• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cukup puas masa bermainnya

Dalam dokumen Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama (Halaman 60-65)

Dalam perkembangannya, seorang anak mengalami proses pematangan kepribadian lewat kegiatan bermainnya sehari- hari.

Yang dimaksud'bermain'di sini adalah segala kegiatan yang bersifat menghibur dan menyenangkan hati anak.

Sekadar kegiatan melamun, maupun bermain peran yang tanpa menggunakan alat permainan pun bisa dikatagorikan bermain. Berlari-lari, ngobrol dengan teman, bahkan hanya diam menonton teman yang sedang bermain pun, jika itu sudah menimbulkan kesenangan bagi diri anak, sudah bisa disebut bermain.

Setiap anak dilahirkan secara fitrah melekat dengan alam bermainnya. Secara umum, hingga. usia dua atau tiga tahun, kebutuhan mereka untuk bermain menghabiskan sebagian besar waktu mereka setiap harinya. Sampai usia ini biasanya

egosentrisme mereka masih cukup tinggi, sehingga. mereka belum siap dengan terlalu banyak aturan yang mengikat.

Setelah usia tiga tahun, umumnya anak sudah mulai siap menerima sedikit aturan. Permainan di rentang usia ini sudah mulai berkembang menjadi permainan kelompok, berdua, bertiga, dst. Di usia empat tahun pun anak masih banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Padahal biasanya di usia ini anak sudah mulai duduk di TK A. Itu sebabnya, guru TK A masih harus lebih banyak memberikan pelajaran dengan- menggunakan metode bermain.

Menginjak usia lima tahun, umumnya anak duduk di TK B, kebutuhan bermain sudah akan mulai berkurang. Anak semakin menyenangi model permainan yang menggunakan aturan-aturan tertentu bersama kelompoknya. Saat ini pun anak sudah mulai tertarik untuk mengenal disiplin.

Seiring dengan berkurangnya kebutuhan bermain, maka tibalah saatnya akan muncul masa peka belajar anak. Di masa ini anak mulai senang untuk berlatih konsentrasi, dan suka mengerjakan tugas. Nilai tanggung jawab telah mulai mereka kembangkan. Dan, gairah mereka untuk menerima informasi dari luar pun meningkat tinggi.

Kenyataannya, tidak semua anak mengikuti pola yang umum terjadi ini. Beberapa kondisi khas menyebabkan ada anak yang tidak terpuaskan masa bermainnya hingga usla empat tahun. Ini bisa mengakibatkan masa belajar datang lebih dini, akan tetapi dengan risiko perkembangan anak yang kurang optimal, karena kurang bermain di masa kecilnya. Atau

sebaliknya kedatangan masa peka belajar menjadi terlambat, karena anak terlalu dibebas'kan terus bermain tanpa

pengarahan dan bimbingan. Masih banyak lagi faktor X yang mempengaruhi cepat lambatnya kedatangan masa ini, yang beberapa di antaranya dibahas berikut.

2. Kepribadlan dasamya cukup

Perkembangan kepribadian seseorang memang tak pemah berhenti hingga dewasa, namun perkembangan tercepat adalah di masa lima tahun pertama. Dalam rentang waktu ini, sebagian besar kepribadian dasar telah terbentuk.

Ind dari kepribadian dasar ini adalah perkembangan

egosentrisme yang menurun, tumbuhnya konsep diri positif dan munculnya kepercayaan diri. Di saat ini, anak seakan sudah'rampung'dengan sebagian besar urusan dirinya sendiri, sehingga mereka telah siap menerima sesuatu dari luar. Mereka mulai siap untuk belajar. Sementara penyempumaan perkembangan kepribadian selanjutnya akan terus terjadi.

Sebaliknya jika egosentrisme masih terlalu kuat, sosialisme belum lancar, konsep diri belum terbentuk, dan kepercayaan diri masih kurang, maka walaupun dipaksa belajar, materi tak akan masuk ke dalam otak anak dengan baik. Anak seperti ini masih sibuk 'mencari-cari' dirinya sendiri.

