• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Mental yang Menentukan

Dalam dokumen Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama (Halaman 30-36)

Temyata, kecerdasan mental (EQ) menentukan 80%

kesuksesan, sisanya ditentukon oleh kecerdasan intelegensid (IQ).

Agus menangis sesenggukan sambil terus bergelayut di tangan Ayahnya yang sudah hampir kehilangan

kesabarannya. "Hentikan tangismu, Gus! Malu tuh dilihat kawan-kawanmu. Bukan anak Papa kalau cengeng begitu !" Untuk kesekian kalinya sang Ayah memperingatkan dengan nada suara yang semakin tinggi.

Dibentak terus seperti itu sama sekali tidak membuat Agus ingin menghentikan tangisnya. la sudah tak,peduli lagi dengan tatapan mata puluhan teman kelasnya yang memandangnya dengan aneh, juga pandangan gurunya yang penuh

kejengkelan.

Untuk kesekian kalinya siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) itu membuat suasana gaduh di kelas gara-gara perilakunya yang cengeng dan penakut. Di usianya yang sudah sebelas tahun itu, Agus sering menangis di sekolah hanya karena. sebab- sebab sepele. Diejek teman, kehilangan sepatu, atau terlambat masuk sekolah, seperd kejadian di pagi hari tersebut.

Payahnya, jika terlambat masuk sekolah, Agus tak akan berani mengetuk pintu kelas kecuali jika diantar Ayah dan ditunggui barang lima atau sepuluh menit sampai

tingkahnya yang kekanak-kanakan itu, ia akan mulai menangis, membuat teman-teman, guru serta Ayahnya

semakin jengkel kepadanya. Tangis Agus akan menghentikan pelajaran di kelas selama sepuluh hingga, lima belas menit. Kalaulah tidak karena an-.4~k cengeng ini senantiasa

menyabet rangking satu di kelasnya, bapak guru tentu enggan bersabar menghadapinya.

Banyak orang tak mengerti mengapa si anak pandai ini memiliki sifat begitu cengeng dan penakut. Namun, kisah ini cukup menjadi salah satu bukti, bahwa penilaian rangking di hampir semua sekolah, hanyalah semata berdasar penilaian IQ dan keberuntungan siswa dalam penguasaan mata pelajaran kognitif. Dan temyata bahwa tingginya IQ yang dimiliki seseorang tidak otomatis membuat ia sukses dalam pergaulan bersama teman-temannya, juga dalam menapaki kehidupan yang sebenamya di luar pintu gerbang sekolah.

Kisah anak-anak yang hanya pandai dalam hitungan IQ seperti Agus pun tidak sedikit. Ada anak pemegang rangking satu kelas empat yang begitu takutnya menghadapi dokter, sehingga, ia menangis meraung-raung, meronta-ronta, dan berhasil melarikan diri dari sekolah ketika tiba saatnya suntik imunisasi hepatitis untuk seluruh siswa sekolah dasar.

Seorang mahasiswa yang selalu mendapat nilai A untuk semua mata kuliahnya, menjadi marah ketika salah seorang guru fisika memberi hasil nilai B untuk ulangannya. la

berdebat dan bertengkar hebat dengan sang guru di

telah ia siapkan dan menusuk sang guru hingga jatuh berlumuran darah.

Ciri-Ciri EQ Tinggi

§ Enak diajak bicara

§ Mengerti perasaan orang lain

§ Mendahulukan orang lain

§ Bisakendalikan diri

§ Ulet

§ Sabar

§ Tahan terhadap stress

§ Pandai komunikasi

§ Suka humor

§ Tidakmudah putus asa

§ Bangkit dari kegagalan

§ Percaya diri tinggai

Ciri-Ciri EQ Rendah

§ Tak banyak bicara

§ Cuek

§ “Urusanku masih banyak”

§ Emosional

§ Bkerja apa adanya

§ Cepat naik darah

§ Mudah depresi

§ Tertutup

§ Cenderung serius

§ Mudah putus asa

§ Tenggelam dalam penyesalan

Anak-anak itu menunjukkan gejala ketidakmatangan emosional, ketidakmampuan menghadapi dirinya sendiri. Dalam bahasa ilmiahnya, anak-anak ini memiliki kapasitas EQ yang rendah. Walaupun nilai IQ mereka sangat bagus, tak ada hubungannya sama sekali dengan kapasitas EQ-nya.

