• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grand Design Program Cyber Extension

Dalam dokumen Purnomojati Anggoroseto. S621008003. (Halaman 46-52)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2) Grand Design Program Cyber Extension

Secara umum ruang lingkup program cyber extension adalah: (1)

pembangunan dan pengembangan piranti lunak sistem informasi di tingkat pusat; (2) penyediaan koneksi jaringan (internet) berlangganan; (4) penyediaan materi penyuluhan; (5) pengadaan peralatan server, komputer control, komputer kios/unit, ruang server di tingkat pusat; (6) pengadaan komputer untuk Balai Penyuluhan Pertanian (BP3K), Badan Pelaksanan Penyuluhan, dan Badan Koordinasi Penyuluhan; (7) pelatihan dan apresiasi bagi adminstrator di tingkat pusat, provinsi dan tingkat kabupaten (Badan PPSDMP, 2010).

Road map pembangunan sistem dan jaringan informasi cyber

extension dimulai dengan tahap pembangunan (persiapan) pada tahun

2009. Pada tahap ini meliputi kegiatan membangun desain system

software informasi penyuluhan pertanian, pembangunan sistem intranet di pusat, dan apresiasi bagi administrator level pusat.

Kebutuhanan hardware, software dan pembangunan jaringan on-

line struktur organisasi adalah bagian dari tahap pengembangan

(pelaksanaan) yang dilakukan di tahun 2010. Pengadaan komputer 1.000 unit untuk daerah-daerah dan apresiasi adminstrator level provinsi dan

kabupaten juga dilakukan pada tahap ini. Cyber extension sudah mulai

terisi pada tahap ini. Penetapan hosting server, pengembangan materi

oleh masing-masing administrator, pengembangan software dan

hardware dilakukan di tahap pemantapan tahun 2011. Apresiasi

commit to user

dan diharapkan cyber extension sudah dapat diakses oleh semua

penyuluh.

Pengembangan cyber extension dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan penyuluhan di lapangan. Kemampuan administrator level provinsi dan level kabupaten ditambah apresiasi multimedia bagi adminstrator tersebut. Tahap ini dilakukan pada tahun 2012. Saran-saran dari penyuluh lapangan diperlukan guna pengembangan lanjutan. Selain apresiasi bagi adminstrator level provinsi dan level kabupaten, maka apresiasi di tingkat petani juga dilakukan.

Tahap pemantapan (pengembangan lanjutan dan kebebasan informasi dilakukan di tahun 2013) dan diharapkan sudah dapat berjalan dan mengakomodir sesuai kebutuhan penyuluh dan petani. Diharapkan semua lapisan masyarakat dapat mengenal, mengakses dan menggunakan

cyber extension.

Tugas dan tanggung jawab pada masing-masing level adminstrator, sebagai berikut:

a) Pusat yaitu: (1) standarisasi dan pengembangan konsep, definisi, dan

pengertian seluruh aspek cyber extension, sehingga konsep dan

definisi tersebut sesuai dengan perkembangan yang ada; (2)

penyelenggaraan cyber extension untuk materi penyuluhan strategis

nasional, serta data informasi penyuluhan sumberdaya strategis nasional; (3) penyebarluasan/diseminasi konsep dan metodologi baku;

commit to user

b) Provinsi yaitu: (1) manajemen penyelenggaraan cyber extension

komoditas strategis yang didekonsentrasikan dari pusat dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan antar wilayah (kabupaten/kota);

(2) pemantauan penyelenggaraan cyber extension di kabupaten; (3)

koordinasi penyelenggaraan cyber extension kabupaten untuk

komoditas yang spesifik wilayah provinsi (antar kabupaten).

c) Kabupaten/kota yaitu: (1) operasional pengumpulan data di kabupaten

dalam rangka penyelenggaraan cyber extension yang menjadi

tanggung jawab pemerintah pusat dan provinsi; (2) manajemen cyber

extension spesifik kabupaten/kota; (3) diseminasi data/informasi kepada pemakai langsung (khususnya penyuluh); (4) penyediaan tenaga (penyuluh) pengumpul data.

