• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uji parsial di atas, diketahui bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan akan semakin meningkat. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima, yaitu ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini dikarenakan perusahaan yang berukuran besar memiliki pemegang saham yang lebih banyak dan lebih diketahui di kalangan masyarakat, sehingga untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan pihak- pihak yang berkepentingan, perusahaan besar mengungkapkan informasi sosial lebih luas.

Perusahaan yang lebih besar akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggungjawab sosial keuangan perusahaan (Sembiring, 2003).

Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial (Trisnawati, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka pengungkapan CSR yang

dilakukan akan semakin luas. Teori agensi juga menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Jensen dan Meckling dalam Nur dan Priantinah, 2012).

Perusahaan besar mempunyai sumber daya yang besar pula, maka dari itu akan melakukan pengungkapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya yang besar untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dengan demikian perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Selain itu, perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam (Othman et al., 2009).

Menurut Rahayu dan Cahyati (2014), semakin besar aset sebuah perusahaan, maka semakin besar tanggung jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan sehingga pengungkapannya juga semakin luas.

(2009), Purwanto (2011), Kamil dan Herusetya (2012), Wijaya (2012), Trisnawati (2014) dan Rosiana, dkk (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara positif signifikan mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2015), Rahayu dan Cahyati (2014), Yuliana dkk (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

2) Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR.

Berdasarkan uji parsial di atas, diketahui bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti semakin besar profitabilitas yang dimiliki perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan akan semakin menurun. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) diterima, yaitu profitabilitas berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Profitabilitas mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara profitabilitas dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang dinyatakan oleh Donovan dan Gibson dalam Nur dan Priantinah (2012) bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas

rendah mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dengan

demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut.

Sedangkan saat tingkat profitabilitas rendah, perusahaan akan melakukan pengungkapan sebagai salah satu cara supaya pengguna laporan bisa melihat kinerja perusahaan (Rahayu dan Cahyati (2014).

Hal ini tidak sesuai dengan teori keagenan yang memaparkan bahwa manajer perusahaan dengan profit yang lebih tinggi kemungkinan akan melakukan pengungkapan yang lebih luas dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, seperti promosi jabatan dan kompensasi (Watts dan Zimmerman dalam Rosiana, dkk 2015). Sebaliknya, apabila profit perusahaan menurun, manajer akan cenderung mengurangi informasi yang diungkapkan dengan tujuan menyembunyikan alasan- alasan mengapa profitabilitas perusahaan mengalami penurunan (Inchausti dalam Rosiana, dkk 2015).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yuliana, dkk (2008), Darwis (2009), Roziani dan Sofie (2010), Lungu, dkk (2011), Nur dan Priantinah (2012), Dewi dan Priyadi (2013), Rahayu dan Cahyati (2014), dan Trisnawati (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dan pengungkapan CSR. Namun bebeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerah (2010), Othman, dkk (2009), Santioso dan Chandra (2012), Aini (2015), Budiman (2015), Taufik, dkk (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

3) Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uji parsial di atas, diketahui bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah dewan komisaris. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak, yaitu ukuran dewan komisaris berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini berarti bahwa sedikit atau banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena kebijakan CSR merupakan langkah strategis dari manajemen bukan dari dewan komisaris, dan dewan komisaris tidak terlibat langsung terhadap kebijakan tersebut (Trisnawati, 2014).

Selain itu, alasan yang lain dikarenakan dewan komisaris merupakan wakil shareholder yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen, maka dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial (Wijaya, 20120).

Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan Terbatas

(PT). Tugas dan kewenangan dewan komisaris yaitu melakukan pengawasan atas jalannya usaha perusahaan dan memberikan nasihat kepada direktur. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dewan komisaris mempunyai pengawasan termasuk dalam penentuan program CSR. Tetapi direksilah yang mengambil keputusan operasional. Hasil yang tidak signifikan tersebut mungkin dapat mengindikasikan kurang efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris terhadap pengungkapan CSR perusahaan (Yuliana, 2008).

Ketentuan di Indonesia dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 108 ayat 5 menyebutkan bahwa perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota dewan komisaris. Hal ini berarti besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak dapat menjamin adanya mekanisme pengawasan yang lebih baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yuliana, dkk (2008), Luqman (2010), Trisnawati (2014), Nur dan Priantinah (2012), Dewi dan Priyadi (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Cahyati (2014), Djuitaningsih dan Marsyah (2012), Santioso dan Chandra (2012), Terzaghi (2012) dan Budiman (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

4) Pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan CSR.

