• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2. Curah Hujan

Peran curah hujan dalam proses dekomposisi serasah tidak dominan. Hal ini memberi gambaran bahwa terdapat faktor lingkungan lain yang sangat berjasa dalam

kelangsungan dekomposisi. Di dalam ekosistem alam, seluruh faktor lingkungan bekerja secara simultan dan berinteraksi secara rumit baik antar sesama faktor lingkungan maupun dengan mahluk hidup.

Faktor waktu dalam pengukuran dekomposisi serasah berpengaruh terhadap laju penghancuran serasah (Hilwan 1993). Karena faktor waktu disini berkaitan sangat erat dengan faktor lingkungan, maka dapatlah dinyatakan bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap laju dekomposisi serasah. Faktor lingkungan sangat beragam komponennya. Bila disederhanakan, menjadi 2 komponen besar, yaitu lingkungan di atas permukan tanah atau disebut juga iklim (curah hujan), serta lingkungan di bawah permukaan tanah atau dikenal dengan ekosistem tanah (sifat fisik kimia tanah dan mikroorganisme).

Dekomposisi terjadi akibat dari kegiatan jasad renik memperoleh energi untuk keperluan hidupnya. Proses ini disebut oksidasi enzimatik, karena jasad renik menghasilkan berbagai enzim yang diperlukan untuk kelangsungan proses kimia yang spesifik. Berdasar keterangan tersebut jelas bahwa yang berperanan sangat besar dalam dekomposisi serasah adalah mikroorganisme tanah atau jasad renik, seperti bakteri, cendawan, ganggang, aktinomicetes, ganggang, nematoda, protozoa, cacing

tanah, dan hewan makrofauna lain (Suhardi 1983). Curah hujan sebenarnya berperan dalam penciptaan lingkungan yang mendukung kehidupan mikroorganisme dalam tanah.

Analisis Kompos Dengan Campuran EM4 dan Media Tanam.

Penggunanan EM4 dalam dekomposisi serasah sebagai aktivator untuk mempercepat proses dekomposisi. EM4 merupakan kultur campuran dari bakteri yang mengandung Lactobacillus sp berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi asam laktat. Ragi/yeast untuk memfermentasikan bahan organik menjadi senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino. Actinomyces berfungsi untuk menghasilkan senyawa dari antibiotik bersifat toksin terhadap patogen. Pelarut phospat untuk melarutkan phospat.

Tabel 4 dapat dilihat hasil analisis kompos dengan campuran EM4, menunjukkan pH = 6.80 (%), menunjukkan kriteria agak asam, kandungan C/N = 36.05 (%), kandungan N = 0.62 (%) dan kandungan P = 0.48 (%) , kandungan K = 0.66 (%).

Tabel 4. Hasil analisis kompos dengan campuran EM4 di kebun campur Senjoyo No Jenis Uji Kompos Kebun Campur Senjoyo 1 C organik (%) 22.35 2 N total (%) 0.62 3 P (%) 0.48 4 K (%) 0.66 5 C/N (%) 36.05 6 pH 6.80

Hasil analisis kompos dengan campuran EM4 di kebun campur Senjoyo (Tabel 4), menunjukkan kandungan unsur nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K) rendah, hal ini dapat disebabkan karena serasah yang digunakan sebagai bahan kompos adalah serasah yang berwarna hitam terdapat pada lapisan atas tanah dan biasanya kandungan unsur nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K) sudah rendah, sehingga rasio C/N tinggi (Indriasti SI dan Elia RR 2004).

Tabel 5 Hasil analisis media tanam mahoni 12 MST Dosis No Jenis Uji S 0 S 10 S 20 S 30 S 40 S 50 1 pH 5 5.4 5.9 6 6 6.3 2 C organik (%) 1.51 7.6 7.67 8.31 8.47 8.31 3 N Total (%) 0.14 0.54 0.56 0.78 0.74 0.76 4 C/N 10.78 14.07 13.7 10.65 11.45 10.93 5 P Bray (ppm) 3.1 5.6 8.1 12.7 15.2 37.3 6 Ca (me/100g) 23.78 9.89 10.96 12.77 5.71 14.85 7 Mg (me/100g) 3.64 0.82 3.4 4.6 5.83 6.25 8 K (me/100g) 0.1 1.41 2.31 3.29 4.19 4.36 9 Na (me/100g) 0.14 0.74 1.09 1.46 1.76 1.78 10 Al (me/100g) tr tr tr tr tr tr 11 H (me/100g) 0.12 0.32 0.32 0.36 0.42 0.4 12 Fe (ppm) 0.2 1.6 1.48 0.84 0.96 1.48 13 Cu (ppm) 0.16 0.92 1 0.8 1.12 0.72 14 Zn (ppm) 0.28 3.32 2.12 1.48 1.68 0.48 15 Mn (ppm) 1.68 56.8 78 72.4 37.4 60 16 KTK (me/100g) 22.09 26.16 26.89 31.25 31.62 34.16 17 KB (%) 46.2 49.16 66.05 70.78 55.31 79.74 18 Pasir (%) 16.57 20.23 24.09 25.21 27.06 29.15 19 Debu (%) 65.14 44.55 40.55 35.27 30.77 39.27 20 Liat (%) 18.29 35.22 35.36 39.52 42.17 31.58

Keterangan S 0 : Kontrol (2000 g tanah)

S 10 : Dosis 10% (200 g kompos + 1800 g tanah) S 20 : Dosis 20% (400 g kompos + 1600 g tanah S 30 : Dosis 30% (600 g kompos + 1400 g tanah) S 40 : Dosis 40% (800 g kompos + 1200 g tanah) S 50 : Dosis 50% (1000 g kompos + 1000 g tanah)

