• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 5. Pembuatan Lubang Tanam (a), Pemberian Kompos (b), dan Tempat Penampungan Air (c)

Kondisi Sebelum Penanaman di Polybag

Tanah yang digunakan sebagai media tanam diambil dari tanah yang berada di lahan, yakni tanah kemerahan, kecokelatan dan keputihan. Bahan lain yang ditambahkan ke dalam media adalah kompos dan kapur. Kedua bahan tersebut digunakan juga sebagai tambahan media tanam di lahan. Tanah, kompos dan kapur dicampur sesuai dengan perlakuan. Centro yang ditanam di dalam polybag berdiameter 10 cm x 15 cm menggunakan lima jenis komposisi, yakni : 100 % tanah, 50 % tanah dan 50 % kompos, tanah dan kapur, 100 % kompos, dan kompos ditambah kapur. Polybag disusun sesuai dengan perlakuan dan diletakkan bersebelahan dengan perlakuan yang lain (Lihat Gambar 6). Peubah yang digunakan adalah panjang tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan jumlah bintil akar.

a b

Gambar 6. Kondisi Tanaman Centro di Polybag

Awal pertumbuhan, centro yang mampu berkecambah mencapai 10-30 %, sesuai dengan perlakuan masing-masing. Media tanam tanah kemerahan dan kapur memiliki persentase perkecambahan paling tinggi, yakni 32 %. Benih centro yang gagal berkecambah disulam kembali, sedangkan benih centro yang tumbuh dua tanaman dalam satu polybag akan dijarangkan untuk menyisakan satu tanaman salam satu polybag. Pembongkaran dilakukan pada minggu ke-12, untuk mengamati jumlah bintil akar dan panjang akar. Media tanam yang mempunyai tanaman paling banyak tumbuh adalah media tanah kecokelatan dan kompos, yakni 24 tanaman. Media lain rata-rata hanya mempunyai 12-16 tanaman, sebagian besar tanaman yang lain mati karena busuk.

Hasil dan Pembahsan Pengamatan di Lahan Hasil Pengamatan pada 11 Minggu Setelah Tanam (11 MST)

Hasil pengujian menggunakan metode multivariate, terdapat interaksi antara kemiringan dan kelompok warna tanah pada semua peubah yang diamati pengamatan, yakni panjang tanaman, jumlah daun dan penutupan tanah. Pada kelompok warna tanah kemerahan dan kecokelatan dengan kemiringan 0-10 % mempunyai panjang tanaman, jumlah daun dan penutupan tanah paling baik dibandingkan dengan kemiringan yang lain. Panjang tanaman pada tanah kemerahan mencapai 68.50 cm. Berbeda halnya dengan kelompok warna tanah keputihan dengan kemiringan 0-10 % hanya panjang tanaman dan jumlah daun yang mempunyai hasil yang baik dibandingkan dengan panjang tanaman dan jumlah daun pada kemiringan 10-20 % dan 20-30 %.

Penutupan tanah terbaik pada kelompok warna tanah keputihan terdapat pada kemiringan 10-20 %. Persentase penutupan tanah pada 11 MST rata-rata hampir mencapai 20 %. Hal tersebut berarti pada saat pengukuran penutupan lahan di sekitar tanaman utama menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m, kuadran yang terisi tanaman ada 20 kotak. Pertumbuhan tanaman Centro pada 11 MST dapat dilihat pada Tabel 2 dan hasil analisis multivariate dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 2. Pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens Benth. pada 11 MST Kelompok Warna Tanah Kemiringan 11 MST Panjang tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Penutupan Tanah (%) Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat sedikit illit) 0 -10 % 68.50 8 20.00 10-20 % 45.81 8 19.31 20-30 % 60.00 7 14.62 Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit)

0 -10 % 56.75 9 19.62

10-20 % 56.63 8 15.93

20-30 % 47.88 8 17.93

Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit)

0 -10 % 72.06 9 14.12

10-20 % 69.75 9 21.62

20-30 % 43.81 6 18.31

Hasil Pengamatan pada 13 MST

Hasil pengujian peubah panjang tanaman, jumlah daun, dan penutupan tanah pada kemiringan dan kelompok warna tanah menggunakan metode multivariate menunjukan hasil yang berbeda nyata pada interaksi kemiringan dan warna tanah. Panjang tanaman pada kelompok warna tanah kemerahan, kecokelatan dan keputihan dengan kemiringan 0-10 % mencapai 77.94, 66.00, dan 68.81 cm. Panjang tanaman pada masing-masing kelompok warna tanah tersebut lebih panjang dibandingkan dengan panjang tanaman pada kemiringan 10-20 % dan 20-30 %.

