ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS,
LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
RINI SURYATI
NIM 213-13-180
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS,
LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
RINI SURYATI
NIM 213-13-180
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al
-Zalzalah/99: 7-8)
“
Perfect Happiness is a balance between spiritual and
financial”
“Persiapkan hati baja untuk memulai niat baikmu, karena
hal
pertama yang datang kepadamu adalah musuh yang
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayahku Djudi dan almh. Ibuku Sutimah yang telah membimbing,
mendidik, mencurahkan segala usaha dan do’anya dengan ikhlas serta
kasih sayang tanpa mengenal lelah dan bosan demi masa depan
penulis.
Untuk keenam kakakku, Solikah, Masiroh, Nur Cholis, Sugiyanti,
Yamti, dan Pujiyanti yang selalu memberiku dukungan agar semangat
mengerjakan skripsi dan segera menyelesaikannya.
Untuk “someone special” yang nantinya akan menjadi pendamping
dalam hidupku.
Untuk sahabat-sahabatku kelompok tallent scouting yang selalu
memotivasiku, Istriyani, Lilik, Maharani, Demi, Nurul, Aisyah, Helmi,
Teti, Kartika, dan Aulia Nisa.
Untuk sahabat-sahabat KKN di Kaliwungu yang selalu memberikan
semangat, Adzkia, Elly, Aam, Wiwik, Ulfa, Nilta, Yanwar, Atok, Nurma,
Indri, Khamid, Andi, Ayu, Uma, Nina, Ima, Yaya.
Untuk sahabat-sahabat Magang di KPwBI DIY yang sangat
memotivasi dan memberikan semangat, Basu, Monica, Willy, Eva dan
Obie.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta alam, atas limpahan
rahmat, hidayah, taufiq dan inayahnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan
kebenaran dengn perantara agama Islam.
Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga
2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
3. H. Abdul Aziz NP, S.Ag., M.M selaku dosen pembimbing dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta
bimbingan dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan seluruh sivitas
akademik IAIN Salatiga
5. Bapak, almh.ibu, kakak, dan semua familiku yang selalu memberi motivasi
6. Sahabat-sahabat PS-S1 yang telah banyak memberikan masukan kepada
penulis.
7. Semua pihak yang ikut memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Salatiga, 08 September 2017
Penulis
ABSTRAK
Suryati, Rini. 2017. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012-2016). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: H. Abdul Aziz N.P., S.Ag, MM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas, dan solvabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi Statistik Perbankan Indonesia yang diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di www.ojk.go.id dan web masing-masing perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016. Cara pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dan diperoleh data sejumlah 50. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas dan solvabilitas bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Nilai Adjusted R Square 0,650 yang artinya bahwa 65% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen, dan sisanya sebanyak 35% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vii
MOTTO... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 16
E. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II ... 19
LANDASAN TEORI ... 19
A. Telaah Pustaka ... 19
B. Kerangka Teori ... 32
1. Perbankan Syariah ... 32
2. Teori Stakeholder ... 33
3. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 35
4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). ... 45
5. Peraturan Mengenai Pengungkapan CSR ... 47
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR ... 52
1. Ukuran perusahaan... 52
2. Profitabilitas ... 53
3. Ukuran Dewan Komisaris ... 55
4. Likuiditas ... 56
5. Solvabilitas ... 58
D. Kerangka Penelitian ... 59
E. Hipotesis ... 60
BAB III... 65
METODE PENELITIAN ... 65
A. Jenis Penelitian ... 65
B. Populasi dan Sampel ... 65
C. Metode Pengumpulan Data ... 68
D. Definisi Konsep dan Operasional ... 68
1. Indeks ISR ... 68
2. Ukuran Perusahaan ... 72
3. Profitabilitas ... 72
4. Ukuran Dewan Komisaris ... 72
5. Likuiditas ... 73
6. Solvabilitas ... 73
E. Metode Analisis Data ... 75
1. Analisis Deskriptif ... 76
2. Uji Stasioneritas ... 76
3. Analisis Regresi Berganda ... 77
4. Uji Statistik ... 78
5. Uji Asumsi Klasik ... 80
BAB IV ... 83
ANALISIS DATA ... 83
A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 83
B. Analisis Data ... 85
2. Uji Regresi Berganda ... 86
3. Uji Asumsi Klasik ... 92
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
BAB V ... 107
PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Keterbatasan Penelitian ... 109
C. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Perbankan Syariah Tahun 2005-2016 ... 1
Tabel 1.2 Ringkasan Reserach Gap ... 12
Tabel 2.1 Ringkasan telaah pustaka ... 27
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah (BUS) ... 68
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Sampel ... 69
Tabel 3.3 Daftar Bank Umum Syariah Sesuai Sampel ... 69
Tabel 3.4 Hasil Content Analysis Berdasarkan Tema ... 72
Tabel 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran ... 76
Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif ... 84
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Unit Root pada Level ... 87
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Unit Root pada Difference ... 88
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi 90 Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 91
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 91
Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 92
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 93
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 94
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 95