Penambahan bahan organik hasil pengomposan mempunyai peranan penting bagi perbaikan mutu dan sifat tanah (Murbandono 2005). Berdasar hasil analisis akhir media tanam dapat dilihat pada Tabel 5. Sifat fisik media tanam setelah perlakuan mengalami perubahan diantaranya, pH tanah naik pada media tanam S 30,

S 40 dan S 50. Tekstur tanah menjadi remah/lempung liat berpasir. Biasanya tanah dengan tekstur remah adalah tanah pertanian yang baik karena perbandingan udara dan air senantiasa seimbang (Rismunandar 1990). Sifat kimia yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro, KTK dan KB meningkat. Bahan organik sangat aktif menyimpan unsur hara tanaman, dengan bertambahnya bahan organik akan meningkatkan KTK tanah (Sastrahidayat 1991).

Rasio C/N media tanam pada tiap konsentrasi hampir sama dengan rasio C/N tanah (Tabel 5), Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik yang memiliki rasio C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh akar tanaman

(Djuarnani N 2008).

Pengaruh Kompos SerasahTerhadap Pertumbuhan Anakan Mahoni Tinggi Tanaman.

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan selama 12 minggu. Secara keseluruhan tinggi tanaman meningkat dengan semakin bertambahanya umur tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam, menunjukkan bahwa dosis kompos berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman mahoni (Lampiran 18).

Tinggi Mahoni (cm) 12 MST 0 5 10 15 20 25 30 35 40 S 0 S 10 S 20 S 30 S 40 S 50 Dosis Tinggi (cm) Gambar 12 Rata – rata tinggi mahoni 12 SMT

Media tanam tanaman mahoni dosis 50 % (S 50) menghasilkan rata-rata tinggi tanaman mahoni tertinggi yakni sebesar 31.09 cm. Sedang rata-rata tinggi tanaman mahoni yang terendah terdapat pada media kontrol yakni 21.09 cm. Tabel 6 Uji BNT tingkat kepercayaan 99% pengaruh dosis terhadap tinggi mahoni

Dosis Rata-Rata Sandi Keterangan

S 0 21.08 c S 10 23.23 b S 20 27.46 ab S 30 29.23 ab S 40 30.12 ab S 50 31.1 a

S 20 memiliki nilai rataan satu kisaran dengan S 50

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf sama pada lajur sama tidak berbeda nyata berdasar uji BNT pada taraf 1 %

Berdasar Uji BNT (Tabel 6) memperlihatkan bahwa S 20 memiliki nilai rataan satu kisaran dengan S 50, sehingga akan lebih efisien untuk menggunakan dosis 20% (S 20) dalam media tanam.

Media tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan penambahan bahan organik (kompos) pada media tanam menunjukkan hasil lebih baik dari kontrol. Penambahan unsur hara dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi media tanam sehingga dapat terbentuk pori-pori yang mudah untuk pertumbuhan akar, meningkatkan KTK, menambah kemampuan untuk menahan air dan meningkatkan ketersediaan unsur hara (Leiwakabessy 1998).

Pengaruh kompos ternyata berbeda menurut takaran yang diberikan, umumnya peningkatan takaran yang diberikan akan semakin nyata meningkatkan pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah (Tisdall dan Oades 1982). Berdasar analisis media tanam mahoni 12 MST, pengaruh pemberian kompos dengan campuran EM4 pada tiap dosis akan meningkatkan KTK media tanam (Bell 1993). Pada dosis 50% (S 50) terjadi peningkatan KTK, disini menunjukkan kapasitas tukar kation berjalan secara dinamis dibanding dengan kontrol. KTK telah menjadi fokus

dari kapasitas penyangga pH dan hara ( Ca2+ dan Mg 2+) dalam tanah di daerah perakaran (Argo dan Biernbaum 1997). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa peningkatan KTK setelah perlakuan juga meningkatkan kadar kation K+, Ca2+ dan Mg 2+, terlihat pada dosis 10% sampai dosis 50% .

Secara keseluruhan kenaikan pada tinggi tanaman, akan berpengaruh pada pertumbuhan organ tanaman lainnya. Pada pengamatan minggu ke 3 terlihat perbedaan pada tinggi tanaman mahoni tiap dosisnya. Hasil analisis media tanam terjadi peningkatan kandungan N pada tiap dosis dibanding dengan kontrol. Unsur N sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman membutuhkan unsur N dalam jumlah yang tinggi pada saat pertumbuhan vegetatif. Hasil analisis media tanam mahoni 12 MST menunjukkan kandungan unsur N tertinggi pada dosis 30% sebesar 0.78% dan hasil pertumbuhan tertinggi tanaman mahoni selama 12 minggu terdapat pada media tanam dosis 50% hal tersebut disebabkan perbedaan kandungan unsur N yang tidak terlalu jauh, dosis 50% mengandung 0.76%. Sehingga dapat dilihat dimana setiap tanaman mempunyai kemampuan menyerap unsur N sesuai dengan tingkat pertumbuhan. Dengan demikian bilamana terjadi kekurangan N yang hebat akan menghentikan proses pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan N dicirikan dengan vigor tanaman menjadi kerdil (Sarief 1983).

Diameter Batang.

Pengamatan diameter batang dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan tinggi tanaman dan jumlah daun, yaitu selama 12 minggu. Seperti halnya pada tinggi tanaman berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis kompos tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang mahoni (Lampiran 19).

Dokumen terkait