Persentase penutupan tanah pada kelompok warna tanah kemerahan dan kecokelatan pada kemiringan 0-10 % mencapai 29.68 % dan 24.50 %. Persentase penutupan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penutupan tanah

pada kemiringan 10-20 % dan 20-30 % dimasing-masing kelompok warna tanah. Berbeda halnya dengan kelompok warna tanah kemerahan dan kecokelatan, persentase penutupan tanah keputihan yang lebih tinggi terdapat pada kemiringan 10-20 %, yakni mencapai 21.93 %. Pertumbuhan tanaman Centro pada umur 13 MST dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil analisis multivariate dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 3. Pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens Benth. pada 13 MST Kelompok Warna Tanah Kemiringan 13 MST Panjang tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Penutupan Tanah (%) Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat sedikit illit) 0 -10 % 77.94 12 29.68 10-20 % 49.56 10 22.00 20-30 % 62.50 12 15.68 Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit)

0 -10 % 66.00 12 24.50

10-20 % 64.44 10 18.62

20-30 % 54.38 10 18.18

Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit)

0 -10 % 68.81 10 15.56

10-20 % 61.00 10 21.93

20-30 % 51.25 8 20.65

Hasil Pengamatan pada 15 MST

Hasil uji multivariate pada 15 MST menunjukkan adanya interaksi antara kemiringan dan kelompok warna tanah. Pada kelompok warna tanah kemerahan dengan kemiringan 0-10 % panjang tanaman mencapai 87.94 cm, jumlah daun 19 helai dan persentase penutupan lahan 35.56 %. Pertumbuhan tanaman pada kelompok warna tanah kemerahan dengan kemiringan 0-10 % lebih baik dibandingkan pertumbuhan tanaman pada kemiringan 10-20 % dan 20-30 %.

Peubah panjang tanaman, kelompok warna tanah kecokelatan dengan kemiringan 10-20 % menunjukkan hasil yang lebih panjang dibandingkan dengan kemiringan yang lain. Peubah penutupan tanah, persentase penutupan lahan yang lebih tinggi terdapat pada kemiringan 0-10 %, yakni mencapai 28.06 %. Hal tersebut berarti, kemampuan Centro untuk menutup kelompok warna tanah

kecokelatan disekitarnya, kemiringan 0-10% lebih baik dibandingkan dengan kemiringan 10-20%.

Pertumbuhan tanaman Centro di kelompok warna tanah keputihan pada peubah panjang tanaman dan jumlah daun, kemiringan 0-10% menujukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemiringan 10-20% dan 20-30%. Pada peubah penutupan tanah kemiringan 10-20% mampu menutup tanah lebih baik dibandingkan dengan kemiringan yang lain di kelompok warna tanah keputihan. Penutupan tanah pada 15 MST hanya mencapai 35%, meningkat 5% dari penutupan tanah pada 13 MST. Pertumbuhan tanaman Centro pada umur 15 MST dapat dilihat pada Tabel 4 dan hasil analisis multivariate dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 4. Pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens Benth. pada 15 MST Kelompok Warna Tanah Kemiringan 15 MST Panjang tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Penutupan Tanah (%) Kemerahan (dominansi

warna kaolinit, sangat sedikit illit) 0 -10% 87.94 19 35.56 10-20 % 54.81 15 29.87 20-30 % 71.81 17 24.43 Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit)

0 -10 % 76.81 18 30.37

10-20 % 95.88 18 28.75

20-30 % 67.00 15 21.68

Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit) 0 -10 % 80.38 17 21.93 10-20 % 72.50 16 28.06 20-30 % 62.00 14 21.06 Pembahasan

Kemiringan lahan 0-10 % pada kelompok warna tanah kemerahan dan kecokelatan memiliki pertumbuhan tanaman paling baik. Hal tersebut dapat dilihat dari peubah pengamatan panjang tanaman, jumlah daun dan penutupan tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemiringan 10-20 % dan 20-30 %. Lahan yang relatif datar (kemiringan 0-10 %), memiliki tingkat erosi yang rendah. Pada dasarnya, erosi tanah mempengaruhi produktivitas tanaman dengan

mengurangi ketersediaan air, nutrisi, materi organik, dan menipiskan lapisan atas tanah, serta membatasi kedalaman perakaran (Gachene et al., 1998).

