• Tidak ada hasil yang ditemukan

a) Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Post dalam Untung (2009: 3) secara simultan perusahaan akan menjalankan tiga jenis tanggung jawab yang berbeda-beda

kepada pemangku kepentingan, dimana ketiga jenis tanggung jawab tersebut harus dijalankan secara seimbang. Penekanan kepada salah satu jenis tanggung jawab saja akan menyebabkan perusahaan berjalan secara tidak optimal. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup:

economis responsibility, legal responsibility, dan social responsibility.

1) Economis responsibility (tangggung jawab ekonomis)

Perusahaan korporasi dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan laba secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, para pengelola perusahaan memiliki tanggung jawab ekonomi diantaranya kepada para pemegang saham dalam bentuk pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba. Laba tersebut sebagian diantaranya akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden dan sebagian laba lainnya merupakan saldo laba atau laba ditahan yang akan meningkatkan nilai dari suatu perusahaan.

Selain memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para pemegang saham, perusahaan juga memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para kreditor yang telah menyediakan pinjaman bagi perusahaan. Dalam hal ini, pengelola memiliki tanggung jawab dalam bentuk menyisihkan sebagian kas perusahaan untuk membayar cicilan pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang jatuh tempo. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi kepada para kreditur akan sangat mempengaruhi riwayat

kredit perusahaan dan akan mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan.

2) Legal responsibility (tanggung jawab hukum)

Meskipun perusahaan korporasi didirikan untuk menghasilkan laba, akan tetapi dalam melaksanakan operasinya, perusahaan korporasi harus mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan.

Hukum dan peraturan dibuat agar perusahaan berjalan sesuai dengan harapan yang dimiliki masyarakat. Selain itu, hukum

dan peraturan juga membantu menciptakan “arena permainan bisnis” yang relatif adil bagi semua pemain bisnis dalam suatu

industri yang saling bersaing satu dengan lainnya. Tujuan penegakan hukum dan peraturan adalah agar suatu perusahaan tidak dirugikan oleh tindakan perusahaan pesaing lainnya.

3) Social responsibility (tanggung jawab sosial)

Tanggung jawab ketiga yang harus dijalankan perusahaan adalah tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility atau CSR). Kotler dan Lee dalam Untung (2009: 5)

memberikan rumusan: “corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contribution of corporate

penekanan pada kata discretionary yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan.

Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah manaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Hal tersebut berarti sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik untuk menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak baik dalam memperlakukan karyawan atau melakukan berbagai kecurangan baik dalam pembuatan laporan keuangan maupun kecurangan terhadap lingkungan hidup.

Menurut World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan oleh bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas dan masyarakat pada umumnya.

Menurut Lord Holme dan Richard Watt, dalam Nor Hadi (2011:46) CSR adalah komitmen berkelanjutan dari perusahaan

yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka, dan juga komunitas lokal serta masyarakat luas.

Menurut Poerwanto (2010: 21) tanggung jawab sosial adalah jiwa perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang mencakup citra perusahaan, promosi, meningkatkan penjualan, membangun percaya diri, loyalitas karyawan, serta keuntungan. Dalam konteks lingkungan eksternal, tanggung jawab sosial berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kesempatan kerja dan stabilitas sosial-ekonomi-budaya. Cakupan tanggung jawab sosial perusahaan sangat luas. Unsur utama yang harus menjadi pertimbangan adalah kepedulian terhadap kualitas baik profesionalisme maupun kehidupan seluruh tenaga kerja perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang dipasarkan. Kualitas dalam proses produksi serta produk yang dihasilkan merupakan tanggung jawab perusahaan kepada pelanggannya. Produk yang berkualitas sesuai dengan norma-norma yang diberlakukan merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan dan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan oleh Suhandari M. Putri dalam Kompas 4 Agustus 2007 yang dikutip dari buku yang berjudul Corporate Social Responsibility karangan Rudito dan Famiola (2013), Corporate Social Responsibility adalah komitmen

perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.

Menurut Putri dan Christiawan (2014), CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai komersial perusahaan dengan tanpa meninggalkan nilai etika untuk kualitas lingkungan dan masyarakat, yang berdasarkan pada 3-P, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.

Teuku dan Imbuh dalam Nur Cahyonowati (2003) mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai CSR di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis lainnya untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, komunitas, masyarakat sekitar, serta masyarakat luas tanpa mengesampingkan keseimbangan ekonomi, sosial, dan linkungan.

Konsep triple bottom line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 memberikan suatu terobosan besar bagi perkembangan CSR pada era tahun 1990-an hingga sekarang yang memasuki masa perkembangan globalisasi (Hadi, 2011). Konsep triple bottom line tidak hanya memperhatikan perolehan keuntungan saja, tetapi juga melakukan kepedulian sosial dan juga pelestarian lingkungan.

