BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
3. Cyber Extension
a. Konsep Cyber Extension
Pengembangan cyber extension sebagai sistem informasi penyuluhan,
tidak bisa terlepas dengan teknologi informasi. Terkait dengan istilah teknologi informasi, maka Indrajit (2010) menyatakan bahwa, istilah tersebut mulai dipergunakan secara luas di pertengahan tahun 1980-an. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Definisi kata ‘informasi’ sendiri secara internasional telah disepakati sebagai ‘hasil dari pengolahan data’ yang secara
commit to user
prinsip memiliki nilai (value) yang lebih dibandingkan dengan data mentah.
Komputer merupakan bentuk teknologi informasi pertama (cikal bakal) yang dapat melakukan proses pengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang kurang lebih sama, kemajuan teknologi telekomunikasi terlihat sedemikian pesatnya, sehingga telah mampu membuat dunia menjadi terasa lebih kecil (mereduksi ruang dan waktu). Dari sejarah ini dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu.
Hermawan (2007) menyatakan bahwa, adanya mekanisme baru dalam perkembangan teknologi informasi menyebabkan terjadi perubahan dalam berkomunikasi dengan ditandainya penggunaan multimedia dimana teks, suara, gambar atau grafis dapat diakses sekaligus dalam seperangkat media. Masyarakat masa kini dapat mengakses informasi secara cepat dan lengkap melalui penggunaan alat komunikasi seperti telepon rumah, telepon genggam, televisi, komputer, dan berbagai media elekroniknya yang telah dilengkapi jaringan internet. Hearn dan Tanner (2009) mengemukakan bahwa, internet dapat memberikan beragam informasi tentang hampir semua topik pembangunan ekonomi. Ada banyak layanan data khusus yang memberikan
informasi tentang topik yang menarik bagi pembangunan ekonomi. Sektor
publik dan swasta sebagai sumber data, dapat menyediakan informasi dan data langsung dari internet.
commit to user
Terkait dengan teknologi informasi komunikasi (TIK) tersebut, maka
Sharma, Director Information Technology, Documentation & Publications
National Institute of Agricultural Extension Management India, memberikan istilah tentang pemanfaatan teknologi informasi komunikasi untuk
penyuluhan pertanian dengan sebutan “cyber extension” (Subejo, 2008).
Sharma (2005) mendefinisikan cyber extension adalah penyuluhan melalui
cyber space yaitu menggunakan kekuatan jaringan on-line, komunikasi komputer dan multimedia interaktif digital untuk memfasilitasi
penyebarluasan teknologi pertanian. Wijekoon et al., (2006) menjelaskan
bahwa cyber extension adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian
melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan
komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini memanfaatkan
kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan
Sharma (2005) menjelaskan bahwa, cyber extension akan efektif apabila
memperhatikan dan menggunakan: (1) penggunaan informasi dan komunikasi teknologi, (2) jaringan nasional dan jaringan informasi internasional, (3) internet, (4) ahli sistem informasi teknologi, (5) multimedia pembelajaran sistem dan komputer pelatihan berbasis sistem untuk meningkatkan akses informasi kepada petani, (6) penyuluh, (7) penelitian, (8) para
ilmuwan/peneliti dan (9) manajer penyuluhan. Melalui cyber extension
diharapkan untuk memperluaskan jangkauan komunikasi, menambah mutu/kualitas informasi, mengurangi biaya-biaya, mengurangi waktu dan
commit to user
mengurangi ketergantungan pada banyak orang para “aktor” di dalam rantai
sistem penyuluhan (Ponniah, et al. 2008).
b.Pengalaman Cyber Extension di Negara Lain
1) India
Cyber Extension di negara Asia juga telah dilaksanakan oleh India pada tahun 2003 (Sharma, 2006). Sharma (2006) menambahkan bahwa
National Institute of Agricultural Extension Management (MANAGE), Hyderabad, India telah mengambil sejumlah proyek inovatif untuk memberikan informasi dan konektivitas komunikasi untuk para petani
dan keluarga petani di daerah pedesaan, di bawah bendera "Cyber
Extension". Proyek-proyek ini meliputi: (1) menghubungkan lebih dari 25 distrik, 400 blok di internet; (2) mengimplementasikan teknologi
nirkabel di Local Loop dalam pertanian untuk menyediakan konektivitas
telepon dan internet untuk penduduk pedesaan; (3) menghubungkan lebih
dari 40 lembaga-lembaga tingkat nasional pada dua arah video
conferencing : dan (5) menyediakan Video Conferencing akses kepada kelompok petani dan pertanian-keluarga di Pedesaan melalui Handphone V-SAT Van. MANAGE dengan demikian sangat sadar terlibat dalam mengkonsolidasikan pembelajaran dari semua inisiatif teknologi informasi dan komunikasi di India dan luar negeri (Sharma, 2006).