Mutegi et al. (2008) juga menyebutkan bahwa erosi mengurangi produksi tanaman, tetapi tingkat pengurangannya bervariasi tergantung jenis tanah dan tingkat kesuburan. Lahan di lokasi penelitian termasuk lahan yang kurang subur, karena lahan tersebut telah kehilangan lapisan top soil dan sub soil. Menurut Hardjowigeno (2003), tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas (top soil), semakin ke lapisan bawah maka kandungan bahan organik semakin berkurang. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan Keasaman Tanah (pH H2O) Sebelum Penanaman dan Sesudah Penanaman

Kelompok Warna Tanah pH Sebelum Penanaman

pH Sesudah Penanaman 10 MST 20 MST Kemerahan (dominansi

warna kaolinit, sangat sedikit illit)

3.9 4.7 4.8

Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit)

4.4 4.9 4.8

Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit)

4.3 5.0 4.9

Hasil analisis tanah awal terlihat bahwa keasaman (pH) di lahan penelitian tergolong masam. Soepardi (1983) menyatakan bahwa keasaman tanah (pH) mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Keasaman tanah (pH) sebelum penanaman dan sesudah penanaman cenderung tidak mengalami perubahan pada pengukuran menggunakan air (H2O). Penurunan pH pada pengamatan 10 MST dan 20 MST sedikit mengalami penurunan. Menurut Soepardi (1983), hal tersebut disebabkan oleh pengaruh pengeringan tanah dan pengambilan sampel.

Hardjowigeno (2003) juga menyatakan bahwa keasaman (pH) menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Lahan yang masam dapat

dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah. Selain keasaman (pH), nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari hasil analisis awal juga tergolong rendah. Nilai KTK sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah,tetapi bila didominasi oleh kation asam (Al, H) dapat mengurangi kesuburan tanah.

Pertumbuhan tanaman di lahan secara umum kurang baik. Selain akibat dari faktor kemiringan dan lahan yang kurang subur, perawatan tanaman khususnya pemupukan menggunakan Urea, kurang memberikan hasil yang maksimal dalam membantu pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan warna daun menggunakan SPAD pada 10 MST dan 20 MST pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks Warna Daun Centrosema pubescens

Kelompok Warna Tanah Warna Daun

10 MST 20 MST Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat

sedikit illit) 0.83 0.63

Kecokelatan (dominansi warna kaolinit,

sedikit goetit dan illit) 0.94 0.51

Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit

illit) 0.81 0.52

Klorofil meter (SPAD) dan Leaf Colour Chart (LCC) merupakan cara mudah dan non-destruktif serta peralatan yang mudah digunakan oleh petani untuk mengukur warna daun dan kandungan klorofil daun (Balasubramanian et al, 1999). Yang et al. (2003) menyatakan bahwa kadar N dipengaruhi oleh nilai LCC dan SPAD pada tanaman padi (Oryza sativa). Warna daun juga dapat diperkirakan menggunakan pandangan secara visual, tetapi hal tersebut sangat subyektif dan kurang akurat dan terdapat hubungan korelasi yang positif antara warna daun dan jumlah klorofil (Anand dan Byju, 2008).