Para ahli menjelaskan, bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya IQ. Sebaliknya, justru factor EQ memegang peranan lebih besar, dengan

perbandingan EQ dengan IQ sebesar 80: 20.

Manusia tidak bisa hidup sendiri. la harus berinteraksi dengan teman, guru, tetangga, bahkan musuh sekalipun. [a pun harus bisa berinteraksi dengan binatang, alam dan

lingkungannya.Semua jenis hubungan ini dalam kenyatannya akan memenuhi sebagian besar dari hidupnya, dibanding hal- hal keilmuan.

Untuk bisa menjadi orang yang disukai orang lain, misalnya, seseorang harus bisa menjadi sosok yang menyenangkan, enak diajak bicara, mengerti perasaan orang lain, bahkan bisa meletakkan kepentingan teman di atas kepentingannya

sendiri. Hanya mereka yang mampu mengendalikan dan mengatur keadaan emosionalnyalah yang mampu melakukan hal-hal seperti itu.

Untuk bisa menjadi pedagang yang sukses, bukan hanya pengetahuan bisnis yang dibutuhkan. Keuletan, adalah salah satu karakter yang sangat dibutuhkan. la harus kesana kemah mencari tempat membeli barang dagangan yang mematok harga paling murah. Untuk mencari pelanggan pun ia harus

keluar masuk daerah demi daerah. Untuk mengetahui

kebutuhan pelanggan ia harus peka dengan kondisi sosial dan perasaan pembelinya. Untuk memepertahankan kepercayaan pelanggan ia pun harus melayani pembeli sebaik mungkin. Untuk menghadapi persaingan bisnis pun dibutuhj<an

kesabaran dan kekuatan mental. Dan menghadapi ancaman kegagalan pun mereka butuh ketahanan menghadapi stress yang cukup prima. Nah, ada negitu banyak faktor sisi

kehidupan emosional yang temyata lebih berperan

mensukseskan karir seorang pedagang, dibanding hanya sekadar pengetahuan bisnis semata, bukan ?

Demikian juga halnya dengan seorang dosen. Mahasiswa tak menyukai dosen yang pandai tetapi tak memiliki metoda mengajar yang baik. Sebaliknya dosen yang pandai berkomunikasi dengan mahasiswa, yang bisa mengerti perasaan dan kebutuhan mahasiswa, dan mampu menjaga penampilannya sehingga menarik, walau tak tergolong berotak jenius, tetapi paling dicari dan disukai di

almamatemya.

Dalam setiap bidang pekerjaan, di setiap sisi kehidupan manusia, yang namanya kegagalan pasti pemah dialami. Tantangan, rintangan dan musibah pun datang silih berganti. Semua itu memberikan stress yang menekan setiap orang. Mereka yang tak memiliki ketahanan menghadapi stress, dan tak mampu mengelola stress tersebut dengan pola pandang positif, tak akan berhasil mencapai tingkat optimal dari karir perjalanan hidupnya.

Secara umum, mereka yang hanya memiliki IQ tinggi, tanpa diimbangi EQ yang memadai, akan memiliki minat intelektual yang tinggi, menyukai dunia pemikiran, tetapi kaku dan canggung di dunia pribadi serta hubungan dengan lingkungannya. Mereka cenderung kritis dan mudah

meremehkan, lebih suka sendiri dari pada harus bekerja sama dengan orang lain. Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi , lebih mudah merasa cemas, gelisah dan merasa bersalah, ragu-ragu dan tak bisa mengungkapkan emosinya dengan bebas. Dalam bidang seksual pun cenderung tak bisa menikmati, dan secara emosional cenderung membosankan dan dingin.

Sebaliknya mereka yang memiliki EQ tinggi, tak peduli apakah IQnya tinggi atau rendah, umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta mampu memandang dirinya dengan kaca mata positif. Bagi mereka kehidupan sangat bermakna dan mereka pun enjoy menikmatinya. Tantangan dan musibah tidak membuat mereka depresi. Kalaupun sempat down mereka akan mampu bangkit kembali. Dalam menjalin hubungan, mereka hangat dan akrab, mudah memahami perasaan orang lain, dan mudah untuk 6erbuat sesuatu untuk orang lain.

Nah, dengan bekal kondisi emosional dan mental yang seperti ini, sudah barang tentu menjadi pendukung utama

Dalam dokumen Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama (Halaman 30-36)

Dokumen terkait