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas ... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap Perkembangan Tanggung Jawab Sosial ... 43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan perbankan syariah sangat pesat. Hal tersebut
terjadi sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008. Dengan demikian,
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai, sehingga mendorong pertumbuhannya yang
semakin cepat. Berikut data perkembangan perbankan syariah dari tahun 2005
hingga tahun 2016.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Perbankan Syariah Tahun 2005-2016
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah
BUS
3 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12 13
Jumlah
UUS
19 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22 21
Jumlah
BPRS
92 105 114 131 138 150 155 158 163 163 163 166
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2016 (data diolah, 2017)
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebelum dikeluarkan Undang-Undang
tentang Perbankan Syariah, perkembangan perbankan syariah yang terdiri dari
BUS (Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah), dan BPRS (Bank
Perkreditan Rakyat Syariah) sudah mengalami peningkatan namun belum
Dengan lahirnya Undang-Undang Perbankan Syariah tahun 2008
mendorong peningkatan jumlah BUS dari 3 pada tahun 2005 menjadi 13 BUS
pada tahun 2016. Peningkatan jumlah UUS dari 19 pada tahun 2005 menjadi
21 UUS pada tahun 2016. Akan tetapi jumlah UUS mengalami penurunan
setelah diberlakukannya undang-undang tentang perbankan syariah, hal
tersebut disebabkan adanya UUS yang berubah menjadi Bank Umum Syariah
(BUS). Dan peningkatan jumlah BPRS dari 92 pada tahun 2005 menjadi 166
BPRS pada tahun 2016.
Perbankan syariah sudah banyak mencapai kemajuan, baik dari aspek
kelembagaan dan infrastruktur penunjang, perangkat regulasi dan sistem
pengawasan, maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah Indonesia saat ini juga menjadi
salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional
(www.ojk.go.id). Hal ini juga mendukung pertumbuhan perbankan yang
semakin pesat.
Berkembangnya perbankan syariah tidak terlepas dari peran masyarakat
yang semakin menaruh kepercayaan terhadap layanan jasa keuangan syariah.
Oleh karena itu, industri perbankan terutama perbankan syariah perlu
menyadari bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor internal, melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat
atau komunitas yang melingkupinya.
Selain itu, pada masa sekarang ini terjadi perubahan paradigma dari
perubahan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
(Chapple dan Moon dalam Purwanto, 2011). Harapan-harapan tersebut seperti
keinginan investor dan masyarakat untuk mengetahui seluruh aktivitas sosial
yang dilakukan perusahaan.
Perbankan syariah memiliki tanggung jawab sosial atau yang dikenal
dengan corporate social responsibility (CSR). Perusahaan dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang lebih peduli kepada masyarakat dan
lingkungan (Purwanto, 2011). Secara teoritis, CSR merupakan inti dari etika
bisnis, dimana suatu perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban
ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders) saja, tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang
berkepentingan (stakeholders) yang tidak dapat lepas dari kenyataan bahwa
suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta memperoleh
keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak (Putri dan Christiawan, 2014).
Implementasi program CSR oleh perusahaan pada hakikatnya bersifat
orientasi dari dalam ke luar (Untung, 2009). Hal tersebut berarti sebelum
melaksanakan aktivitas CSR, perusahaan terlebih dahulu harus membenahi
kepatuhan terhadap hukum. Perusahaan juga harus menjalankan bisnisnya
dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya maksimalisasi laba. Selain
itu, perusahaan perlu menggembangkan sejumlah kebijakan untuk menuntun
pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut tidak akan terlaksana dengan baik bila
Implementasi CSR menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG, sehingga
perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan
pelaksanaan CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia bahwa GCG memiliki prinsip antara lain:
transapransi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan
kesetaraan. Implementasi CSR sesuai dengan prinsip responsibilitas, dimana
dalam pedoman tersebut dinyatakan, “Perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen” (Untung, 2009).
Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) secara eksplisit
dikemukakan oleh H. R. Bowen melalui karyanya yang diberi judul “Social
Responsibilities of the Businessmen” pada tahun 1950 (Carroll dalam Untung,
2009). Bowen memberikan rumusan tanggung jawab sosial sebagai berikut:
“it refers to the obligations of businessmen to pursue those policies, to make
those decisions, or to follow those lines of action which are desireable in
terms of the objectives and values of our society”. Definisi tanggung jawab
sosial yang diberikan oleh Bowen telah memberi landasan awal bagi
pengenalan kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang
selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Kedua hal tersebut
Premis pertama, perusahaan bisa terwujud dalam suatu masyarakat karena
adanya dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, perilaku perusahaan dan
cara yang digunakan perusahaan saat menjalankan bisnis harus berada dalam
bingkai pedoman yang ditetapkan masyarakat. Perusahaan memiliki kontrak
sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban. Kontrak sosial itu akan berubah sejalan dengan perubahan kondisi masyarakat.
