• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance, yang diproksikan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit, manajemen laba (earning management) dan ukuran perusahaan.

a. Mekanisme Corporate Governance

1) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan institusional dipercaya oleh beberapa peneliti dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan (Praditia, 2010). Kepemilikan institusional (KINS) dihitung dengan cara sebagai berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):

Jumlah saham yang dimiliki pihak institusi KINS ____________________________________________________ Jumlah saham perusahaan yang beredar

2) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan saham yang besar, dari sisi ekonomisnya, memiliki insentif dalam menyelaraskan kepentingan agen dengan prinsipal (Herawaty, 2008). Kepemilikan institusional (KMNJ) dihitung dengan cara sebagai berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):

3) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan suatu perusahaan, tidak memiliki jabatan rangkap di perusahaan lain yang terafiliasi dengan suatu perusahaan, dan memahami peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal. Perusahaan publik wajib memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris (Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/062000)). Proporsi dewan

Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen KMNJ ________________________________________________________

komisaris independen (KIND) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):

4) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang baik serta dilaksanakannya good corporate governance (GCG). Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan dapat diminimalisir (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Peran komite audit juga sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan (Suaryana, 2005).

Jumlah Komisaris Independen KIND _________________________________________

Komite audit (KOMA) diukur dengan cara menghitung jumlah anggota komite audit dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian (Susanto dan Subekti, 2012). 5) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Kualitas

Audit

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia, 2004). Kualitas audit (KAUD) dapat diukur melalui klasifikasi atas audit yang dilakukan oleh KAP Big 4 dan audit yang dilakukan oleh KAP Non-Big 4.

Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big-4 dan/atau afiliasinya, maka mendapat nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya (Lestasi dan Pamudji, 2013).

Berikut ini adalah KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP Big-4 (Suhani, 2013):

a) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaya – afiliasi Ernst & Young;

b) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaya – afiliasi KPMG;

d) KAP Haryanto Sahari, KAP Hadi Susanto, dan KAP Tanudiredja , Wibisana – afiliasi Pricewaterhousecoopers.

b. Earning Management

Untuk mendeteksi ada-tidaknya manajemen laba (earning management), maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian. Komponen pertama ialah akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan atau biasa disebut sebagai akrual normal (non-discretionary accrual). Adapun, komponen akrual yang kedua bernama akrual abnormal atau discretionary accrual. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan (proksi) discretionary accrual dengan menggunakan model modifikasi Jones (Modified Jones Model). Menurut Dechow (1995) dalam Nasution dan Setiawan (2007), model ini dipilih karena lebih mampu mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model-model lainnya.

Perhitungan earning management (EM) dengan menggunakan model tersebut mencakup langkah-langkah berikut:

I. Menentukan total akrual (ACC), yakni dengan cara mengurangkan laba bersih dalam satu tahun dengan arus kas dari aktivitas operasi dalam periode yang sama. Model yang digunakan adalah sebagai berikut:

ACC = NOI – CFFO Dimana:

ACC : Total Accrual

NOI : Net Operating Income

CFFO : Cashflow from Operating Activitites II. Menghitung non-discretionary accrual (NDA), yaitu:

NDA = (1/TAt-1) + ((Revenue – Receivable)/TAt-1) + (Fix

Asset/TAt-1)

Dimana:

NDA : Non-Discretionary Accrual Revenue : Total Pendapatan Operasi Receivable : Total Piutang Usaha Fix Asset : Total Aset Tetap

TAt-1 : Total Aset PeriodeSebelumnya

III.Menghitung discretionary accrual (DA), yakni dengan cara mengurangkan total accrual (ACC) yang sudah dibagi dengan total

asset periode sebelumnya dengan non-discretionary accrual

DA = (ACC/TAt-1) – NDA

Dimana:

DA : Discretionary Accrual ACC : Total Accrual

TAt-1 : Total Asset in the Prior Period

NDA : Non-Discretionary Accrual c. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar-kecilnya perusahaan yang nampak dalam total aset (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Besarnya ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan perusahaan tersebut dalam memperoleh pendanaan, baik eksternal maupun internal (Hardiningsih, 2009).

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma natural total aset dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian (Rice, 2013).

Dokumen terkait