Pertumbuhan tanaman pada kelompok warna tanah kemerahan dan kecokelatan pada kemiringan lahan 10-20 % dan 20-30 % cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kemiringan lahan 0-10 %. Hal tersebut disebabkan karena

tingkat erosi yang lebih tinggi dan juga karena tingkat kesuburan lahan yang rendah. Pertumbuhan tanaman pada kelompok warna tanah keputihan dengan kemiringan lahan 0-10 % pada peubah panjang tanaman dan jumlah daun lebih baik dibandingkan dengan tanaman pada kemiringan 10-20 % dan 20-30 %. Akan tetapi, penutupan tanah tanaman pada kemiringan 10-20 % lebih baik dibandingkan dengan tanaman pada kemiringan yang lain. Hal ini disebabkan, tanaman pada kelompok warna tanah keputihan banyak dirusak hama (babi hutan) dan pengukuran penutupan tanah ditentukan juga oleh tanaman Mucuna bracteata yang ditanam di sekitar Centro. Penutupan tanah pada kelompok warna tanah dengan kemiringan 0-10 %, 10-20 % dan 20-30 % dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 7. Pertumbuhan Tanaman Kelompok Warna Tanah Kemerahan dengan Kemiringan 0-10 % (a), 10-20 % (c) dan 20-30 % (e) pada Umur Tanaman 10 MST (a, c, e) dan 28 MST (b, d, f)

c

a b

e f

Gambar 8. Pertumbuhan Tanaman Kelompok Warna Tanah Keputihan dengan Kemiringan 0-10 % (a), 10-20 % (c) dan 20-30 % (e) pada Umur Tanaman 10 MST (a, c, e) dan 28 MST (b, d, f)

a b

c d

Gambar 9. Pertumbuhan Tanaman Kelompok Warna Tanah Kecokelatan dengan Kemiringan 0-10 % (a), 10-20 % (c) dan 20-30 % (e) pada Umur Tanaman 10 MST (a, c, e) dan 28 MST (b, d, f)

Persentase penutupan lahan secara keseluruhan setelah satu tahun penanaman Centro dan Mucuna mencapai lebih dari 80 % dari luasan lahan ± 2.5 ha. Selain tanaman kacang-kacangan tersebut, terdapat beberapa tanaman lain yang tumbuh di sekitar lahan percobaan, seperti kelapa sawit, alang-alang, paku-pakuan, Melastoma malabathricum, Pennisetum polystachyon dan lain-lain. Peta penutupan lahan setelah satu tahun penanaman Centro dan Mucuna dapat dilihat pada Gambar 10.

b d f a c e

Gambar 10. Peta Penutupan Lahan Setelah 1 Tahun

PETA PENUTUPAN LAHAN

Legume Cover Crop (Centrosema dan Mucuna)

Tanaman lain (Pohon)

Dominasi Alang-Alang 1 2 3 4 5 6

Hasil dan Pembahasan Pengamatan di Polybag

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di lahan dan di dalam polybag tidak jauh berbeda. Rata-rata panjang tanaman di semua media yang ditambah dengan kompos (P1, P2, P4, P7 dan P9) pada umur tanaman 12 MST tidak jauh berbeda dengan panjang tanaman di lahan pada umur 13 MST. Berdasarkan hasil uji DMRT, panjang tanaman Centro umur 4 MST pada media kelompok warna tanah kecokelatan dengan kompos menujukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya. Panjang tanaman Centro pada media kelompok warna tanah kecokelatan dengan kompos juga lebih tinggi daripada media lain pada umur 6 MST dan 12 MST. Rekapitulasi panjang tanaman Centro pada umur 4 MST, 6 MST dan 12 MST dapat dilihat pada Tabel 7 dan Lampiran 10, 11 dan 12.

Tabel 7. Panjang Tanaman Centrodi dalam Polybag

Jenis Media Pengamatan

4 MST 6 MST 12 MST P1 4.50bcde 12.66bc 86.16ab P2 5.16adc 11.00bc 74.62bc P3 4.33bcde 5.91c 19.58efg P4 4.83bcd 18.25b 66.95cd P5 4.16cde 4.00c 9.62g P6 5.49ab 7.16c 34.79e P7 6.08a 38.66a 93.41a P8 5.25abc 6.41c 29.33ef P9 3.50e 4.66c 13.25fg P10 4.75bcd 9.58bc 53.16d P11 3.83de 4.41c 5.46g