Premis kedua adalah pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral
agent) dalam suatu masyarakat. Pembuatan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan dengan posisi puncak di perusahaan senantiasa melibatkan
pertimbangan nilai atau mencerminkan nilai-nilai yang dimiliki oleh
manajemen puncak. Oleh sebab itu, agar terjadi keselarasan antara nilai yang
dimiliki perusahaan dengan nilai yang dimiliki masyarakat, perusahaan harus
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Premis kedua ini memuat
dimensi etika dari tanggung jawab sosial.
Di dalam Untung (2009), pada penghujung tahun 1980-an tepatnya pada
tahun 1987, The World Commission on Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Commission mengeluarkan laporan yang
dipublikasikan oleh Oxford University Press berjudul “Our Common Future”. Salah satu poin penting dalam laporan tersebut adalah diperkenalkannya
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability developmment), yang didefinisikan oleh The Brundtland Comissionsebagai berikut. “Pembangunan
saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam
memenuhi kebutuhan mereka”.
The Brundtland Comission dibentuk untuk menanggapi keprihatinan yang semakin meningkat dari para pemimpin dunia terutama menyangkut
peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang semakin
cepat. Selain itu, komisi ini juga dibentuk untuk mencermati dampak
kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam terhadap ekonomi dan
pembangunan sosial. Oleh karenanya, konsep sustainable development
dibangun di atas tiga pilar yang berhubungan dan saling mendukung satu
dengan lainnya. Ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan,
sebagaimana ditegaskan kembali dalam The United Nations 2005 World
Summit Outcome Document (Untung, 2009).
Sebagai adopsi dari konsep sustainable development, saat ini perusahaan secara sukarela menyusun laporan setiap tahun yang dikenal dengan
sustainability report atau beberapa perusahaan (misalnya Microsoft) menggunakan nama corporate citizenship report (Untung, 2009). Laporan tersebut menguraikan dampak organisasi perusahaan terhadap tiga aspek,
yakni dampak operasi perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Salah satu model awal yang digunakan perusahaan dalam menyusun
sustainability report mereka adalah dengan mengadopsi metode akuntansi baru yang dinamakan triple bottom line. Menurut John Elkington dalam
akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan.
Dengan dilakukannya kegiatan CSR oleh perusahaan dapat memberikan
image sosial yang positif di mata masyarakat. Hal tersebut bermanfaat untuk
kelangsungan suatu perusahaan maupun suatu organisasi dalam jangka
panjang. Investor maupun masyarakat umum dapat menilai suatu perusahaan
melalui kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut akan
meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. Perusahaan yang melaksanakan
tanggung jawab sosial akan menghasilkan loyalitas konsumen yang lebih
besar terutama dalam hal produk-produk yang bersifat ramah lingkungan
(Santioso dan Chandra, 2012). Selain itu, aktivitas-aktivitas CSR dapat
dijadikan strategi bisnis dan juga pengendalian risiko sosial perusahaan
(Budiman, 2015).
Di dalam Islam, kewajiban untuk menjaga lingkungan dan seluruh ciptaan
Allah SWT juga telah diajarkan melalui Al-Quran dan juga ajaran-ajaran Nabi
Muhammad. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna,
manusia diwajibkan untuk bertakwa kepada Allah SWT. Salah satu bentuk
ketakwaan tersebut adalah dengan tidak melakukan kerusakan di bumi ini. Di
dalam Q.S. Al-A’raf ayat 56 juga telah diperintahkan untuk tidak membuat
kerusakan di muka bumi dan juga perintah untuk memperbaikinya. Oleh
karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan
Konsep CSR dalam Islam lebih ditekankan sebagai bentuk ketakwaan
umat manusia kepada Allah SWT dalam dimensi perusahaan (Raditya, 2012).
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga lingkungan dengan baik,
menjamin keselamatan kerja karyawan, dan melakukan kegiatan sosial yang
bermanfaat. Dengan dilakukannya tanggung jawab sosial perusahaan tidak
hanya bermanfaat untuk image positif dan kelangsungan hidup perusahaan saja, melainkan sebagai wujud taat kepada perintah Allah SWT sebagai Dzat
yang memiliki otoritas tertinggi dalam memberikan keberkahan dan
kesuksesan.
Pelaksanaan CSR di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan dan
perundangan seperti UU N0. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) dalam pasal 74 ayat 1 menyatakan bahwa PT yang menjalankan
usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib
menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PT) dalam Pasal 2 menyebutkan
bahwa setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab
sosial dan lingkungan, dan Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa tanggung
jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi
kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.
Pelaksanaan CSR oleh BUMN diatur lebih rinci dalam Peraturan Menteri
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan (PKBL) yang menyatakan adanya peran dari
BUMN untuk melaksanakan PKBL. Dalam peraturan tersebut diatur besaran
presentase yang harus disisihkan dari laba perusahaan untuk kegiatan CSR
yang dilakukan oleh BUMN.
