BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai
2.2 Struktur Koridor Sungai ... 8
2.3 DAS Bentuk Memanjang... 10
2.4 DAS Bentuk Radial ... 10
2.5 DAS Bentuk Parallel ... 11
2.6 DAS Bentuk Komplek ... 11
2.7 Daerah Penguasaan Sungai ... 14
2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk berbagai Periode Ulang (JICA,1992) .... 16 2.9 Aljabar ... 19 2.10 Polygon Thiessen ... 20 2.11 Metode Isohyet ... 21
2.12 Kurva Hidrograf Sintetis Nakayasu ... 34
2.13 Tampilan HEC-RAS Versi 4.0 ... 40
2.14 Integrasi Model dengan SIG ... 44
3.1 Lokasi Penelitian ... 51
3.1 Bagan Alir Penelitian ... 53
4.1 Polygon thiessen DAS Deli ... 60 4.2 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 64
4.3 Metode Gumbel DAS Deli ... 67
4.4 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Deli... 68
4.5 Grafik Metode Distribusi Normal ... 69
4.6 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Deli ... 70
4.7 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli... 71
4.8 Batas-Batas Daerah Sempadan Sungai... 72
4.9 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli ... 75
4.10 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli menurut
Periode Ulang... 79
4.11 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun... 81
4.12 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun ... 81
4.13 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun ... 82
4.14 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun ... 82
4.15 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun ... 83
4.16 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun ... 83
4.17 Perspektif Kondisi Sungai Deli pada saat Normal dan Banjir ... 85
4.18 Polygon thiessen DAS Babura ... 87 4.19 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 91
4.20 Grafik Metode Gumbel DAS Babura ... 93
4.21 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Babura ... 94
4.22 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Babura ... 95
4.23 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Babura ... 96
4.25 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura ... 101
4.26 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura menurut
Periode Ulang... 105
4.27 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun ... 106
4.28 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun ... 107
4.29 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ... 107
4.30 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ... 108
4.31 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ... 108
4.32 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ... 109
4.33 Perspektif Kondisi Sungai Babura pada saat Normal dan Banjir ... 109
4.34 Polygon thiessen DAS Belawan ... 111 4.35 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 114
4.36 Grafik Metode Gumbel DAS Belawan ... 117
4.37 Grafik Metode Normal DAS Belawan ... 118
4.38 Grafik Metode Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan ... 119
4.39 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Belawan ... 120
4.40 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan .... 121
4.41 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan ... 126
4.42 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan Menurut Periode Kala Ulang ... 130
4.43 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun ... 131
4.44 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun ... 132
4.45 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun ... 132
4.47 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun ... 133
DAFTAR NOTASI
�T = Intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun.
inetto = Hujan efektif (mm).
K = Variabel standar untuk R yang besarnya tergantung dari nilai G.
KT = Faktor frekuensi.
L = Jarak penampang/ panjang saluran (m).
n = Angka kekasaran Manning untuk kondisi tanah.
P = Keliling basah (m).
Q = Debit sungai (m3/s).
Qi = Total debit banjir pada jam ke i akibat limpasan hujan efektif (m3/det).
Qn = Debit pada saat jam ke n (m3/det).
Qp = Debit puncak (m3/det).
q = Besar aliran larutan garam (l/detik).
R = Curah hujan rata-rata wilayah atau daerah.
Re1 = Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam).
r = Jari jari hidraulis (m).
S = Standar deviasi data hujan.
Sf = Kemiringan garis energi.
Sn = Reduced standar deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data.
So = Kemiringan dasar saluran.
T = Waktu (s).
tdur = Waktu durasi (jam).
tp = Waktu puncak (jam).
t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam).
UH1 = Ordinat hidrograf satuan.
V = Volume (m3)
v = Kecepatan aliran (m/s).
X = Nilai rata-rata hitung sampel.
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan akan terjadi dengan periode ulang.
Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n. YTr = Reduced variate.
1,5 t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,32 kali debit puncak (jam). �� = Kekentalan dinamik.
� = Kedalaman tangkai/ dalamnya air (m). n = Standar deviasi dari populasi x.
a = Sudut kemiringan permukaan air.