Elemen cyber extension adalah (1) E-mail; (2) Penyuluhan/penyebaran
informasi pertanian berbasis web; (3) Sistem interaktif dalam
commit to user
penyuluhan pertanian; (5) Video Conferencing- Static, Mobile; (6) Kisa n
Call Centers; (7) Satelite Communication Networks (Sharma, 2005)
Sharma (2005) menjelaskan bahwa, pihak-pihak atau pemangku
kepentingan yang terlibat dalam Cyber Extension di India adalah: (1)
pemerintah pusat/ Central Government Initiatives (departemen terkait),
(2) dukungan pemerintah daerah/ State Government Supported; (3) sektor
perusahaan/ Corporate Sector Initiatives; (4) LSM dan sektor swasta/
NGOs and other private Sector. Ponniah et al. (2008) mengemukakan
bahwa, cyber extension yang dikembangkan di India tidak dimaksudkan
untuk menggantikan sistem komunikasi yang berjalan, tetapi hanya untuk menambah tingkat interaktif (komunikasi), menambahkan kecepatan (informasi), memperdalam komunikasi dua arah, memperluas jangkauan, dan juga memberikan pesan/informasi yang lebih mendalam.
2) Jepang
Salah satu model cyber extension yang telah dikembangkan di
Jepang dengan cukup pesat adalah computer network system yang
dikenal dengan Extension Information Network (EI-net). Sistim EI-net
merupakan sistem yang terintegrasi yang menggabungkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, propinsi, lembaga penelitian, perusahaaan pertanian, pasar, penyuluh dan petani (Subejo, 2008). Yamada dalam Subejo (2008) menginformasikan bahwa,
pemanfaatan computer network system skala nasional dalam bidang
commit to user
permulaan pembangunan dan pemanfaatan 69 terminal di seluruh Jepang. Jaringan tersebut utamanya mencakup lembar buletin pertanian dan sistim e-mail yang difokuskan untuk mempercepat laju pertukaran informasi antar pusat penyuluhan dan petugas penyuluh pertanian. Jumlah terminal terus meningkat dan sistim jaringan juga berkembang dari tahun ke tahun.
Pada sistim EI-net, dikembangkan sistim data base dan sistem
komunikasi melalui e-mail. Database tersebut antara lain mencakup
berita pertanian, informasi pasar serta informasi cuaca. Pemerintah pusat menyediakan data statistik hasil penelitian, dan lain-lain. Perusahaan swasta pertanian menyediakan informasi terkait dengan pupuk, pestisida, mesin dan peralatan pertanian, dan lain-lain. Pusat penyuluhan pertanian menyediakan database yang mereka miliki untuk ditawarkan kepada
penyuluh pertanian. Database tersebut dimanfaatkan secara on-line dan
dapat diakses berulang-ulang sehingga memungkinkan membantu menyelesaikan persoalan individu yang mengakses. Data yang telah
terakumulasi selanjutnya disimpan dalam host computer. EI-net juga
menawarkan fasilitas fax yang memungkinkan pengiriman dan
pemanfaatan dokumen yang berupa image. Pengguna EI-net tidak hanya
staf penyuluhan seperti penyuluh pertanian dan penyuluh home life serta
subject-matter specialists, namun dapat juga diakses oleh petani/individu pengguna (Subejo, 2008).
commit to user
Kenya Agricultural Commodities Exchange (KACE) didukung oleh perusahaan swasta mengembangkan Sistem Informasi Pasar (SIP) melalui aplikasi TIK untuk membantu akses petani terhadap informasi pasar dan harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani miskin di daerah perdesaan atau daerah terpencil di Kenya. Komponen dari SIP
KACE adalah: 1) Market information Points (MIPs); 2) Market
Information Centres (MICs); 3) Short Messaging Service (SMS); 4)
Interactive Voice Respons (IVR) Service; 5) Regional Commodity Trade
and Information System (RECOTIS); dan 6) Web Site (BBC News
dalam Mulyandari dkk, 2010).
4) Peru
Jaringan Huaral Valley di Peru dibangun untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi pertanian. Jaringan dari pusat informasi masyarakat ini dirancang dengan teknologi jaringan tanpa kabel (wireless). Akses internet berjalan (mobile internet) memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nyata bagi kehidupan petani perdesaan. Selain petani, para pelajar di perdesaan juga dapat merasakan manfaat dari infrastruktur telekomunikasi yang telah dibangun tersebut (CIDA dalam Mulyandari, dkk 2010).
5) Thailand
Thailand Canada Tele-centre Project (TCTP) bekerja sama dengan pemerintahan Thailand, sektor swasta, dan World Bank telah
commit to user
mempromosikan akses layanan TIK di desa-desa dengan menempatkan beberapa telepon dan komputer untuk akses ke internet di lokasi yang mudah diakses oleh masyarakat yang disebut telecenter. TCTP bertujuan
untuk membantu end-users memperoleh informasi yang penting bagi
kemajuan usahataninya dan mengurangi biaya transaksi pada saat menjualnya. TCTP menyediakan dana untuk modal awal seperti instalasi layanan telepon, komputer, printer, modem, dan mesin fax serta biaya untuk operasional telecenter selama satu tahun. Setelah satu tahun, telecenter ini sudah mandiri karena didukung oleh masyarakat, kepala desa, maupun tokoh masyarakat (CIDA dalam Mulyandari dkk, 2010).
c. Cyber Extension di Indonesia