Dengan peraturan dan perundangan tersebut, praktik CSR di Indonesia
telah diubah dari yang semula bersifat sukarela (voluntary) menjadi suatu
praktik tanggung jawab yang wajib (mandatory) dilaksanakan oleh perusahaan (Purwanto, 2011).
Pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan perlu
disampaikan kepada stakeholder. Adanya tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, memiliki akuntabilitas, dan tata kelola
perusahaan yang semakin baik, memaksa perusahaan untuk memberikan
informasi berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan (Anggraini dalam
Purwanto, 2011). Oleh karena itu, perlu adanya pengungkapan atas
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan perusahaan. Salah satu media
pengungkapan tersebut adalah melalui laporan tahunan (annual report)
perusahaan.
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial memainkan peranan penting
bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan hidup di lingkungan
masyarakat dan setiap aktivitas atau operasional perusahaan memiliki dampak
Praktik pengungkapan (disclosure) di Indonesia diatur dalam beberapa ketentuan seperti dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
1 Revisi 2009 dan peraturan mengenai pengungkapan yang harus dilakukan
oleh perusahaan yang dikeluarkan oleh Bapepam selaku lembaga yang
mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal dan lembaga keuangan di
Indonesia. Selain itu, dalam Pasal 66 ayat 2 huruf (c) UUPT No. 40 tahun
2007 juga disebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan harus memuat
laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Di dalam lembaga keuangan Islam, pertanggungjawaban atas kegiatan
CSR harus dikomunikasikan secara jujur, transparan, dan dipahami oleh
pemangku kepentingan terkait (AAOIFI, 2010). Serta pengungkapan dalam
informasi laporan keuangan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
tanpa mengurangi ataupun melanggar prinsip-prinsip syariah yang berlaku.
Untuk menilai pengungkapan sosial perusahaan yang sesuai dengan syariat
Islam, dikenal suatu indeks yang disebut sebagai Islamic Social Reporting
(ISR).
Indeks ISR adalah suatu indeks yang mengukur tingkat pengungkapan
sosial yang sesuai prinsip syariah yang disampaikan perusahaan pada laporan
tahunannya (Merina dan Verawaty, 2016). Indeks ini merupakan tolak ukur
pelaksanaan tanggung jawab sosial perbankan syariah yang berisi kompilasi
item-item standar Corporate Social Responsibility (CSR) yang ditetapkan oleh
para peneliti mengenai item-item CSR yang diungkapkan oleh suatu entitas Islam.
Secara spesifik AAOIFI mengatur mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan dalam Governance Standard No. 7: Corporate Social
Responsibility, Conduct and Disclosure for IFIs. Peraturan tersebut menyarankan bagi IFIs (Islamic Financial Institutions) atau institusi keuangan syariah untuk menyusun dan mengungkapkan kebijakan atas dampak sosial
investasi, pengaruh pengembangan investasi, usaha mikro dan kecil, investasi,
simpanan sosial, manajemen lingkungan dan sebagainya (www.aaoifi.com).
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Pengungkapan CSR
tersebut tidak memberikan pedoman khusus mengenai bagaimana dan
informasi apa saja yang harus dilaporkan mengenai kegiatan CSR.
Pengelompokan, pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, sehingga
pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing bank. Hal
ini akan berdampak pada berbedanya tingkat pengungkapan sosial antar bank.
Dengan belum terstrukturnya peraturan mengenai pengungkapan CSR,
mengakibatkan perusahaan-perusahaan hanya mengungkapkan kegiatan sosial
sesuai dengan standarisasi masing-masing perusahaan. Hal ini kemungkinan
akan berdampak pada tidak seriusnya perusahaan dalam mengungkapkan
tanggung jawab sosialnya yang berakibat pula pada berbedanya tingkat
pengungkapan sosial antar bank (Roziani dan Sofie, 2010).
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari Hussainey dan El-Halaby pada
terhadap standar AAOIFI dalam hal CSR hanya 27%. Kemudian dalam
penelitian Maali dkk (2006)mengatakan bahwa Islamic Social Responsibility
tidak terlalu diperhatikan oleh bank syariah serta masih banyak bank syariah
yang melakukan pengungkapan belum berdasarkan prinsip syariah.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi bank umum syariah dalam mengungkapkan tanggung jawab
sosial perusahaan. Faktor-faktor tersebut diambil dari karakteristik bank
umum syariah, antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan
komisaris, likuiditas dan solvabilitas.