Berdasarkan uji parsial di atas, diketahui bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya rasio likuiditas. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) ditolak, yaitu likuiditas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Rasio likuiditas yang diukur dengan FDR dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini diduga tinggi atau rendahnya FDR suatu bank hanya berpengaruh pada kinerja keuangan dan operasional bank itu sendiri (Masruroh dan Mulazid, 2017). Hal tersebut dikarenakan bank umum syariah pada saat ini sudah semakin menyadari bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang dilakukan karena sudah diatur juga di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Bank umum syariah tidak memperhatikan lagi berapa rasio likuiditas yang dimiliki untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan tanggungjawab sosial pada bank umum syariah telah menjadi kewajiban sehingga dalam kondisi likuiditas tinggi maupun rendah bank syariah tetap melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.

bahwa kekuatan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi pula (Donovan dan Gibson dalam Aini, 2014). Hal ini didasarkan pada kuatnya keuangan suatu perusahaan akan cenderung memberikan informasi yang lebih luas daripada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang lemah. Perusahaan dengan tingkat likudiitas yang rendah akan lebih fokus terhadap perbaikan kinerja ekonomi mereka dan memberikan perhatian yang rendah terhadap lingkungan (Elijido-Ten dalam Aini, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Roziani dan Sofie (2010), Kamil dan Herusetya (2012), Yusuf (2011), Putri dan Christiawan (2014), Aini (2015) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun berbeda dengan penelitian Saputro, dkk (2013) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

5) Pengaruh solvabilitas terhadap pengungkapan CSR.

Berdasarkan uji parsial di atas, diketahui bahwa solvabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat solvabilitas bank syariah. Dengan demikian hipotesis kelima (H5) ditolak, yaitu solvabilitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Menurut Wijaya (2012), hal tersebut dikarenakan sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverage perusahaan. Dengan adanya UU No. 47 Tahun 2007, perusahaan saat ini sudah cukup menyadari bahwa pengungkapan CSR menjadi kewajiban semua perusahaan. Oleh karena itu tidak terlalu memperhatikan tingkat solvabilitas untuk melakukan pengungkapan CSR.

Dengan demikian hasil ini tidak mendukung teori agensi yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Jensen dan Meckling dalam Rahayu dan Cahyati, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sudarmadji dan Sularto (2007), Darwis (2009), Roziani dan Sofie (20120), Santioso dan Chandra (2012), Wijaya (2012), Saputro, dkk (2013), Rosiana, dkk (2015) Taufik (2015) yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan. Namun berbeda dengan penelitian Nur dan Priantinah (2012) yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR dan penelitian yang dilakukan oleh Kamil dan Herusetya (2012), Putri dan Christiawan (2014), Dewi dan Priyadi (2013) yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

6) Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama terhadap Pengungkapan CSR.

Berdasarkan uji signifikansi simultan (uji F) pada tabel 4.9, nilai F hitung sebesar 19,200 dan signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut menyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas, dan solvabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik, dkk (2015) menyatakan bahwa islamic goveranance score, leverage, dan profitabilitas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Budiman (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, independensi komite audit, struktur modal, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Handayati (2011) menyatakan bahwa size, profitabilitas, dan leverage secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR.

Tabel 4.12 Kesimpulan Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis Kesimpulan/Hasil

H1 Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Diterima

H2 Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Diterima H3 Ukuran Dewan Komisarisberpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Ditolak

H4 Likuiditasberpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Ditolak H5 Solvabilitasberpengaruh positif dan

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Ditolak H6 Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran

dewan komisaris, likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR.

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka pengungkapan CSR yang dilakukan akan semakin luas. Teori agensi juga menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Jensen dan Meckling dalam Nur dan Priantinah, 2012).

2. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang dinyatakan oleh Donovan dan Gibson dalam Nur dan Priantinah (2012) bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas

rendah mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut.

3. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Ketentuan di Indonesia dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 108 ayat 5 menyebutkan bahwa perseroan yang kegiatan

usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota dewan komisaris. Hal ini berarti besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak dapat menjamin adanya mekanisme pengawasan yang lebih baik.

4. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Hal tersebut dikarenakan bank umum syariah pada saat ini sudah semakin menyadari bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang dilakukan karena sudah diatur juga di dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007. Bank umum syariah tidak memperhatikan lagi berapa rasio likuiditas yang dimiliki untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

5. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Menurut Wijaya (2012), hal tersebut dikarenakan sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan

debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverage perusahaan. Dengan adanya UU No. 47 Tahun 2007, perusahaan saat ini sudah cukup menyadari bahwa pengungkapan CSR menjadi kewajiban semua perusahaan. Oleh karena itu tidak terlalu memperhatikan tingkat sovabilitas untuk melakukan pengungkapan CSR.

6. Berdasarkan uji signifikansi simultan, nilai F hitung sebesar 19,200 dan signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut menyatakan bahwa secara

bersama-sama (simultan) variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas, dan solvabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki ketrebatasan, dimana keterbatasan tersebut adaah sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya terbatas pada periode waktu tertentu yakni 2012-2016 terbatas pada variabel tertentu yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, likuiditas dan sovabilitas. Diduga terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

2) Referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penelitian.

3) Penelitian ini menggunakan indeks ISR dengan 48 penyataan dan dianalisis secara subyektif. Dapat ditambahkan pernyataan lain yang dapat mencerminkan pengungkapan tanggung jawab sosial secara Islam.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta hal-hal yang terkait dengan keterbatasan penelitian, berikut saran penulis untuk penelitian selanjutnya:

1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkpapan CSR.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel moderasi atau variabel intervening dalam menganalisis pengungkapan CSR.