Sedangkan di tingkat kecamatan Balai Penyuluhan sebagai layanan

terpadu informasi melalui cyber extension (institusi pengumpulan data

dan informasi yang spesifik lokasi). Sistem jaringan informasi cyber

commit to user

Gambar 2. Sistem Jaringan Informasi Cyber Extension

(sumber: Badan PPSDMP, 2010)

d.Cyber Extension sebagai Metode dan Teknik Penyuluhan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 52/ Permentan/ OT.140/ 12/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, yang dimaksud dengan metode penyuluhan pertanian merupakan: “cara/teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha, agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan – keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan (materi penyuluhan), menentukan pilihan cara, dan frekuensi penyampaian

commit to user

pesan, serta menentukan bentuk penyajian pesan (Badan PPSDMP, 2009). Dasar dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian dapat digolongkan menjadi lima, yaitu tahapan dan kemampuan adopsi, sasaran, sumberdaya, keadaan daerah, dan kebijakan pemerintah (Kementerian Pertanian, 2009).

Apabila ditinjau dari teknik komunikasi, maka sebagai suatu metode

penyuluhan maka cyber extension merupakan metode penyuluhan pertanian

tidak langsung (indirect communication) dilakukan melalui media

komunikasi (Badan PPSDMP, 2010). Leeuwis (2004) mendefinisikan media komunikasi sebagai alat untuk membantu menggabungkan saluran komunikasi yang berbeda dalam “transportasi” sinyal teks, visual, audio, sentuhan dan/atau ciuman. Media komunikasi digolongkan dalam tiga kelas utama yaitu media massa konvensional (koran, jurnal pertanian, leaflet, radio dan televisi), “media” interpersonal (telepon), dan media hibrid (teknologi

internet dan CD-ROM). Cyber extension termasuk dalam media hibrid

karena termasuk dalam teknologi internet.

Keuntungan cyber extension, juga seperti media hibrid teknologi

internet yang lain adalah: (1) audiens yang bisa dicapai di seluruh dunia (apabila ada akses); (2) audiens dapat merespon terhadap pesan-pesan

melalui e-mail; (3) berita dan aktualitas sering ada di internet sebelum

disiarkan oleh radio dan televisi; (4) internet dapat dirundingkan kapan saja bila cocok dengan penggunanya (waktu lebih fleksibel); (5) semua pesan yang diterima dapat disimpan dalam komputer atau tercetak, dan diakses lagi bila diperlukan. Kelemahannya antara lain (1) sulit membangun hubungan

commit to user

kepercayaan, karena adanya keterbatasan dalam kehadiran sosial; (2) tergantung kepada stasiun siaran dan pengurus editorialnya; (3) biaya pengembangan dan pemeliharaan dapat tinggi; (4) membutuhkan keterampilan komputer (Leeuwis, 2004).

Metode penyuluhan melalui media hibrid menuntut perubahan perilaku, misal dalam pencarian informasi dan fasilitasi akses tertulis termasuk buku pedoman dan leaflet pertanian tentang topik pertanian yaitu dengan

mengamati halaman rak dimana leaflet dipamerkan, sedangka n

menggunakan fasilitas internet, maka pencarian dan fasilitas akses sering memasukkan struktur menu dan memilih atau memasukkan kata-kata yang dicari untuk mengidentifikasi satu seleksi halaman elektronik atau situs yang cocok dengan kriteria khusus yang dicari. Pekerja komunikasi sendiri dalam membangun fasilitas pencarian dan akses yang berguna, maka yang perlu diperhatikan adalah mendapatkan wacana “kebutuhan-informasi” klien mereka (Leeuwis, 2004).

Kemampuan komputer sangat diperlukan khususnya untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan sangat diperlukan apabila terdapat kekurangan keterampilan komputer dari para pengguna, maka Leeuwis (2004) menjelaskan perlu adanya demonstrasi mode dan praktik berdasarkan pengalaman. Demonstrasi mode menunjukkan kepada orang tentang bagaimana melakukan sesuatu, dengan harapan bahwa mereka menirunya. Sedangkan praktik berdasarkan pengalaman adalah pandangan pembelajaran berdasarkan pengalaman untuk menciptakan situasi dimana orang dapat

commit to user

memperoleh pengalaman dari praktik yang baru, dengan kemungkinan mendapatkan umpan balik dari orang lain tentang kinerja mereka.

Dalam dokumen Purnomojati Anggoroseto. S621008003. (Halaman 46-52)

Dokumen terkait