Berikut ini adalah tabel ringkasan research gap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan:
Tabel 1.2
Peneliti Metode Hasil
Pengungkapan Purwanto, 2011 Regresi Linear
Berganda
Darwis (2009) Regresi Linear Berganda Budiman (2015) Regresi Linear
Variabel Dependen
Variabel
Independen Peneliti Metode Hasil
Pengungkapan
Terzaghi (2012) Regresi Linear Berganda
Yusuf (2011) Regresi Linear Berganda
Negatif signifikan
Aini (2015) Regresi Linear Berganda
Wijaya (2012) Regresi Linear Berganda
Berbagai penelitian menunjukan hasil yang beragam mengenai pengaruh
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011), Rosiana dkk (2015) Santioso
dan Chandra (2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sementara penelitian yang
dilakukan oleh Yuliana, dkk (2008), dan Nasir, dkk (2013) menyatakan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Darwis (2009) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR,
Taufik dkk (2015) dan Budiman (2015) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sementara
Setiawan dkk (2016), Sudarmadji dan Sularto (2007) menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi (2012), Dewi dan Priyadi (2013)
Rahayu dan Cahyati (2014), menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sementara Trisnawati
(2014) Djuitaningsih dan Marsyah (2012) menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2011), Saputro dkk (2013) Roziani
dan Sofie (2010) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Sementara Putri dan Christiawan (2014), Aini
(2015) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayati (2011), Nur dan Priantinah
(2012) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Sementara Anugerah dkk (2010) Kamil dan
Herusetya (2012) dan Wijaya (2012) menyatakan bahwa solvabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan inkonsisten hasil penelitian di atas mengenai faktor yang
dengan judul: “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Ukuran Dewan Komisaris, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012-2016)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok
permasalahan yang terjadi dan menjadi fokus penelitian yaitu:
1. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR?
2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR?
3. Bagaimana pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan
CSR?
4. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan CSR?
5. Bagaimana pengaruh solvabilitas terhadap pengungkapan CSR?
6. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan
komisaris, likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama terhadap
pengungkapan CSR?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menguji:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Pengungkapan CSR.
2. Pengaruh profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR.
3. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Pengungkapan CSR.
5. Pengaruh solvabilitas terhadap Pengungkapan CSR.
6. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama terhadap Pengungkapan
CSR.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu
akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan
keuangan yang disajikan.
b) Bagi Calon Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan
keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan
c) Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi oleh penyusun
standar akuntansi yang saat ini sedang bersama-sama dengan
kementerian lingkungan hidup menyusun standar akuntansi
lingkungan.
d) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah
informasi dan juga meningkatkan daya tarik terhadap lembaga
keuangan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini, telaah pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data dan sumber data, definisi
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, serta
analisis data dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan. Seluruh hasil
penelitian akan dirangkum dalam bab ini. Pada bab ini berisi
tentang kesimpulan dan saran. Penelitian ini dilampiri dengan
daftar pustaka dan daftar lampiran yang meliputi deskripsi sampel
penelitian dan hasil output SPSS.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR),
diantaranya sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) dengan judul pengaruh
tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas terhadap corporate social responsibility pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
pertanggungjawaban sosial, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial.
Rosiana, dkk (2015) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, Dan Islamic Governance Score Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan ISR. Tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap
Tidak terdapat pengaruh antara leverage terhadap pengungkapan ISR. Islamic Governance Score tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Santioso dan Chandra (2017) dengan judul Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan, Dan Dewan Komisaris
Independen Dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Proporsi Dewan
Komisaris Independen memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Leverage dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
Wijaya (2012) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan CSR, leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan CSR, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR, profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan CSR, kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Trisnawati (2014) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Pengungkapan CSR Industri Perbankan Di Indonesia
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas (ROA) tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Leverage tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Setiawan, dkk (2016) dengan judul Apakah Ukuran Bank, Profitabilitas,
dan Praktik Manajemen Laba Mempengaruhi Tingkat Pelaksanaan dan
Pelaporan Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bank berpengaruh positif yang
signifikan terhadap pengungkapan ISR. Profitabilitas dan praktik manajemen
laba tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Taufik, dkk (2015) dengan judul Pengaruh Islamic Governance Score, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting Index pada
Bank Umum Syariah di Indonesia (2010-2013). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Islamic Governance Score (IGS) mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen Islamic Social Reporting (ISR). Debt to Equity
Ratio (DER) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel dependen Islamic Social Reporting (ISR). Return on Assets (ROA)
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting
(ISR).
Budiman (2015) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umur listing perusahaan, kepemilikan institusional,
kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan ukuran
perusahaan, independensi komite audit, dan struktur modal tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sudana, dan Arlindania (2011) dengan judul Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Go-Public Di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dewan direksi wanita dan leverage berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Dewan direksi warga asing, komposisi
komisaris independen, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Anugerah, dkk (2010) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas secara
signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Sedangkan variabel leverage secara statistik berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahahaan.
