• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAERAH-DAERAH PIKIRAN

Dalam dokumen ALAM SADAR DAN ALAM TAK SADAR (Halaman 48-55)

Tiga agen atau struktur kepribadian penting yang dikemukakan oleh Sygmund Freud adalah id-ego-superego, memasukan fungsi mental yang sebelumnya diberikan kepada ketidaksadaran dan keprasadaran.

Struktur atau bagian kepribadian yang sangat primitif dari jiwa adalah id (das Es), bagian kedua yaitu ego (das Ich) dan bagian ketiga superego (das Uberich). Mereka berinteraksi dengan tiga kehidupan mental sehingga ego melintasi semua tingkat topografis dan memiliki komponen sadar, prasadar dan tak sadar, sedangkan superego yakni prasadar dan tak sadar

ID

Istilah id diambil Freud dari Georg Groddeck (1922). Id adalah bagian tertua dari kepribadian dan pada mulanya segalanya adalah id. Karena id merupakan bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, maka id mengandung semua dorongan bawaan yang tidak dipelajari yang dalam psikoanalisis disebut insting-insting, sehingga Freud member sebutan kepada id sebagai “kawah yang penuh dengan dorongan yang mendidih” yang berisi energi proses-proses organic dari insting-insting dan berjuang menuju ke suatu tujuan: kepuasan segera hasrat-hasratnya. Id dianggap sebagai sumber utama energi fisiolohgis yang terungkap pada dorongan-dorongan hidup dan dorongan-dorongan mati.

Id terus menerus menuntut saluran-saluran agresif yang mencari kenikmatan dan mungkin bisa disebut sebagai “binatang dalam manusia”. Id beroprasi seluruhnya pada tingkat kesadaran dan tidak diatur oleh pertimbangan waktu, tempat dan logika.

Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir termasuk insting-insting, juga merupakan tempat penyimpanan energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem lain. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana ia mendapatkan energi, sehingga disebut juga sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya” karena id mempresentasikan dunia batin dari pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif.

Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan, maka apabila tingkat ketegangan organism meningkat baik sebagai akibat stimulus dari luar maupun stimulus-stimulus yang timbul dari dalam, sehingga id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organism kepada tingkat energi yang rendah serta menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan ciri kerja id ini disebut prinsip kenikmatan atau pleasure principle.

Id memiliki dua proses dalam tugas menghindari rasa akit dan mendapat kenikmatan:

1. Tindakan-tindakan reflex

Reaksi-reaksi otomatis dan bawaan, seperti bersin dan berkedip Tindakan-tindakan reflex ini biasanya segera mereduksi tegangan

Organism dilengkapi dengan sejumlah refleks untuk menghadapi bentuk-bentuk rangsangan yang relative sederhana.

2. Proses primer

Menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit

Berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut

Misalnya menyediakan khayalan tentang makanan bagi orang yang lapar, pengalaman halusinatoris dimana objek-objek yang diinginkan hadir dalam bentuk gambaran ingatan, disebut pemenuhan hasrat.

Contoh proses primer yang baik untuk orang normal adalah mimpi dimalam hari sering mengungkapkan pemenuhan atau usaha pemenuhan suatu hasrat.

Halusinasi dan penglihatan pasien-pasien psikotik termasuk contoh primer, pikiran-pikiran autistic atau angan-angan. Gambaran-gambaran mental yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyataan yang dikenal id.

Jelas, proses primer tidak mampu mereduksikan tegangan, orang yang lapar tidak bisa memakan khayalan `tentang makan, karena itu suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan apabila hal ini terjadi maka struktur sistem kedua dari kepribadian, yaitu ego mulai terbentuk.

Ego = “aku” atau “diri”, yang tumbuh dari id pada masa bayi dan menjadi sumber dari individu untuk berkomunikasi dengan dunia luar, seseorang dapat membedakan dirinya dari ligkungan sekitarnya dan terbentuklah inti yang mengintegrasikan kepribadian, dan ego itu timbul karena kebutuhan-kebutuhan organism memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan kenyataan objektif. Orang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan, orang harus belajar membedakan antara gambaran ingatan tentang makanan dan persepsi actual terhadap makanan seperti yang ada di dunia luar.

Perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Ego mengikuti prinsip kenyataan atau reality principle dan operasi menurut proses skunder, dengan tujuan mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan.

