• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Corporate Governance

a. Definisi Corporate Governance

Istilah corporate governance untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Comitte pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal dengan nama Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia (Lestari dan Pamudji, 2013).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada tahun 2001 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate

governance merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan,

dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Sedangkan, menurut The Organization for Economic

Corporation and Development (OECD) dalam Larasati (2009),

corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para pemegang saham,

dewan pengurus, para manajer, dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat mendorong perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

b. Manfaat Corporate Governance

Penerapan corporate governance, menurut FCGI (2001) dalam Larasati (2009), memberikan empat manfaat, yaitu :

1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2) Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus meningkatkan shareholdes’s values dan dividen.

c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu para negara anggotanya ataupun negara lain, berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan ketentuan- ketentuan corporate governance serta memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peran dalam mengembangkan corporate governance.

Menurut OECD dalam Darmawati (2004), pilar-pilar yang melandasi prinsip-prinsip corporate governance adalah fairness (keadilan), transparency (transparasi), accountability (akuntabilitas), dan responsibility (pertanggung jawaban). Fairness berkenaan dengan keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam (self-dealing atau insider wrong doing).

Transparency dilakukan melalui penyempurnaan pengungkapan

(disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas manajemen dilakukan melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus, pemegang saham dan auditor. Tanggung jawab perusahaan berkenaan

dengan perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.

Berdasarkan OECD (1999) dalam Darmawati (2004), prinsip- prinsip corporate governance terdiri dari lima hal sebagai berikut: 1) Hak-hak pemegang saham

Kerangka kerja corporate governance harus melindungi hak-hak pemegang saham.

2) Perlakuan yang adil kepada pemegang saham

Corporate governance harus meyakinkan adanya kesetaraan

perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan (redress) yang efektif atas penyimpangan dalam hak-hak mereka.

3) Peranan stakeholder dalam corporate governance

Corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.

4) Pengungkapan dan transparansi

Corporate governance harus meyakinkan bahwa pengungkapan

keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan (governance of the company).

5) Tanggung jawab dewan direksi

Corporate governance harus meyakinkan pedoman strategi

perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.

Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditor dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya, seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai media pertanggungjawaban perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan perusahaan menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan, dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah kepada para stakeholder.

Corporate governance harus memberikan insentif yang tepat untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran- sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dengan fasilitas fungsi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara efisien.

Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Jadi, corporate governance berkaitan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer.

d. Mekanisme Corporate Governance

Penelitian ini menggunakan lima aspek corporate governance yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit.

Dokumen terkait