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

P1 : Kompos + kapur, P2 : Kompos, P3 : Tanah Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat sedikit illit), P4 : Tanah Kemerahan 50%+kompos 50%, P5 : Tanah Kemerahan+kapur, P6 : Tanah Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit), P7 : Tanah Kecokelatan 50%+kompos 50%, P8 : Tanah Kecokelatan +kapur, P9 : Tanah Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit), P10 : Tanah Keputihan 50%+kompos 50% dan P11 : Tanah Keputihan+kapur

Hasil analisis tanah awal menunjukkan kandungan hara pada kelompok warna tanah kecokelatan lebih tinggi dibandingkan kelompok warna tanah lainnya. Penambahan kompos pada media berguna untuk menjaga kelembaban

tanah, penyangga hara tanaman, membantu dalam meningkatkan penyediaan hara, memperbaiki aktivitas mikroorganisme dan memperbaiki stuktur tanah (Suhardjo et al., 1993). Selain panjang tanaman, rata-rata jumlah daun di semua media yang ditambah dengan kompos (P1, P2, P4, P7 dan P9) pada umur tanaman 12 MST tidak jauh berbeda dengan jumlah daun di lahan pada umur 13 MST. Jumlah daun Centro pada umur 4 MST relatif sama pada semua media, yakni 3 helai daun. Jumlah daun pada media kelompok warna tanah kecokelatan dengan penambahan kompos lebih tinggi dibandingkan jumlah daun media lain pada umur 6 MST. Jumlah daun pada 12 MST, media tanam tanah kecokelatan dengan penambahan kompos juga memiliki panjang tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan media tanaman yang lainnya. Rakapitulasi jumlah daun pada umur tanaman Centro 4 MST, 6 MST dan 12 MST dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 13, 14 dan 15.

Tabel 8. Jumlah daun Centro di dalam Polybag

Perlakuan Pengamatan 4 MST 6 MST 12 MST P1 3abc 5b 10ab P2 3abc 5bc 8b P3 3abc 4cd 4cd P4 3bc 5bc 7bc P5 3ab 4d 4d P6 3abc 4cd 4cd P7 3a 6a 13a P8 2bc 4bcd 3d P9 2bc 4cd 4d P10 3abc 4bcd 8b P11 2c 2e 3d

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

P1 : Kompos + kapur, P2 : Kompos, P3 : Tanah Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat sedikit illit), P4 : Tanah Kemerahan 50%+kompos 50%, P5 : Tanah Kemerahan+kapur, P6 : Tanah Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit), P7 : Tanah Kecokelatan 50%+kompos 50%, P8 : Tanah Kecokelatan +kapur, P9 : Tanah Keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit), P10 : Tanah Keputihan 50%+kompos 50% dan P11 : Tanah Keputihan+kapur

Nworgu dan Ajayi (2005) melaporkan bahwa biomassa dan produksi bahan kering Centro masing-masing adalah 7.34-7.56 dan 3.75-3.78 ton/ha/tahun. Daun Centro banyak digunakan sebagai salah satu sumber pakan ternak, karena

mempuntai kandungan protein yang cukup tinggi. Peiretti (2005) menyebutkan bahwa perkiraan komposisi kimia daun Centro berdasarkan bobot kering seperti kandungan protein mentah mencapai 22.45 %, kalsium 0.80 %, fosfor 0.53 % dan magnesium 0.30 %.Pengamatan panjang akar dan bintil akar hanya dilakukan pada tanaman Centro yang ditanam di dalam polybag. Akar tanaman Centro pada media kompos dan kapur mempunyai perakaran yang lebih yang panjang dibandingkan dengan panjang akar tanaman Centro pada media lain. Jumlah bintil akar yang terbentuk pada media kelompok warna tanah kecokelatan dengan penambahan kompos berbeda nyata pada semua perlakuan media lain. Rekapitulasi panjang akar dan jumlah bintil pada saat pembongkaran dapat dilihat pada Tabel 9, Lampiran 16 dan 17.