Δx = Bagian saluran sepanjang Δx. x = Harga rata rata dari populasi x. α = Koefisien, nilainya antara 1,5 – 3,0. � = Koefisien
ABSTRAK
Hilir daerah aliran sungai (DAS) Sungai Belawan dan Deli mencakup jantung Kota Medan, sehingga kedua DAS ini memiliki pengaruh yang penting terhadap kondisi lahan dan lingkungan di Kota Medan. Debit banjir mereka yang meningkat membuat dataran banjir semakin meluas yang mengakibatkan resiko banjir seperti kerugian dan kerusakan akibat genangan semakin tinggi.
Penelitian ini bermaksud menganalisa potensi resiko banjir di DAS Belawan dan DAS Deli secara kuantitatif dan sistematis dengan sistem informasi geografis (SIG). Dalam menganalisanya, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu 1)menganalisa potensi banjir dengan menggunakan software HEC-RAS, 2)memprediksi daerah genangan banjir dari hasil analisa di atas dengan SIG dan melakukan analisa spasial dan 3) mengestimasi resiko banjir yang terjadi.
Data peta yang diperlukan untuk menyusun lapisan informasi yang relevan dalam menganalisa potensi banjir adalah peta curah hujan, peta topografi, peta infrastuktur kota Medan, dan peta tata guna lahan. Lapisan-lapisan peta ini diperlukan untuk menghitung debit banjir dengan kala ulang 25, 50, dan 100 tahun. Selanjutnya pengukuran memanjang dan melintang sungai perlu dilaksanakan agar analisa profil muka air sungai dapat dibuat dengan bantuan software HEC-RAS. Hasil analisa HEC-RAS ditumpangtindihkan (overlay) dengan peta infrastruktur Kota Medan, maka dengan menggunakan sistem informasi geografis resiko banjir dapat diestimasi.
Hasil penelitian menunjukan untuk Sungai Deli memiliki potensi banjir akibat debit banjir tahunan periode ulang 25,50, dan 100 tahun yang menimbulkan tinggi banjir mencapai 5 meter dan luas genangan mencapai 11.74 km,2 sehingga mengakibatkan 30 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang terkena dampak banjir mencapai 219658 orang dengan biaya sebesar Rp 846,750,183,208,-. Untuk Sungai Babura menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter dan luas genangan mencapai 3.20 km2, sehingga mengakibatkan 14 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang terkena dampak banjir mencapai 60711 orang dengan biaya sebesar Rp 270,150,698,007,-. Sedangkan untuk Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter dan luas genangan mencapai 0.30 km,2 sehingga mengakibatkan 3 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang terkena dampak banjir mencapai 12625 orang dengan biaya sebesar Rp 41,940,528,190,-. Kemudian infrasruktur yang terkena dampak banjir akibat luapan Sungai Deli dan Babura mengakibatkan sebanyak 13 ruas jalan arteri sekunder, 6 unit infrastruktur transportasi, 5 unit fasilitas utama dan 401 unit fasilitas umum. Sedangkan Sungai Belawan mengakibatkan infrastruktur yang terkena dampak banjir sebanyak 1 ruas jalan arteri sekunder, 2 infrastruktur transportasi dan 6 unit fasilitas umum.
ABSTRACT
Downstream watershed of Belawan River and Deli River includes the heart of the city of Medan that both watersheds have the most important influence on the land and environmental conditions of the city of Medan.The increased flood discharge of these two rivers makes the floodplains increasingly widespread resulting in the blood risk in the forms of loss and damage due to the increasinglywater inundation.
The purpose of this study was to quantitatively and systematically analyze the flood risk potential along the watersheds of Belawan and Deli Rivers through a geographic information system (GIS). In analyzing it, the purpose of this study was 1) to analyze flood potential through HEC-RAS software, 2) to predict flood inundation area based on the result of analysis above through GIS and spatial analysis, and 3) to estimate the risk of the flood occured.
The data map needed to compile relevant information layers in analyzing flood potential were the map of rainfall, the map of topography, the map of infrastructure of Medan, and the map of land use. The layers of these maps were needed to calculate the flood debit repeated in 25, 50, and 100 years. Further, longitudinal and transverse measurements need to be implemented that the analysis of the profile of the river water level can be madethrough HEC-RAS software. The result of HEC-RAS analysis was overlaid with the map of the infrastructure of the city of Medan then through geographic information system (GIS) the flood risk could be estimated.
