• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air hujan jatuh dan terkumpul kemudian mengalir dalam suatu sistem sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) juga didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh di dalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar

melalui suatu outlet pada sungai tersebut atau merupakan suatu hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk pengelolaan sumberdaya alam.

Chow (1964) menyebutkan DAS merupakan tempat terjadinya proses- proses yang berangkaian dan menjadi bagian dari siklus hidrologi. Proses tersebut dapat ditinjau mulai dari terjadinya hujan, yang merupakan produk langsung dari awan yang berbentuk air maupun salju. Hujan yang jatuh sebagian tertahan di tajuk tanaman dan atap bangunan, kemudian jatuh ke tanah (intersepsi), sebagian lainnya jatuh ke tanah. Saat air jatuh ke tanah maka tejadi proses infiltrasi yaitu perjalanan air melalui permukaan tanah dan menembus masuk kedalamnya.

Secara topografik, wilayah suatu DAS dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Dengan demikian, luas DAS yang terbentuk secara alami akan sangat bervariasi antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya, tergantung dari kondisi topografi wilayah tersebut. Wilayah dengan topografi berbukit dan bergunung-gunung pada umumnya memiliki DAS dengan luas yang lebih sempit dibandingkan dengan wilayah yang cenderung datar dan landai.

DAS dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%. Daerah ini bukan merupakan daerah banjir dan merupakan daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oleh pola drainase. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lebih kecil dari 8 %, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan. Daerah ini merupakan daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oleh bangunan irigasi. Sedangkan daerah tengah DAS merupakan daerah transisi antara daerah hulu dan daerah hilir (Asdak, 2002).

DAS berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) untuk suatu sistem sungai, dan merupakan suatu sistem ekologi (ekosistem) dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) serta

sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam. Batas alamiah (ekologis) suatu DAS biasanya tidak sesuai dengan batas administrasi (politis) yang ada. Ketidaksesuaian batas ini seringkali menjadi kendala dan tantangan tersendiri bagi tercapainya usaha pengelolaan DAS yang komprehensif.

DAS dapat memberikan respon hidrologis berupa erosi, sedimentasi, aliran permukaan dan pengangkutan nutrient yang berbeda-beda terhadap hujan yang jatuh diatasnya. Proses-proses hidrologi yang terjadi tergantung dari kondisi tanah, air dan tanaman yang bergabung membentuk parameter- parameter pendukung di dalam DAS. Parameter-parameter tersebut adalah penutupan tanaman, jenis pengelolaan lahan, kekasaran permukaan tanah, kemiringan lahan, panjang lereng, tekstur tanah, kadar air tanah, porositas tanah, kapasitas lapang, erodibilitas tanah, dan kondisi saluran.

2. Komponen Fisik DAS

Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah hujan yang jatuh didalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar- kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai.

DAS terinci atas komponen-komponen fisiknya, yang terdiri dari vegetasi, tanah, sungai, neraca air dan profil sungai. Komponen-komponen ini sangat khas disetiap tempat, dicerminkan oleh tata airnya, yang meliputi kuantitas, kualitas, dan dimensi waktu penyebarannya. Interaksi antara komponen-komponen inilah yang akan menentukan tata air di DAS tersebut.

a. Vegetasi

Vegetasi suatu DAS meliputi hutan, perkebunan, sawah, dan vegetasi di daerah pemukiman atau industri. Tiap tipe vegetasi mempunyai bentuk tajuk, sistem perakaran, dan penutup tanah yang berbeda. Perbedaan itu akan menentukan konsumsi air dan laju evapotranspirasi.

Pengaruh ini dapat dilihat pada perubahan kelembaban tanah pada zona perakaran, dimana drainase dapat diabaikan.

Dalam kegiatan pengawetan tanah dan air, pemilihan jenis vegetasi harus diperhatikan, karena vegetasi mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kecepatan limpasan air permukaan mencapai saluran, banyak ditentukan oleh permeabilitas tanah yang dalam hal ini erat hubungannya dengan peranan serasah vegetasi tersebut. Tanah yang permeabel dengan kapasitas infiltrasi tinggi akan mempunyai cadangan air tanah tinggi, sehingga akan mengurangi limpasan air permukaan. Pada siklus hidrologi, vegetasi mempunyai peranan dalam proses intersepsi, curahan tajuk, aliran batang, transpirasi dan fotosintesa.

b. Tanah

Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana diatasnya dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, pendirian bangunan dan lain-lain.

Menurut Hardjowigeno (2003), dalam bidang pertanian, tanah diartikan khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.

Air dalam tanah berasal dari air hujan yang tertahan oleh tanah. Disamping pencampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2003).

c. Sungai

Fungsi sungai adalah untuk mengumpulkan curah hujan yang jatuh dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Menurut Arsyad (1983), aliran air sungai dapat bersifat

tetap atau tersendat dan dapat pula menyebabkan erosi, walaupun pengaruhnya sangat terbatas. Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka waktu yang lama dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan permukaan air sungai itu dalam jangka waktu yang lama pula. Sedangkan debit sungai dapat diketahui berdasarkan ketinggian permukaan air sungai tersebut.

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), dalam soal pengendalian sungai, tinggi permukaan air sungai yang telah dikorelasikan dengan curah hujan dapat membantu penyelidikan data untuk pengelakan banjir, peramalan banjir, dan pengendalian banjir dengan waduk atau bendungan. Dalam usaha pemanfaatan air, permukaan air sungai dapat dipergunakan untuk mengetahui secara umum banyaknya air sungai yang tersedia dan penentuan kapasitas bendungan.

d. Neraca Air

Sosrodarsono dan Takeda (2003) mendefinisikan neraca air sebagai hubungan antara aliran kedalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu.

Air hujan yang jatuh di suatu permukaan bervegetasi, setelah dievapotranspirasikan, sisanya akan menjenuhkan tanah dan mengalir ke sungai sebagai limpasan. Bagi suatu DAS, hal ini merupakan indikasi produksi air, dan kelestariannya merupakan cermin daur hidrologi.

e. Profil Sungai

Debit merupakan suatu paramater utama pada daerah aliran sungai. Debit adalah volume air yang terjadi disuatu sungai pada periode waktu tertentu. Periode waktu tersebut biasanya dinyatakan sebagai suatu kejadian sesaat dimana aliran terjadi. Debit maksimum diartikan sebagai aliran terbesar yang terjadi pada periode tertentu sedangkan debit minimum diartikan sebagai aliran terkecil yang terjadi pada suatu aliran sungai dalam periode tertentu.

Berdasarkan kontinuitas alirannya maka sungai dapat dikelompokkan dalam tiga golongan (ward, 1967) yaitu :

a. Aliran yang bersifat sementara (ephemeral streams), yaitu aliran yang hanya berlangsung sementara dan bersumber dari limpasan permukaan yang cepat. Aliran tak tahan lama dan biasanya hanya terjadi selama hujan atau sesaat setelah turunnya hujan, karena permukaan air bawah tanahnya berada di bawah dasar sungai.

b. Aliran yang terputus-putus (intermittent streams), adalah jenis aliran yang terjadi hanya pada musim hujan, bersumber dari aliran permukaan pada musim kemarau tidak terlihat aliran, karena muka air bawah tanahnya berada di bawah dasar sungai.

c. Aliran abadi (perennial streams), yaitu aliran yang terjadi sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Aliran ini mempunyai ketinggian permukaan air bawah tanahnya berada dia atas permukaan dasar sungai.

Besarnya aliran atau debit adalah volume air yang mengalir melalui penampang sungai dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan l/detik atau m3/detik.

Dokumen terkait