Tabel 9. Panjang Akar dan Jumlah Bintil Akar Centrosema pubescens di dalam Polybag

Perlakuan

12 MST

Panjang Akar (cm)

Jumlah Bintil Akar (diameter >0.2 cm) P1 21.66a 5b P2 17.20bc 3bcd P3 11.83d 1cde P4 16.04bcd 3bc P5 14.55bcd 1de P6 14.83bcd 1cde P7 17.58bc 8a P8 17.96b 1cde P9 18.54ab 1cde P10 16.04bcd 1cde P11 12.74cd 0e

Ket :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

P1 : Kompos + kapur, P2 : Kompos, P3 : Tanah Kemerahan (dominansi warna kaolinit, sangat sedikit illit), P4 : Tanah kemerahan 50%+kompos 50%, P5 : Tanah Kemerahan+kapur, P6 : Tanah Kecokelatan (dominansi warna kaolinit, sedikit goetit dan illit), P7 : Tanah Kecokelatan 50%+kompos 50%, P8 : Tanah Kecokelatan +kapur, P9 : Tanah keputihan (dominansi warna kaolinit, sedikit illit), P10 : Tanah Keputihan 50%+kompos 50% dan P11 : Tanah Keputihan+kapur

Waluyo et al., (2004) menyatakan bahwa fosfat (P) penting dalam fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (legume). Fosfat (P) penting dalam fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (legume). Cara meningkatkan ketersediaan P pada tanah masam diantaranya dengan pemupukan P langsung atau

secara tidak langsung dengan penambahan CaCO3 atau CaMg(CO3)2. Ketersediaan P di sekitar daerah perkecambahan kedelai mendukung pengaruh positif terhadap kelangsungan hidup rhizobia, menstimulasi pertumbuhan akar dan kemudian memulai infeksi. Jumlah bintil akar pada media tanah kecokelatan dengan penambahan kompos adalah 7 buah. Kegagalan beberapa genotipe untuk membentuk nodul (bintil akar) kemungkinan dikarenakan kegagalan kulit biji yang masuk rhizosfer pada saat perkecambahan biji (Teitzel dan Burt, 1976).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Warna tanah dan kemiringan mempengaruhi pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens. Panjang tanaman umur 15 MST pada tanah kemerahan di kemiringan 0-10 % mencapai 87.94 cm dengan persentase penutupan tanah 35.56%. Panjang tanaman umur 15 MST pada tanah kecokelatan memberikan hasil yang lebih baik pada kemiringan 0-10%, yakni mencapai 95.88 cm.

2. Perlakuan media tanah kecokelatan dengan pemanbahan kompos terhadap pertumbuhan Centrosema pubescens di dalam polybag memberikan hasil yang lebih tinggi pada peubah panjang tanaman, jumlah daun dan jumlah bintil. perakaran yang lebih panjang dibandingkan dengan media lainnya. Panjang tanaman pada 12 MST mencapai 93.41 cm, jumlah daun 13 helai , panjang akar 17.58 cm dan jumlah bintil yang terbentuk 8 buah.

Saran

Revegetasi lahan dapat dilakukan dengan menambah kerapatan tanaman Legume Cover Crop. Selain itu, lubang tanam dapat diperbesar, yakni > 30cm x 20 cm dan menambah kebutuhan bahan organik lebih dari kebutuhan yang digunakan pada penelitian ini yakni 10 ton/ha, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A., Mappaona dan A. Saleh. 2002. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 181hal.

Anand, M. H and G. Byju. 2008. Chlorophyll meter and leaf colour chartto estimate chlorophyll content, leaf colour, and yield of cassava. Photosynthetica 46(4):511-516.

Andrew, C. S. 1976. Effect of calcium, pH and nitrogern and chemical composition of some tropical and temperate pasture legumes, I: nodulation and growth. Aust. J. Agric. Res. 27(5):611-623.

Anonimous. 2008. Kecamatan Muara Papalik dalam Angka, 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Aulia, H. 2011. Laju Penutupan Tanah Oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Centrosema pubescens. Benth Pada Ex-Borrow Pit Jabung Timur, Jambi. Skripsi. Jurusan agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. 76 hal.

Balasubramanian, V., A.C. Morales, R.T. Cruz, S. Abdulrachman. 1999. On-farm adaptation of knowledge-intensive nitrogen management technologies for rice systems. Nutr.Cycling Agroecosyst.53: 59-69.

Bowen, G.D. 1959. Field studies on nodulation and growth of Centrosema pubescens Benth. Queensland Journal of Agricultural Science 16:253.

