• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Organizational Citizenship Behavior ditinjau dari Jenis Organisasi

LANDASAN TEORI

II. D. Organizational Citizenship Behavior ditinjau dari Jenis Organisasi

( Profit dan Nonprofit )

Organisasi menurut Schein (1985) adalah koordinasi sejumlah kegiatan yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi kerja, melalui serangkaian wewenang dan tanggungjawab (dalam Mangundjaya, 2002). Secara umum organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Strategi

Berbagai macam usaha yang dilakukan oleh organisasi dalam menjalankan usahanya.

2. Ukuran Organisasi

Besar/kecilnya suatu organisasi juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi, dan strategi suatu organisasi. Faktor-faktornya antara

lain kapasitas fisik, jumlah karyawan dan aset yang dimiliki oleh organisasi

3. Sistem

Berbagai aspek yang termasuk ke dalam sistem turut berpengaruh pada situasi dan kondisi organisasi. Hal tersebut antara lain : kompleksitas, formalitas, dan sentralitas.

4. Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan organisasi baik eksternal dan internal organisasi antara lain :

a. Lingkungan Sosial dan Budaya

Lingkungan sosial budaya sangat dipengaruhi oleh sosial budaya baik dalam arti organisasi tersebut terletak pada lingkungan sosial budaya tertentu, maupun organisasi yang dilihat dari mayoritas sumberdaya manusia yang berasal dari lingkungan sosial budaya tertentu.

b. Lingkungan Fisik (Iklim, Geografi)

Lingkungan fisik mempengaruhi sifat organisasi c. Jenis / tipe Organisasi

Jenis dan tipe organiasi, yang dilihat dari berbagai aspek antara lain sifat organisasi (Profit dan Nonprofit), jenis usaha (jasa, pabrik, kontraktor, perdagangan, dan sebagainya).

Iklim dan budaya organisasi turut berpengaruh pada situasi dan kondisi secara keseluruhan baik kedalam maupun keluar organisasi.

e. Masukan dan Keluaran Organisasi

Masukan dan keluaran organisasi mempengaruhi situasi, kondisi dan iklim organisasi secara keseluruhan. Misalnya organisasi yang memperoduksi barang akan berbeda dengan organisasi yang memberikan jasa.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui bagaimana kinerja didalam suatu organisasi, maka kita juga harus memperhatikan jenis dari organisasinya. Hal ini dikarenakan jenis organisasi tertentu memiliki karakteristik tersendiri dalam menjalanakan organisasinya.

Kita ketahui bahwa suatu organisasi membutuhkan SDM yang tepat untuk dapat mempertahankan organisasinya di dunia persaingan bisnis (Nawawi, 2001). Kenyataannya organisasi membutuhkan perilaku karyawan yang tidak hanya sekedar perilaku intra-role saja, melainkan juga perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. Hal ini berarti perilaku tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja karyawan sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak diberikan hukuman. (Elanain, 2007).

Terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan munculnya perilaku OCB di dalam organisasi, antara lain

Budaya, Iklim organisasi, Komitmen, Kepribadian (Elanain, 2007), Persepsi Keadilan (Koopmann, 2003), Persepsi Dukungan Organisasi dan Persepsi Terhadap Kualitas Interaksi Atasan dan Bawahan (Novliasi, 2007), Transformational Leadership (Modassir, 2008), dan Kompensasi atau Intesif.

Podsakoff, dkk (dalam Burton, 2003) mengidentifikasikan 4 elemen yang memiliki hubungan dengan OCB, dimana salah satu faktor dari OCB adalah karakteristik dari organisasi. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi profit dan nonprofit. Masing-masing organisasi tersebut memiliki karaktristik sendiri dalam menjalankan organisasinya. Organisasi profit adalah organisasi yang tujuan utamanya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Organisasi hanya melayani konsumen yang akan memberikan keuntungan bagi organisasinya, sedangkan organisasi nonprofit adalah organisasi atau badan yang tidak menjadikan keuntungan sebagai motif utamanya dalam melayani masyarakat, atau juga disebut sebagai korporasi yang tidak membagikan keuntungannya sedikitpun kepada para anggotanya, karyawan, serta ekskutifnya. (Wursanto, 2002).