Rahayu dan Cahyati (2014) dengan judul Faktor-faktor Yang
Perbankan Syariah (Periode 2011-2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran DPS tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Jumlah rapat
DPS tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Leverage tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Terzaghi (2012) dengan judul Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI periode 2008. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ukuran
dewan komisaris dan profile berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Dewi dan Priyadi (2013) dengan judul pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap CSRD (Corporate Social Responsibility Disclosure) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap CSRD,
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap CSRD, leverage tidak berpengaruh
terhadap CSRD, kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap CSRD,
Yusuf (2011) dengan judul Analisa Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada
Perusahaan High Profile Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Profitabilitas tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Umur perusahaan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Leverage mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Likuiditas mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Kepemilikan publik tidak mempengaruhi pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Saputro, dkk (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pengungkapan Sustainability Report Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia
tahun 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak
signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Likuiditas berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report perusahaan manufaktur. Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sustainability report.
Roziani dan Sofie (2010) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Bank
Konvensional Dan Bank Syariah Di Indonesia periode 2004-2007. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, dan leverage
Wasito, dkk (2016) dengan judul Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure pada Perusahaan yang listing di BEI tahun 2013-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Governance dan
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penungkapan CSR. Likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Solvabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Nur dan Priantinah (2012) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan CSR Di Indonesia Pada Perusahaan
Berkategori High Profle Yang Listing di BEI tahun 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan CSR, kepemilikan saham publik tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR, ukuran dewan komisaris berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap pengungkapan CSR, leverage berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap pengungkapan CSR, pengungkapan media
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Handayati (2011) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Sosial Perusahaan: Studi Empiris
Pada Perusahaan Yang Tergolong High Profile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan yang tercermin dalam total aktiva memiliki pengaruh
laporan tahunan perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan informasi sosial. Leverage dengan tingkat
pengungkapan informasi sosial perusahaan mempunyai hubungan negatif.
Yuliana, dkk (2008) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Reaksi Investor pada Perusahaan yang mengungkapkan
CSR di BEI pada tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profile
perusahaan dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap tingkat
keluasan pengungkapan CSR. Sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas,
dan ukuran dewan komisaris tidak terbukti berpengaruh terhadap tingkat
keluasan pengungkapan CSR.
Kamil dan Herusetya (2012) dengan judul Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Pada
Tahun 2008-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Tabel 2.1
Ringkasan Telaah Pustaka
No Peneliti/Tahun/Judul Variabel Indeks Hasil Penelitian Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
1. Agus Purwanto/2011 tentang Pengaruh Tipe Industri, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, Dan Islamic Governance Score Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di
4. Maria Wijaya/2012 tentang Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010.
5. Rina Trisnawati/2014 tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan,
6. Iwan Setiawan, Haris Faulid Asnawi, Hafiez Sofyani/2016
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR
1. Taufik, Marlina Widianti, dan Rofiqoh (2015 tentang Pengaruh 2. Nita Andriyani Budiman/2015/
Perusahaan
pada perusahaan barang konsumsi
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan CSR
1. Ribut Sri Rahayu dan Arin Dewi Cahyati/ 2014 tentang
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Profile
3. Sukmawati Safitri Dewi dan Maswar Patuh Priyadi/2013 tentang Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap CSRD pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011
Pengaruh Likuiditas Terhadap Pengungkapan CSR
1. Muhammad Yusuf/2011tentang Analisa Pengaruh Karakteristik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Solvabilitas Terhadap Pengungkapan CSR
Profle yang Listing di BEI tahun 2008-2012.
Leverage, Pengungkapan Media 3. Puji Handayati/2011 tentang
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Sosial Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tergolong High Profile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI 2008
Ukuran yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2009.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek yang
diteliti adalah BUS selama 5 tahun, hal tersebut masih jarang dipakai, dan
periode tahunnya up to date dari tahun 2012-2016. Penelitian ini menggunakan lima variabel yang terdiri dari hipotesis secara parsial dan
simultan, pengukurannya menggunakan indeks ISR yang masih jarang
dipakai. Selain itu indikator yang digunakan untuk mengukur likuiditas dan
solvabilitas. Kebanyakan peneliti menggunakan indikator Current Ratio (CR)
atau Quick Ratio (QR) dalam mengukur rasio likuiditas, penelitian ini
likuiditas. Kebanyakan peneliti menggunakan indikator Debt to Equity Ratio
(DER) dalam mengukur rasio solvabilitas, penelitian ini menggunakan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai indikator dalam rasio solvabilitas.
Rita Rosiana, dkk (2015) melakukan penelitian pada Bank Umum Syariah
periode waktu selama 3 tahun yaitu tahun 2010-2012 dengan menggunakan
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan islamic governance
score. Pengukuran yang dipakai menggunakan indeks ISR.
Taufik, dkk (2015) melakukan penelitian pada Bank Umum Syariah
periode waktu selama 4 tahun yaitu tahun 2010-2013 dengan menggunakan
variabel islamic governance score, leverage dan profitabilitas. Pengukuran yang dipakai menggunakan indeks ISR.
Iwan Setiawan, dkk (2016) melakukan penelitian pada Perbankan Syariah
periode waktu selama 5 tahun, yaitu tahun 2009-2013 dengan menggunakan
variabel ukuran bank, profitabilitas, dan praktik manajemen laba. Pengukuran
yang dipakai menggunakan indeks ISR.