Folorunso, O. A., D. E. Rolston, T. Prichard, D. T. Louie. 1992. Soil surface strength and infiltration rate as affected by winter crops, p :189-197. In Ramos, M.E., B. Emilio, A.G. Pedro, and B.R. Ana (Eds). Cover crops under different managements vs. frequent tillage in almond orchads in semiarid conditions: effects on soil quality 2009. Soil Ecology 44:6-14.

Gachene, C., J. P. Mbuvi, N. J. Jarvis and H. Linner. 1998. Maize yields reduction due to erosion in a high potential area of central Kenya highlands. Afr Crop Sci J 6:29-37.

Govaert, A., C. Dauwe, P. Plinke, E. De Grave and J. De Sitter. 1976. A classification of goethite warnas based on the mossbauer behaviour. Journal De Physique:C6-825

Grim, R. E.1968. Clay Warnaogy Second Edition.McGraw-Hill. New York. 596 p.

Haynes, R. J. 1980. Influence of soil mamagement practice on the orchard agroecosystem, p:3-32. In Ramos, M.E., B. Emilio, A.G. Pedro, and B.R. Ana (Eds). Cover crops under different managements vs. frequent tillage in almond orchads in semiarid conditions: effects on soil quality 2009. Soil Ecology 44:6-14.

Kraft, R. S. dan R. J. Clements. 1990. Centrosema: Biology, Agronomy and Utilization. CIAT Publication. Colombia. 668p.

Liew, K. Y., L. E. Khoo and K. T. Bong. 1985. Characterisation of Bidor Kaolinite and Illite. Pertanika 8(3):323 - 330.

Liu, Q., Yongjae Yu, Jose Torrent, Andrew P. Roberts, Yongxin Pan and Rixiang Zhu. 2006. Characteristic low-temperature magnetic properties of aluminous goethite [a-(Fe,Al)OOH] explained. Journal Of Geophysical Research 111:1-12.

Lukiwati, D. R. 2007. Peningkatan produksi dan kecernaan bahan kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh pemupukan batuan fosfat dan inokulasi MVA. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9(1):1-5.

Mutegi, J. K., D. N. Mugendi, L. V. Verchot and J. B. Kung’u. 2008. Combining napier grass with leguminous shrubs in contour hedgerows control soil erosion without competing with crops. Agroforest Syst. 1-13.

Norris, J. E. and J. R. Greenwood. 2008. An introduction to types of vegetated slopes. Springer : 9-15.

Nworgu, F. C. and F. T. Ajayi. 2005. Biomass, dry matter yield, proximate and warna composition of forage legumes grown as early dry season feeds. Livestock Research for Rural Development 17(11):1-7.

Osman, N and S. S. Barakbah. 2006.Perameters to predict slope stability - soil water and root profiles. Ecological Engineering 28:90-95.

Peiretti, P. G., 2005. Prediction of the gross energy of Mediterranean forages. Jounal Food Agri. Environ 3:102-104.

Pierret, A., K. Latchackak. P. Chathanvongsa. O. Sengtaheuanghoung, and C. Valentin. 2007. Interactions between root growth, slope and soil detachment depending on land use: a case in small mountain catchment of Northern Laos. Plant Soil 301:51-64.

Suhardjo, H., M. Soepartini, dan U. Kurnia. 1993. Bahan Organik Tanah. Dalam S. Abujami, U. Kurnia, A. Mulyani, dan Sukmara (Eds.). Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk dan Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Analisis Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hal.

Teitzel, J. K., R. L. Burt. 1976. Centrosema pubescens in Australia. Tropical Grasslands 10(1):5-14.

Waluyo, S. H., Tek An Lie and Leendert't Mannetje. 2004. Effect of phosphate on nodulation primordia of soybean (Glycine max Merrill) in acid soils in rhizotron experiments. Indonesian Journal of Agricultural Science 5(2):37- 44.

Yang, W.H., S.B. Peng, J.L. Huang, A.L. Sanico, R.J. Buresh, C. Witt. 2003. Using leaf color charts to estimate leaf nitrogen status of rice. Agron.

Dokumen terkait