)

1 M. Situmorang Menambah jumlah keramba, membuka usaha café, kilang padi dan istrinya adalah seorang guru SMP. 2 V. Banjarnahor Membuka usaha lain seperti bagan pora-pora,

bertani, menambah jumlah keramba

3 H. Simanullang Selain pegawai kantor camat, dia menambah jumlah kerambanya, bertani walaupun sedikit.

Usaha yang ditekuni petani keramba yang tergolong sedang (berkecukupan) 1 R. Sitohang Selain berkeramba dia bertani, memelihara babi,

dan istrinya adalah seorang guru.

2 Henry Sinambela Keramba adalah tambahan, bertani adalah fokusnya, selain itu juga dia memelihara babi yang lumayan banyak jumlahnya.

3 Zuanda S Selain berkeramba, dia mengusahakan sendiri bibit untuk kerambanya, dalam berusaha dia tetap bergantung pada iklim, dan jika ada hasilnya dia menambah usaha kerambanya.

4 Kordis Nainggolan Usaha lain yang ditekuni adalah, memelihara babi, itik, entok, ayam, istrinya berjualan ke Dolok Sanggul, dan juga mengusahakan kapal

Usaha yang ditekuni petani keramba yang tergolong miskin

1 Jubel Sinambela Selain berkeramba, mereka juga martoba (nelayan) setiap hari, bertani, dan mengharapkan uang kiriman dari anak dan saudara

2 A.L.Toruan Bertani

3 Op Naomi Selain membuat jala apung (keramba) mereka memelihara itik, babi dan entok, dan setiap harinya selalu irit-irit

4 Op Lumingga Bertani, dan mengharapkan uang kiriman dari anak dan saudara.

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Pada awalnya Kecamatan Baktiraja adalah daerah yang sangat bagus untuk pertanian, namun seiring dengan perkembangan zaman, dengan banyaknya bahan-bahan yang serba instan dan masyarakat yang ingin serba cepat. Dalam hal ini adalah pupuk dan obat-obatan yang terbuat dari bahan kimia untuk pupuk tanaman. Hal inilah menurut masyarakat khususnya para orangtua dari tanah yang sekarang, dimana tanah yang sebenarnya berwarna hitam berubah menjadi seperti berwarna kekuning-kuningan, termasuk juga warna air di persawahan seperti kuning atau dalam bahasa di Kecamatan Baktiraja dikatakan “hirta”. Penduduk Baktiraja telah melakukan berbagai cara, seperti berdoa bersama, mendatangkan dinas pertanian dan peternakan dengan harapan kejayaan Kecamatan Baktiraja yang mengandalkan bawang merah, padi, kacang tanah, ikan nila, ikan mas kembali seperti yang dulu dan kehidupan ekonomi masyarakat lebih membaik.

Dengan kondisi pertanian yang sangat sulit, dimana sebagian besar penduduknya adalah petani sawah/ladang dan petani jala apung (keramba) yang sangat menggantungkan hidup pada sektor pertanian, namun hal itu tidak dapat lagi diandalkan, masyarakat di Kecamatan Baktiraja pada saat ini dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit yang berusaha mencari sumber penghidupan yang layak darimana saja untuk dapat bertahan hidup.

Masyarakat di Kecamatan Baktiraja saat ini tergolong miskin, masyarakat yang tergolong miskin 70 persen, yang hidup sedang (berkecukupan) dua puluh

persen, dan yang tergolong kaya hanya sepuluh persen. Data di lapangan ini sedikit berbeda dengan data yang diperoleh dari badan pusat statistik (BPS), dimana menurut data BPS jumlah yang miskin di Kecamatan Baktiraja sekitar 56,36 persen, yaitu dilihat dari jumlah penerima beras miskin. Dari temuan data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan asset pentagonal, diantara kelima asset yang dimiliki, yang paling memadai sebenarnya adalah sumber daya alam, tetapi melihat hasil sekarang yang menunjukkan penurunan dari segi kuantitas dan juga kualitas secara drastis, dimana menurut peserta FGD bahwa itu dipengaruhi oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan, dan juga keserakahan manusia itu sendiri. Sehingga sumber daya alam berada pada poin 3, jika sebelumnya menurut mereka bisa berada pada poin 4 dan paling memadai. Dari kelima asset itu yang paling tidak memadai/rendah adalah sumber daya manusia, sedangkan kondisi ekonomi/keuangan, fisik/infrastruktur, dan modal sosial berada pada poin yang sama yaitu tiga, dapat dikatakan lumayan memadai. Strategi yang dibuat oleh petani jala apung (keramba) untuk dapat bertahan hidup yaitu dengan berbagai cara, mereka mau melakukan pekerjaan yang sangat sulit juga mereka kerjakan dengan tujuan kebutuhan ekonomi keluarga dapat bertahan, beberapa cara yang mereka lakukan adalah sebagai berikut: 1. Strategi pertahanan hidup kaya. Dengan adanya modal mereka membuka usaha