Proses skunder adalah berpikir realistik, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu tindakan untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Orang lapar berpikir dimana ia dapat menemukan makanan dan kemudian pergi ke tempat itu, ini salah satu contoh pengujian terhadap kenyataan atau reality testing, dan untuk melakukan peranya secara efisien, maka ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual. Sebagai bagian jiwa yang berhubungan dengan dunia luar, ego menjadi bagian kepribadian yang mengambil keputusan atau eksekutif kepribadian karena egolah yang mengontrol pintu-pintu kea rah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Namun karena ego adalah sadar, sebagian prasadar dan sebagian lagi tak sadar maka ego dapat mengambil keputusan pada tiap-tiap tingkat ini.

“seorang perempuan mungkin bertingkah laku sangat rapih dan tertib karena mengingat bahwa tingkah laku ini sebelumnya telah dihadiahi atau mendapatkan reinforcement, meskipun demikian ia tidak memahami alasan-alasan atas pilihanya itu.”

Dalam melaksanakan fungsinya Ego harus mempertimbangakan tuntutan-tuntutan dari id dan superego yang bertentangan dan tidak realistic, dan juga harus melayani penguasa ketiga, yaitu dunia luar.

Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi-fungsi ego meliputi:

1. Memberikan kepuasan kepada kebutuhan-kebutuhan akan makanan dan melindungi organism.

2. Menyesuaikan usaha-usaha dari id dengan tuntutan dan kenyataan: lingkungan dan sekitarnya.

3. Menekan impiuls-impuls yang tidak yang tidak dapat diterima superego.

4. Mengkoordinasikan dan menyelesaikan tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari id dan superego.

5. Mempertahankan kehidupann individu serta berusaha supaya spesies dikembangbiakan.

Superego

Bagian moral atau etis dari kepribadian, yang mulai berkembang pada saat ego menginternalisasikan norma-norma sosial dan moral. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat, sebagaimana diterangkan orang tua kepada anak dan dilaksanakan dengan cara memberikan hadiah atau hukuman.

Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip kenyataan dari ego. Superego mencerminkan yang ideal bukan yang real, memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan, dan perhatianya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah sehingga dapat bertindak sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.

Superego tumbuh dari ego, dan seperti ego tidak memiliki energi dari dirinya sendiri , tetapi perbedaanya dengan ego, yakni superego tidak berhubungan dengan dunia luar namun tuntutanya adalah untuk kesempurnaan tidak realistik.

Superego memiliki dua subsistem: 1. Suara Hati atau Conscience

Hasil dari pengalaman melalui hukuman yang diberikan orang tua atas tingkah laku yang tidak tepat dan mengatakan kepada anak apa yang tidak boleh dilakukanya.

Apapun juga yang mereka katakana salah dan menghukum anak karena melakukanya akan cenderung menjadi suara hatinya.

Suara hati primitif timbul ketika seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma moral orang tua karena takut kehilangan cinta tau persetujuan orang tua. 2. Ego ideal

Berkembang dari pengalaman dengan hadiah-hadiah untuk tingkah laku yang tepat an mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukanya.

Apapun juga yang mereka setujui dan menghadiahi anak karena melakukanya akan cenderung menjadi ego ideal anak.

Mekanisme yang menyebabkan penyatuan ini dinamakan introyeksi.

Superego yang berkembang dengan baik akan mengontrol dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Superego mengamati ego dengan cermat, menilai tindakan dan tujuanya.

1. Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif karena impuls-impuls ini sangat dikutuk oleh masyarakat

2. Mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik

3. Mengejar kesempurnaan, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego dan membuat dunia menurut gambaranya sendiri, akan tetapi sama seperti id, superego tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan control atas insting-insting.

Orang dengan id yang kuat tapi ego yang lemah memiliki superego yang begitu lemah sehingga tidak mampu mengimbangi tuntutan-tuntutan yang tidak putus-putusnya dari id.

Orang dengan perasaan bersalah atau perasaan rendah diri yang kuat dan ego yang lemah akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat mengambil keputusan terhadap tuntutan-tuntutan yang kuat, tetapi bertentangan dari superego dan id.

Orang dengan ego yang telah menginkorporasikan banyak tuntutan id dan hampir semua tuntutan superego adalah orang yang sehat secara psikologis, yakni orang yang dapat mengontrol dengan baik prinsip kenikmatan dan prinsip moralistik.

Pembentukan sikap

Sikap – Ada bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli

psikologi tentang pengertian sikap. Dunia Psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih yang dinamakan sikap? Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas (dalam Ahmadi, 1999), yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.

DefinisiSikap

Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Faktor-faktoryangMempengaruhiPembentukanSikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang

dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.

3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan

tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

Dalam dokumen ALAM SADAR DAN ALAM TAK SADAR (Halaman 48-55)

Dokumen terkait