The result of this study showed that Deli River has flood potential due to the annual flood debit repeated in 25, 50, and 100 years causing the flood of 5 meters high and the widespread of inundation reached up to 11.74 km2 wide that created 30 flood inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced by the population impacted by the flood reached 219,658 people with the cost of Rp. 846,750,183,208.- Babura River caused the flood of 4 meters high and the widespread of inundation reached up to 3.20 km2 wide that created 14 flood inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced by the population impacted by the flood reached 60,711 people with the cost of Rp. 270,150,698,007.- While Belawan River caused the flood of 4 meters high and the widespread of inundation reached up to 0.30 km2 wide that created 3 flood inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced by the population impacted by the flood reached 12,625 people with the cost of Rp. 41,940,528,190.- The infrastructure impacted by the flood due to the overflow of Deli and Babura Rivers were 13 secondary arterial roads, 6 transportation infrastructure units, 5 units of major facilities and 401 units of public facilities, while Belawan River impacted 1 secondary arterial roads, 2 transportation infrastructure units, and 6 units of public facilities.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah hilir Wilayah Sungai Belawan-Ular-Padang (WS BUP) berada di
kawasan pantai timur Provinsi Sumatera Utara. Wilayah sungai ini mencakup enam
Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas seluruhnya 6.215,66 km2 (Departemen PU
Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 2008). Dari keenam wilayah sungai tersebut DAS
Belawan dan DAS Deli merupakan DAS yang luasannya mencakup Kota Medan. Hulu
dari kedua DAS tersebut berada di Kabupaten Deli Serdang yaitu di Kecamatan
Sibolangit dan Kecamatan Kutalimbaru yang kemudian mengalir melintasi jantung
Kota Medan hingga bermuara di perairan Pelabuhan Belawan.
Kedua DAS tersebut memiliki sungai utama dan anak-anak sungainya yang
berperan penting dalam kehidupan masyarakat di Kota Medan. Dari kedua DAS
tersebut terdapat tiga sungai yang sangat krusial yaitu Sungai Deli, Sungai Babura dan
Sungai Belawan. Ketiga sungai tersebut menjadi saluran utama yang mendukung sistem
saluran drainase di Kota Medan. Pada musim hujan, curah hujan dengan intensitas yang
sangat tinggi dapat meningkatkan laju aliran limpasan dengan cepat. Hal ini
dikarenakan semakin berkurangnya lahan terbuka hijau yang berfungsi untuk menyerap
air dan mereduksi debit aliran yang masuk ke sistem drainase dan sungai. Dengan
meningkatnya debit aliran ini potensi banjir meningkat dan daerah genangan di
pemukiman di Kota Medan meluas. Di dalam studi yang disponsori oleh JICA (1992), luas daerah genangan yang terjadi saat banjir tahunan di Kota Medan mencapai + 9000
Ha. Daerah genangan banjir ini meliputi daerah pemukiman, industri dan areal
transportasi. Laporan JICA tersebut menyebutkan bahwa banjir disebabkan oleh mengecilnya penampang sungai dan anak sungai. Salah satu upaya pemerintah
mengurangi potensi banjir di Kota Medan adalah dengan membuat kanal banjir yang
bertujuan memotong puncak banjir Sungai Deli sebelum masuk ke jantung Kota Medan
untuk dialirkan ke Sungai Percut (Departemen Kimpraswil, 2002). Namun banjir
tahunan masih terus terjadi yang menunjukan bahwa keberadaan kanal banjir tersebut
tidak efektif mengurangi daerah genangan banjir di Kota Medan.
Salah satu upaya penanggulangan meluasnya potensi resiko banjir adalah
dengan memahami karakteristik daerah dataran banjir (flood plain) sungainya. Luas dataran banjir ini dapat dievaluasi berdasarkan karakteristik penampang memanjang
dan melintang sungainya. Selanjutnya luas dataran banjir ini dapat ditumpangtindihkan
(overlay) dengan peta infrastruktur kota melalui sistem informasi geografis untuk perhitungan potensi kerugian yang diakibatkan oleh banjir.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana potensi banjir terjadi sekitar wilayah Kota Medan baik itu tinggi
banjir dan dataran banjir yang dilalui sungai Belawan, Deli, Sungai Babura.