yang lain, yang berkompeten untuk berkembang di daerahnya seperti membuka café, membuat bagan penangkap ikan, dan menambah jumlah keramba. Untuk membuka usaha ini tidak dapat dilakukan banyak orang di Kecamatan Baktiraja, hanya mereka yang mempunyai modal banyak yang dapat mengerjakannya, selain

hal itu mereka dapat bertahan dan berkembang adalah karena mereka atau salah satu dari mereka adalah pegawai.

2. Strategi pertahanan hidup yang sedang (berkecukupan). Untuk dapat bertahan hidup mereka juga membuka usaha lain, seperti berjualan, memelihara ternak seperti babi, itik, ayam, termasuk bertani, selain itu juga dalam pengelolaan jala apaung (keramba) hampir sama seperti mereka yang miskin, yaitu dengan mengolah sendiri tambahan pakan ikan mereka, ada juga yang membuka usaha yang lain, seperti kilang, berjualan dan ada yang mengusahakan kapal.

3. Strategi pertahanan hidup orang miskin. Menurut mereka yang miskin, modal adalah sesuatu yang dapat mengangkat status sosial mereka, jadi dengan dengan keterbatasan modal maka mereka seolah tidak dapat berbuat banyak. Strategi yang mereka lakukan untuk dapat bertahan hidup, yaitu dengan melibatkan semua anggota keluarga yaitu wanita/istri dan anak-anak turut bekerja dalam membantu ekonomi rumah tangga, yaitu dengan mengusahakan sumber pendapatan darimana saja, dari pertanian, martoba (nelayan), memelihara ternak, berjualan, termasuk juga pergi mencari gaji ketempat orang lain yang butuh tenaga kerja. Dalam kehidupan sehari-hari dimana menurut mereka selalu kekurangan, untuk dapat bertahan hidup, mereka harus irit/jarang jajan agar tetap dapat makan sebagaimana biasanya. Bagaimanapun kondisinya mereka tahankan saja, jika ada orang yang memberikan pinjaman syukur. Jika memang kondisi sudah sangat sulit mereka mengharapkan uang kiriman dari anak/saudara, mengharapkan bantuan dari pemerintah, melalui subsidi, dan bantuan kemiskinan, termasuk juga dalam

memenuhi pakan ikan mereka sering mengutang pada toke, lalu pada saat panen mereka bayar utang.

5.2. Saran

1. Sama seperti saran dari beberapa saran dari peserta FGD, dimana mereka menyarankan agara pemerintah, khususnya pemerintahan Kabupaten dan Propinsi memperhatikan kondisi masyarakat secara langsung, dan pemerintah juga dapat kiranya mendorong para pemilik modal untuk menanam sahamnya dalam mengembangkan sektor parawisata yang ada di Kecamatan Baktiraja sebagai salah satu daerah yang potensial dikembangkan menjadi daerah pariwisata sejarah yang dapat juga meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di Kecamatan Baktiraja.

2. Para petani jala apung (keramba), khususnya yang tergolong sulit dalam ekonomi supaya sabar dan menikmati pekerjaannya, belajar dari pengalaman untuk lebih baik dan mau belajar kepada mereka yang tergolong sukses walaupun hasilnya sedikit.

3. Pemerintahan yang ada yaitu pemerintahan tingkat kecamatan hendaknya memberikan penyuluhan lebih baik lagi, bagaimana bertani, beternak dan bersawah agar dapat meningkatkan taraf hidup dan mengubah nasib. Selain itu juga masyarakat perlu dibekali bagaimana supaya mereka sadar bahwa yang

dilakukan oleh pemerintah itu adalah untuk kebaikan masyarakat itu sendiri dan bukan hanya untuk kepentingan pemerintah saja.