Konsep triple bottom line menjelaskan bahwa CSR memiliki tiga elemen penting, yaitu:

a. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap profit, yaitu untuk meningkatkan pendapatan perusahan.

b. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap people, yaitu untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan masyarakat.

c. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap planet, yaitu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas alam serta lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.

b) Tahap-tahap Adopsi CSR

Robbinson dan Coulter dalam Untung (2009: 9) menggambarkan perkembangan CSR dalam sebuah kontinum adopsi pelaksanaan CSR perusahaan kepada berbagai konstituen. Kontinum tersebut juga menunjukkan bahwa jika cakupan semakin luas CSR (dilihat dari

cakupan konstituen yang dilayani oleh perusahaan) maka semakin besar pula CSR yang harus dilakukan.

Tahap perkembangan tanggung jawab sosial menurut Robbins dan Coulter dalam Kartini (2009):

Gambar 2.1

Tahap Perkembangan Tanggung Jawab Sosial

Pada tahap awal (stage 1), tanggung jawab sosial korporat lebih tertuju kepada pemilik perusahaan (shareholders/owners) dan manajer. Pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham dengan cara menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan maksimasi laba. Meskipun perusahaan memperhatikan peraturan dan perundangan yang berlaku, pemimpin perusahaan memiliki pandangan bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Milton Friedman mengenai konsepsi perusahaan.

Menurut Milton Friedman dalam Kartini (2009), tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan

Tanggung Jawab Sosial

Tahap pertama Pemegang saham dan manajemen Lesser Greater Tahap kedua Karyawan Tahap ketiga Masyarakat setempat Tahap keempat Masyarakat Luas

pemilik perusahaan (owners/shareholders), yakni maksimasi laba, sementara pada saat yang sama mengindahkan aturan dasar yang diamatkan oleh hukum dan perundang-undangan. Pada tahap ini Friedman menunjukkan bahwa shareholders merupakan pemilik perusahaan dan memiliki hak kepemilikan terhadap laba yang dihasilkan perusahaan. Sementara itu para manajer merupakan agen yang bertindak untuk kepentingan pemilik perusahaan.

Manajer perusahaan juga harus menjaga hubungan baik dengan para penyedia sumber daya dan juga pelanggan. Menurut Friedman semua hubungan baik yang dikembangkan oleh manajer perusahaan merupakan upaya untuk tercapainya maksimasi laba perusahaan. Dengan demikian Friedman menyimpulkan bahwa kalaupun perusahaan menggunakan retorika Corporate Social Responsibility, maka konsep tersebut harus diartikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk melakukan maksimasi laba.

Pada tahap kedua (stage 2), perusahaan mulai mengembangkan tanggung jawab sosialnya kepada para karyawan (employees). Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan maksimasi laba, tetapi mulai memberikan perhatian yang besar kepada sumber daya manusia. Hal ini dilakukan karena mereka berkeinginan untuk dapat merekrut, memelihara dan memotivasi para karyawan dengan baik. Pada tahap ini manajer akan melakukan berbagai upaya seperti memperbaiki kondisi kerja, mengembangkan hak-hak karyawan, dan

memberikan kompensasi yang layak serta meningkatkan keamanan kerja.

Pada tahap ketiga (stage 3), perusahaan mengembangkan tanggung jawab sosialnya kepada para konstituen dalam suatu lingkungan yang spesifik dimana konstituen tersebut biasanya merupakan komunitas lokal (local communities) yang terkena dampak secara langsung oleh operasional perusahaan di daerah tempat mereka bermukim.

Pada tahap keempat (stage 4), perusahaan tidak hanya mengembangkan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat lokal melainkan mencakup pula masyarakat dalam arti luas (broader society). Para manajer memandang bisnis mereka sebagai bagian dari entitas publik dan mereka merasa bertanggung jawab untuk melakukan berbagai kebajikan dalam publik.

c) Manfaat CSR

Kotler dan Lee dalam Untung (2009) menyebutkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan melalui pelaksanaan CSR yang bersifat strategis ini, seperti peningkatan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor dan analis keuangan.

Menurut Suhandari dalam Rudito dan Famiola (2013), manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:

1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

4) Melebarkan akses sumber saya bagi operasional usaha. 5) Membuka peluang pasar yang lebih luas.

6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

8) Memperbaiki hubungan dengan regulator.

9) Meningkatkan semangat dan prduktivitas karyawan 10)Peluang mendapatkan penghargaan.

d) Peraturan Mengenai CSR

1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam Pasal 74 dijelaskan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Dokumen terkait