Semakin baik pola didik yang diberikan kepada anak, tentu akan semakin mempercepat perkembangan kepribadian dasar ini. Maka sangat perlu orang tua memberikan perhatian yang cukup, meningkatkan kepercayaan diri anak, menumbuhkan

kemandirian dan sikap kritisnya, mengembangkan sosialisme serta kepekaannya terhadap lingkungan hingga melatihkan disiplin dengan sebaikbaiknya sesuai usia anak.

3. Sering dirangsang

Rangsangan untuk belajar pun perlu diberikan untuk

mempercepat datangnya masa peka belajar. Rangsangan ini bisa melalui pembiasaan cinta buku sejak kecil. Kebiasaan membacakan cerita, memberikan fasilitas buku-buku bacaan menarik untuk anak akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan subur. Selanjutnya mereka menjadi tak asing lagi dengan buku, bahkan merasa mencintainya.

Fasilitas lain seperti komputer, media audio visual, alat permainan edukatif pun dapat dimanfaatkan untuk merangsang keinginan belajar anak. Walaupun semua fasilitas ini masih diberikan dalam bentuk permainan- permainan, akan tetapi sangat baik untuk meningkatkan gairah keingintahuan mereka. Bentuk permainan dipilih yang menuniang, antara lain yang melatih konsentrasi, daya ingat dan pendengaran, melatih motorik halus, hingga yang melatih otak untuk bekerja.

Yang lebih penting lagi, adalah diberikannya motivasi dari orang tua kepada anak. Pengertian akan pentingnya belaiar ilmu pengetahuan bisa disampaikan kepada anak di sela-sela kegiatan bermainnya, atau di kala membacakan cerita

sebelum tidur, atau di saat-saat senggang, di mana hubungan orang tua-anak akrab, santai dan harmonis.

4. Kondisi khas keluarganya

Kondisi khas setiap individu yang berlainan merupakan faktor dari dalam diri anak. Mereka yang memiliki cacat fisik, atau yang kesehatannya secara umum agak buruk, kemungkinan akan lebih lambat mengalami kedatangan masa peka belajar. Begitu pula mereka yang berkarakter hiperaktif mungkin akan lebih lambat mencapai masa peka belaiar dibanding mereka yang pendiam. Perbedaan kegemaran pun menyebabkan adanya perbedaan, misalkan yang terjadi antara anak yang menyukai olahraga dengan anak yang suka mewama.

Selanjutnya keadaan latar belakang keluarga juga turut memberikan pengaruhnya. Anak sulung yang menjadi pusat perhatian mungkin akan lebih sulit mengendalikan

egosentrismenya dibandingkan anak nomor dua atau tiga. Adik yang sering melihat kakak belajar pun akan lebih cepat peka belajar dari pada mereka yang tak memiliki kakak untuk dicontoh. Anak yang memiliki adik yang terlalu dekat, yang kurang mendapat perhatian orang tua, atau yang tak memiliki ayah, akan lebih terganggu perkembangannya dibanding yang normal.

Ungkungan pun tak ketinggalan memberikan pengaruh. Anak yang sering melihat teman di sekitar berangkat sekolah, mengaji, akan lebih cepat ingin belajar. Semakin banyak orang yang memberi motivasi pun akan semakin merangsang keinginannya. Sebaliknya jika lingkungan tak peduli pada pendidikan, anak pun berkembang seperti itu pula.

Seperd hainya Una, ia memilild masalah yang cukup kompleks. Gadis ini adalah putri tunggal yang tak memiliki teman bermain seusia di lingkungan rumahnya. la pun sangat dimanja oleh neneknya. Sementara ayah dan ibunya sibuk bekeria, sehingga. kurang bisa memberikan motivasi

untuknya. Kebutuhan bermainnya seakan belum terpuaskan hingga. usia lima tahun, karena ia baru mulai memperoleh teman bermain setahun sebelumnya.

Kondisi-kondisi khas seperti ini mungkin juga dihadapi oleh banyak anak lain yang mengalami keterlambatan datangnya kepekaan belajar. Yang penting dilakukan pendidik adalah melakukan upaya mempercepat datangnya masa ini lewat perbaikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dalam dokumen Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama (Halaman 60-65)

Dokumen terkait