2. Bagaimanakah daerah genangan banjir yang terjadi akibat potensi banjir di
sekitar wilayah Kota Medan yang dilalui oleh Sungai Belawan, Sungai Deli,
dan Sungai Babura.
3. Bagaimanakah mengestimasi kerugian yang diakibatkan banjir.
Untuk dapat menganalisa potensi banjir dan mengestimasi kerugiannya di DAS
Belawan dan DAS Deli yang mencakup wilayah Kota Medan, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui debit banjir kala ulang 25, 50 dan 100 tahun di DAS Belawan dan
DAS Deli.
2. Melakukan analisa potensi genangan banjir dengan menggunakan software HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center River Analysis System).
3. Mengevaluasi daerah genangan banjir menggunakan SIG (Sistem Informasi
Geografis) dengan melakukan analisa spasial.
4. Mengestimasi kerugian akibat banjir dengan menghitung kerugian yang
terjadi sesuai dengan periode ulang banjir.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari studi ini adalah:
1. Memberi gambaran informasi akademis mengenai potensi banjir terjadi.
2. Menjadi dasar pertimbangan bagi pemerintah maupun swasta dalam
mengambil suatu keputusan untuk merencanakan langkah mitigasi banjir di
Kota Medan.
3. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah maupun swasta dalam upaya
perlindungan DAS Deli dan DAS Belawan.
4. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan untuk
pengendalian banjir di Kota Medan.
1.5 Ruang lingkup dan Pembatasan Masalah 1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dijabarkan pada Gambar 1.1. Dari gambar tersebut
dapat dilihat bahwa input data utama untuk proses perhitungan dengan HEC-RAS
adalah data profil sungai, data hujan dan data karakteristik DAS. Output yang
dikeluarkan HEC-RAS berupa peta dataran banjir ditumpangtindihkan dengan peta tematik (Infrastruktur Kota Medan) dalam satu sistem informasi geografis. Selanjutnya
analisis spasial dapat dilakukan guna menghitung kerugian akibat banjirnya.
Gambar 1.1 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.2 Pembatasan Masalah
Oleh karena keterbatasan waktu dan luasnya areal DAS yang mencakup Kota
Medan, maka penelitian ini hanya membahas masalah luapan banjir di sungai utama
dan anak-anak sungai yang berada di DAS Deli dan DAS Belawan, yaitu sungai Deli Proses digitasi peta dasar dan peta-peta tematik
pendukung yang relevan
Analisa potensi banjir dengan software HEC-RAS
Kesimpulan Data profil sungai
Prediksi daerah genangan banjir dengan SIG dan melakukan analisa spasial
Data karakteristik DAS Data hujan
dan sungai Babura di DAS Deli dan Sungai Belawan di DAS Belawan. Penelitian ini
tidak membahas lama genangan yang terjadi akibat banjir.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, memberikan gambaran umum dan latar belakang tentang keadaan DAS Belawan dan DAS Deli, tujuan, manfaat dan
rumusan masalah yang akan dibahas.
BAB II Tinjauan Pustaka, menjelaskan konsep Daerah Aliran Sungai (DAS) dan dasar-dasar teori dan analisa yang digunakan.
BAB III Metodologi Penelitian, menjelaskan tentang keadaan di lapangan (lokasi studi), metode yang digunakan dalam analisa dan
langkah-langkah dalam analisa penelitian.
BAB IV Analisa dan Pembahasan, menganalisa hasil pemodelan banjir di DAS Belawan dan DAS Deli dengan menggunakan software HEC-RAS
versi 4.0, juga memuat penggambaran hidrograf banjir dengan
meggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Kemudian
menyajikan hasil prediksi tersebut kedalam Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan mengestimasi resiko kerugian banjir.
BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi poin-poin kesimpulan yang dapat dirangkum dari simulasi dan analisa yang dilakukan dalam penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.1.1 Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam istilah asing disebut catchment area,
drainage area, drainage basin, river basin, atau watershed (Notohadiprawiro, 1981; Cech, 2005). Pengertian yang berkembang di Indonesia, terdapat tiga terminologi sesuai
dengan luas dan cakupannya yaitu: Catchment, Watershed dan Basin. Tidak ada batasan baku, tetapi selama ini dipahami bahwa catchment lebih kecil dari watershed, dan basin adalah DAS besar (Priyono dan Savitri, 2001). Definisi lain menyatakan Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu
sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di
sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran
Sungai (DAS) (Asdak, 1995).
DAS biasanya dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir.
Fungsi suatu DAS merupakan suatu respon gabungan yang dilakukan oleh seluruh
faktor alamiah dan buatan manusia dan yang ada pada DAS tersebut. Sebuah DAS yang
besar dapat dibagi menjadi Sub DAS-Sub DAS yang lebih kecil ditampilkan pada
Gambar 2.1. Unit spasial yang lebih kecil dapat dibentuk pada SubDAS untuk
melakukan analisa spasial yang lebih akurat berdasarkan jenis tanah dan penggunaan
Faktor utama kerusakan DAS ditandai dengan menurunnya kemampuan
menyimpannya yang menyebabkan tingginya laju erosi dan debit banjir
sungai-sungainya. Faktor utama penyebab adalah 1)hilang/rusaknya penutupan vegetasi
permanen/hutan, 2)penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan
3)penerapan teknologi pengelolaan lahan/pengelolaan DAS yang tidak tepat
(Sinukaban, 2007).
Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.1.2 Pengertian Sungai
Dalam siklus hidrologi, aliran sungai digolongkan sebagai aliran permukaan.
Air sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal
dari es yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim).
Oleh karena itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Bagi kita di
Indonesia yang berada di daerah tropis, debit air sungai akan tinggi bila musim hujan
dan rendah di musim kemarau. Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran
sungai meningkat ketika musim dingin berakhir karena salju mencair. Menurut Sandy
(1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu juga mengikis bumi
sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil
Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ke
tempat-tempat yang lebih rendah. Setelah mengalami bermacam macam perlawanan akibat
gaya berat, air hujan akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang
di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur
sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai.
Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, di mana air akan
mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut daerah aliran sungai (DAS). Dalam
istilah bahasa inggris disebut Catchment Area, Watershed, atau River Basin.
Menurut Waryono (2001) bahwa struktur sungai pada hakekatnya merupakan
bentuk luar penampang badan sungai yang memiliki karakteristik berbeda pada bagian
hulu, tengah, dan hilir. Lebih jauh dikemukakan bahwa bagian dari struktur sungai
meliputi badan sungai, tanggul sungai dan bantaran sungai. Forman (1986)
menggambarkan struktur koridor sungai secara rinci ditampilkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Koridor Sungai
Keterangan:
A: Penyangga tepian sungai. D: Batas tinggi air semu.
B: Dataran banjir. E: Dasar sungai.
Fungsi pokok sungai adalah untuk mengalirkan kelebihan air dari permukaan
tanah, sedangkan fungsi lainnya adalah dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia,
seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk meninggikan tanah
yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan perundangan yang ada,
fungsi sungai adalah:
a. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam
yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan manusia.
b. Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan
pemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
2.1.3 Bentuk bentuk Daerah Aliran Sungai
Bentuk bentuk DAS dapat dibagi dalam empat, antara lain: a. Bentuk memanjang/ bulu burung.
b. Bentuk radial.
c. Bentuk parallel.
d. Bentuk komplek.
a. Bentuk memanjang/ bulu burung
Bentuk DAS ini biasanya akan memanjang dengan anak-anak sungainya
langsung mengalir ke induk sungai yang berbentuk seperti bulu burung.
Bentuk ini akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena
perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda beda dan banjir berlangsung
Gambar 2.3 DAS bentuk memanjang
b. Bentuk radial
Bentuk DAS ini seolah olah memusat pada satu titik sehingga
menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran tersebut
memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut
maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak
sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Sebagai contoh DAS
Bengawan Solo ditampilkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 DAS bentuk radial
c. Bentuk paralel
DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu dibagian hilir. Dan
pertemuan. Sebagai contoh adalah banjir di Batang Hari di bawah