Agus Purwanto (2011) melakukan penelitian pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009. Menggunakan variabel tipe
industri, size perusahaan, dan profitabilitas. Pengukuran yang dipakai
menggunakan indeks GRI.
Muhammad Yusuf (2011) melakukan penelitian pada perusahaan high profile yang tercatat di BEI tahun 2005-2007. Menggunakan variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, leverage, likuiditas dan
Maria Wijaya (2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. menggunakan variabel ukuran dewan
komisaris, leverage, size perusahaan, profitabilitas, dan kinerja lingkungan.
pengukuran yang dipakai menggunakan indeks GRI.
B. Kerangka Teori
1. Perbankan Syariah
Menurut Yudiana (2014: 2) bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka mengingkatkan taraf
hidup rakyat.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut dengan UUS, adalah
unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegaiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Jadi, yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah. Bank
Syariah terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah, perbedaannya hanya terletak pada jasa yang diberikan. BUS
memberikan layanan jasa, sedangkan BRS tidak memberikan layanan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
2. Teori Stakeholder
Untuk memenuhi kontrak sosialnya terhadap masyarakat, perusahaan
dihadapkan kepada beberapa tanggung jawab sosial. Tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu
dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku
Konsep stakeholder pertama kali dikenalkan oleh Freeman pada tahun
1983. Menurut Freeman dalam Kartini (2009), stakeholder adalah setiap
kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
pencapaian tujuan perusahaan. Pada awalnya stakeholder mencakup para
pemegang saham, para karyawan, para pelanggan, para pemasok, para
pemberi pinjaman dan masyarakat luas.
Selanjutnya Jones dalam Untung (2009) mengklasifikasikan pemangku
kepentingan tersebut ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu inside stakeholders
dan outside stakeholders.
1) Inside Stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta
berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam
kategori inside stakeholders adalah pemegang saham, para manajer, dan karyawan.
2) Outside Stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan
bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan
terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori
outside stakeholders adalah pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum.
dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin
besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap
sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya.
Guthrie et al. dalam Erwansyah (2009) menyatakan bahwa manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan
yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder.
Teori ini menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk mengetahui semua informasi baik informasi mandatory maupun voluntary
serta informasi keuangan dan non keuangan. Dampak aktivitas perusahaan
kepada stakeholder dapat diketahui melalui pertanggungjawaban yang diberikan perusahaan berupa informasi keuangan dan non-keuangan
(sosial).
Jadi, dengan adanya pengakuan terhadap berbagai stakeholders di luar
pemegang saham (shareholders,) telah mengubah pandangan tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab bukan hanya untuk
memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham saja, tetapi juga
tanggung jawab kepada stakeholders yang lebih luas.
3. Corporate Social Responsibility (CSR)
a) Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Post dalam Untung (2009: 3) secara simultan perusahaan
kepada pemangku kepentingan, dimana ketiga jenis tanggung jawab
tersebut harus dijalankan secara seimbang. Penekanan kepada salah
satu jenis tanggung jawab saja akan menyebabkan perusahaan berjalan
secara tidak optimal. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup:
economis responsibility, legal responsibility, dan social responsibility.
1) Economis responsibility (tangggung jawab ekonomis)
Perusahaan korporasi dibentuk dengan tujuan untuk
menghasilkan laba secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut,
para pengelola perusahaan memiliki tanggung jawab ekonomi
diantaranya kepada para pemegang saham dalam bentuk
pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba. Laba tersebut
sebagian diantaranya akan dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk deviden dan sebagian laba lainnya merupakan saldo
laba atau laba ditahan yang akan meningkatkan nilai dari suatu
perusahaan.
Selain memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para
pemegang saham, perusahaan juga memiliki tanggung jawab
ekonomi kepada para kreditor yang telah menyediakan pinjaman
bagi perusahaan. Dalam hal ini, pengelola memiliki tanggung
jawab dalam bentuk menyisihkan sebagian kas perusahaan untuk
membayar cicilan pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang jatuh
tempo. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab
kredit perusahaan dan akan mengakibatkan penurunan harga saham
perusahaan.
2) Legal responsibility (tanggung jawab hukum)
Meskipun perusahaan korporasi didirikan untuk
menghasilkan laba, akan tetapi dalam melaksanakan operasinya,
perusahaan korporasi harus mematuhi berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan.
Hukum dan peraturan dibuat agar perusahaan berjalan
sesuai dengan harapan yang dimiliki masyarakat. Selain itu, hukum
dan peraturan juga membantu menciptakan “arena permainan
bisnis” yang relatif adil bagi semua pemain bisnis dalam suatu
industri yang saling bersaing satu dengan lainnya. Tujuan
penegakan hukum dan peraturan adalah agar suatu perusahaan
tidak dirugikan oleh tindakan perusahaan pesaing lainnya.