Sektor profit dan sektor nonprofit memiliki beberapa perbedaan di aspek kebudayaan seperti tujuan, nilai, kompensasi, tugas atau kewajiban, dan gaya kepemimpinan (Brower and Sharder, 2000; Amstrong 1952; Rainey 1994, dalam Vigata et. al, 2004).

Gies et al (1990) mengungkapkan bahwa hal yang menjadi dasar organisasi nonprofit ialah memperjuangkan keadilan, ketentraman dalam masyarakat, kesejahteraan umum. Makna didalamnya adalah melakukan sesuatu

yang baik, melaksanakan etika, sesuatu yang berdampak menyenangkan, menyejahterakan sebagian kelompok atau seluruh masyarakat. Aktivitas serupa ini sangat berat tetapi mulia, biasa diprakarsai oleh satu atau beberapa orang yang menaruh perhatian bagi kehidupan orang lain (Salusu, 1996). Organisasi nonprofi terbentuk karena adanya tujuan bersama dari para anggotanya, organisasi ini motifnya adalah altruistik, moral, dan sosial. Hal ini merupakan karakteristik organisasi nonprofit yang anggotanya dibentuk untuk berperilaku altruism, sehingga mereka tidak berfokus mencari keuntungan untuk diri sendiri. Jadi, bukan suatu masalah yang besar jika mereka tidak diberikan imbalan.

Berbeda dengan organisasi nonprofit, organisasi profit harus memiliki perencanaan SDM yang baik untuk menemukan SDM yang berkualitas demi mempertahankan organisasinya dan mencari laba sebesar-besarnya dari kinerja para karyawan. Semua perencanaan didalam organisasi harus dilihat dari sisi untung rugi perusahaan (Nawawi, 2001). Perencanaan SDM di organisasi profit memiliki prosedur yang lebih rumit dibandingkan organisasi nonprofit. Untuk mendapatkan karyawan yang memiliki kinerja yang bagus, organisasi profit melakukan berbagai tekhnik seleksi karyawan (Nawawi, 2001). Karena organisasi ini misinya mencari keuntungan dan hasil dari keuntungan tersebut akan dibagikan kepada para karyawannya, hal ini membuat para karyawan akan bekerja sesuai dengan prosedur yang ada yang berdasarkan tugas dan kompensasi yang diberikan.

Permasalahan kompensasi juga perlu diperhatikan antara organisasi profit dan nonprofit. Organisasi profit sudah memiliki kebijakan untuk penetapan kompensasi bagi para karyawannya sedangkan untuk organisasi nonprofit

penetapan kompensasi bagi karyawan belum jelas. Kompensasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan organisasi. Kompensasi penting baik bagi karyawan maupun organisasi. Bagi karyawan kompensasi merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara wajar dan layak (Siagian, 1997), sedangkan bagi organisasi kompensasi memiliki berbagai macam tujuan dan pada gilirannya kinerja organisasi semakin meningkat. Tujuan organisasi melakukan pemberian kompensasi antara lain adalah untuk menarik orang-orang yang berkualitas agar bergabung ke dalam organisasi, untuk memotivasi anggota organisasi agar lebih produktif, dan untuk mempertahankan karyawan agar tetap bekerja di dalam organisasi. Organisasi nonprofit memiliki karakteristik yang anggotanya dituntut untuk memiliki jiwa altruistik, sehingga walaupun organisasi tidak memberikan kompensasi maka mereka tetap melakukan pekerjaan mereka dengan baik.

Perbedaan-perbedaan yang terdapat di kedua organisasi ini menyebabkan perbedaan dalam hal kinerja dan perilaku karyawan di dalam organisasi. Baik organisasi profit dan nonprofit, keduanya sama-sama membutuhkan karyawan yang tidak hanya berperilaku intra-role saja, tetapi juga perilaku extra-role atau OCB. Perbedaan antara kedua organisasi ini akan menyebabkan munculnya tingkat OCB yang berbeda pula. Hal ini lah yang menjadi dasar peneliti ingin melihat perbedaan OCB antara karyawan yang bekerja di organisasi profit dan nonprofit.

II.D. Hipotesa

Terdapat perbedaan tingkat Organizational Citizenship Behavior pada karyawan di organisasi profit dan organisasi nonprofit.

BAB III

Dokumen terkait