3. Penelitian selanjutnya harus dapat mengembangkan pokok-pokok pengungkapan CSR secara Islam dan lebih komprehensif dengan tidak lupa memperhatikan karakteristik dan kondisi di Indonesia.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode content analysis

lain yang dapat mengurangi tingkat subjektifitas terhadap informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan-laporannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, A. K. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2013.

Kinerja Vol.12 No.1, 2015.

Anugerah, R., Hutabarat, R., & Faradilla, W. (2010). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI tahun 2008. Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010.

Assegaf, Y. U., Falikhatun, & Wahyuni, S. (2012). Bank Syariah di Indonesia: Corporate Governance Dan Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Islai (Islaic Social Responsibility Disclosure). CBAM-FE Vol.1 No. 1, 255- 267.

Bawono, A. (2006). ultivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN.

Budiman, N. A. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013. Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana, Volume 1, No.1, Mei 2015.

Cahyonowati, N. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Sosial Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Chariri, A., & Ghozali, I. (2003). Teori Akuntansi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Darwis, H. (2009). Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan High Profile di BEI tahun 2005. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.13, No.1, Januari 2009, 52-61.

Dewi, S. S., & Priyadi, M. P. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap CSRD pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.2, No.3.

Djuitaningsih, T., & Marsyah, W. A. (2012). Pengaruh Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008-2010. Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.2, Agustus 2012.

Fitria, S., & Hartanti, D. (2010). Isla dan Tanggung Jawab Sosial: Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks. Siposiu Nasional Akuntansi XIII.

Gestari, I. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance & Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gestari, I. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang: 2013.

Gunawan, Y. (2000). Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. . Simposium Nasional Akuntansi III.

Hadi, N. (2011). Corporate Social Responsibility. Edisi 1th. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Handayani, P. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Sosial Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tergolong High Profile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2009. Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol.22, No.2, Agustus 2011, 159-169.

Haniffa, R. M., & Cooke, T. E. (2002). Culture, Corporate Governance and Disclosure in Malaysian Corporations. ABACUS, Vol. 38, No.3.

Hasibuan, R. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hussainey, K., & El-Halaby, S. (2016). Determinants of Compliance With AAOIFI standards by Islamic Banks. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 9 Issue:1, 143-168.

Kamil, A., & Herusetya, A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2009.

Media Riset Akuntansi, Vol.2 No.1 Februari 2012.

Kartini, D. (2009). Corporate Social Resonsibility. Transformasi Konsep Sustainability Management & Impelementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Kasmir. (2008). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lungu, C. I., Caraiani, C., & Dascalu, C. (2011). Research On Corporate Social

Responsibility Reporting. Amfiteatru Economis, Vol. XIII, No. 29 February 2011.

Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic Banks.

Accounting Foundation The Unity Of Sydney Vol. 42, No.2.

Merina, C. I., & Verawaty. (2016). Pengungkapan Indeks Islaic Social Reporting Perusahaan Go Public Yang Listing Di Jakarta Islaic Index. Jurnal Ilmiah MBiA Vol. 15, No.1, 71-84.

Na'im, A., & Rakhman, F. (2000). Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.1, hal 70-82.

Nasir, A., Kurnia, P., & Hakri, T. D. (2013). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, Dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2010.

Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 4 Desember 2013.

Nur, M., & Priantinah, D. (2012). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR di Indonesia pada Perusahaan berkategori High Profle yang Listing di BEI tahun 2008-2012. Jurnal Nominal Volume 1, Nomor 1.

Othman, R., & Thani, A. M. (2010). Islamic Socal Reporting Of Listed Companies In Malaysia. International Business & Economics Research Journal, Volume 9, Number 4.

Othman, R., & Thani, A. M. (2010). Islamic Social Reporting Of Listed Companies In Malaysia. International Business & Economics Research Journal, Volume 9, Number 4.

Othman, R., Thani, A. M., & Ghani, E. K. (2009). Determinants of Islamic Social Reporting Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia.

Research Journal of International Studies - Issue 2.

Poerwanto. (2010). Corporate Social Responsibility. Menjinakkan Gejolak Sosial di Era "Pornografi". Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, A. (2011). Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Non-keuangan Yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2009. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 8/No.1/November 2011, 1-94.

Putri, R. A., & Christiawan, Y. J. (2014). Pengaruh Profatibilitas, Likuiditas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan yang mendapat penghargaan ISRA dan Listed (Go-Public) di BEI tahun 2010-2012. Business Accounting Review, Nol.2, No.1, 2014. Raditya, A. N. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) Pada Perusahaan Yang Masuk Daftar Efek Syariah (DES). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Rahayu, R. S., & Cahyati, A. D. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perbankan Syariah (Periode 2011-2014). JRAK Vol. 5, No.5, Agustus 2014, 74-87. Rosiana, R., Arifin, B., & Hamdani, M. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Leverage, Dan Islamic Governance Score Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012). Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5, No.1, April 2015.

Dokumen terkait