3) Social responsibility (tanggung jawab sosial)
Tanggung jawab ketiga yang harus dijalankan perusahaan
adalah tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility atau CSR). Kotler dan Lee dalam Untung (2009: 5)
memberikan rumusan: “corporate social responsibility is a
commitment to improve community well being through
discretionary business practices and contribution of corporate
penekanan pada kata discretionary yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela
untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan
merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan
perundang-undangan seperti kewajiban membayar pajak atau
kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan.
Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa
perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan
yang telah manaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Hal
tersebut berarti sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang
dilakukan perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik untuk
menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak baik dalam
memperlakukan karyawan atau melakukan berbagai kecurangan
baik dalam pembuatan laporan keuangan maupun kecurangan
terhadap lingkungan hidup.
Menurut World Business Council for Sustainable
Development, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan oleh bisnis untuk berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup tenaga
kerja dan keluarganya serta komunitas dan masyarakat pada
umumnya.
Menurut Lord Holme dan Richard Watt, dalam Nor Hadi
yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap
pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan
keluarga mereka, dan juga komunitas lokal serta masyarakat luas.
Menurut Poerwanto (2010: 21) tanggung jawab sosial
adalah jiwa perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang
mencakup citra perusahaan, promosi, meningkatkan penjualan,
membangun percaya diri, loyalitas karyawan, serta keuntungan.
Dalam konteks lingkungan eksternal, tanggung jawab sosial
berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
kesempatan kerja dan stabilitas sosial-ekonomi-budaya. Cakupan
tanggung jawab sosial perusahaan sangat luas. Unsur utama yang
harus menjadi pertimbangan adalah kepedulian terhadap kualitas
baik profesionalisme maupun kehidupan seluruh tenaga kerja
perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang dipasarkan.
Kualitas dalam proses produksi serta produk yang dihasilkan
merupakan tanggung jawab perusahaan kepada pelanggannya.
Produk yang berkualitas sesuai dengan norma-norma yang
diberlakukan merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap
pelanggan dan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan oleh Suhandari M.
Putri dalam Kompas 4 Agustus 2007 yang dikutip dari buku yang
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap
aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Menurut Putri dan Christiawan (2014), CSR merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai komersial perusahaan
dengan tanpa meninggalkan nilai etika untuk kualitas lingkungan
dan masyarakat, yang berdasarkan pada 3-P, yaitu ekonomi,
ekologi, dan sosial.
Teuku dan Imbuh dalam Nur Cahyonowati (2003)
mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban
organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang
baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas
lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi
positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai CSR di atas, dapat
disimpulkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia
bisnis lainnya untuk berkontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja, komunitas, masyarakat sekitar, serta
masyarakat luas tanpa mengesampingkan keseimbangan ekonomi,
Konsep triple bottom line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 memberikan suatu terobosan besar bagi
perkembangan CSR pada era tahun 1990-an hingga sekarang yang
memasuki masa perkembangan globalisasi (Hadi, 2011). Konsep
triple bottom line tidak hanya memperhatikan perolehan
keuntungan saja, tetapi juga melakukan kepedulian sosial dan juga
pelestarian lingkungan.
Konsep triple bottom line menjelaskan bahwa CSR memiliki tiga elemen penting, yaitu:
a. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap profit, yaitu untuk meningkatkan pendapatan perusahan.
b. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap people, yaitu
untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan
masyarakat.
c. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap planet, yaitu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas alam serta
lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.
b) Tahap-tahap Adopsi CSR
Robbinson dan Coulter dalam Untung (2009: 9) menggambarkan
perkembangan CSR dalam sebuah kontinum adopsi pelaksanaan CSR
perusahaan kepada berbagai konstituen. Kontinum tersebut juga
cakupan konstituen yang dilayani oleh perusahaan) maka semakin
besar pula CSR yang harus dilakukan.
Tahap perkembangan tanggung jawab sosial menurut Robbins dan
Coulter dalam Kartini (2009):
Gambar 2.1
Tahap Perkembangan Tanggung Jawab Sosial
Pada tahap awal (stage 1), tanggung jawab sosial korporat lebih
tertuju kepada pemilik perusahaan (shareholders/owners) dan manajer. Pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para
pemegang saham dengan cara menggunakan sumber daya perusahaan
seefisien mungkin dan melakukan maksimasi laba. Meskipun
perusahaan memperhatikan peraturan dan perundangan yang berlaku,
pemimpin perusahaan memiliki pandangan bahwa mereka tidak
memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas. Hal ini
sejalan dengan pendapat Milton Friedman mengenai konsepsi
perusahaan.
Menurut Milton Friedman dalam Kartini (2009), tanggung jawab
sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan Tanggung Jawab Sosial
Tahap pertama Pemegang saham
dan manajemen
Lesser Greater
Tahap kedua Karyawan
Tahap ketiga Masyarakat
setempat
Tahap keempat Masyarakat