• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3. Daerah Jelajah dan Jelajah Harian

Daerah jelajah dan jelajah harian ditentukan melalui pemetaan daerah jelajah, habituasi kelompok, dan pengukuran luas daerah jelajah dan panjang jelajah harian. Pemetaan daerah jelajah dilakukan dengan pembuatan jalur-jalur dengan arah 220o atau tegak lurus dengan jalan dari Kelurahan Batuputih menuju Pos II sampai Pantai Batu sepanjang 2.400 m. Jarak jalur satu dengan jalur berikutnya adalah 100 m. Setiap jalur dibuat sepanjang 1.300 m dan setiap selang 25 m pada jalur tersebut diberi tanda nama jalur dan jarak titik tersebut dari jalan dengan menggunakan pita (misalnya A-0, A-25, A- 50, A-75, dan seterusnya). Penamaan jalur sebagai berikut: tepat di belakang Pos II diberi nama Jalur C; dari belakang Pos II ke arah Kelurahan Batuputih berturut-turut adalah Jalur B, A, a, b, c, d, e, f, g, dan h; sedangkan dari belakang Pos II ke arah Pantai Batu berturut-turut adalah Jalur D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, dan Q.

Agar kelompok terbiasa dengan peneliti, maka dilakukan habituasi dengan terus mengikuti pergerakan kelompok tersebut sampai tidak merasa terganggu dengan

kehadiran peneliti. Setelah kelompok terhabituasi, tahap berikutnya mengikuti pergerakan monyet selama 21 hari. Pergerakan kelompok dipetakan pada kertas milimeter sesuai dengan titik-titik atau jalur-jalur yang dilewati. Penentuan luas daerah jelajah dan jarak jelajah harian dilakukan dengan estimasi jarak pada peta dan estimasi berdasarkan pengukuran di lapangan. Luas jelajah harian ditetapkan berdasarkan jelajah terluar yang dilalui kelompok, sedangkan jarak jelajah harian didasarkan pada pergerakan anggota yang berada di tengah-tengah kelompok.

Jelajah harian yang dipetakan pada kertas milimeter setiap hari digabungkan, dan jelajah terluarnya merupakan daerah jelajah selama periode pengamatan. Pengukuran jelajah harian KRII dilaksanakan pada bulan Februari dan bulan Maret; sedangkan untuk KRI dilaksanakan pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober. Jarak jelajah harian diestimasi di kertas milimeter dan rata-rata selama periode pengamatan merupakan rata-rata jarak jelajah harian. Luas daerah jelajah diestimasi dari gambar yang dihasilkan berdasarkan gabungan dari gambar-gambar jelajah harian dan hasil pengamatan pada waktu lainnya yang dilakukan pada saat mengikuti kelompok monyet.

Aspek Dominansi

Dominansi ditentukan melalui pengamatan interaksi agonistik (Chalmes 1982) yang mencakup sikap dan sinyal agonistik. Jumlah individu jantan yang diamati sebanyak enam ekor pada KRII dan enam ekor pada KRI. Pengamatan tingkah laku agonistik dilakukan dengan focal sampling dengan metode perekaman secara kontinyu (Matsumura 1998, Martin dan Bateson 1999). Pengamatan focal untuk setiap jantan dilakukan selama lima hari. Setelah diketahui bahwa pesaing superior selalu unggul, pengamatan focal

setiap jantan dilakukan selama satu hari. Individu yang terlibat dalam interaksi agonistik dapat dibedakan menjadi individu penyerang dan individu korban. Penyerang menunjukkan tingkah laku agresif, misalnya mengejar, menggigit, mengancam, mencakar, dan sebagainya. Korban menunjukkan tingkah laku tunduk, misalnya ekspresi takut, lari, atau diam (Matsumura 1998).

Dinamika dalam hierarki dominansi jantan KRII diikuti dari bulan Januari- Desember, sedangkan untuk KRI diikuti dari bulan Agustus-Desember dengan mengamati perubahan hierarki dan migrasi jantan. Pengamatan dinamika dominansi KRII

dilakukan secara kontinyu, sedangkan untuk KRI tidak secara kontinyu. Pengamatan dinamika dominansi untuk KRI dilakukan pada 3-8 Agustus, Akhir September, 7-8 Oktober, dan akhir November, dan akhir Desember.

Metode pengambilan data untuk interaksi agonistik betina sama seperti pada metode untuk dominansi jantan. Pengamatan focal untuk setiap betina dilakukan selama dua hari pada 14 betina dewasa KRII. Untuk mengamati dinamika dalam hierarkinya, pengamatan dilaksanakan dalam dua periode, yaitu bulan Juni (30 hari) dan Agustus (31 hari). Total interaksi agonistik antarbetina pada bulan Juni sebanyak 91 kali dan pada bulan Agustus sebanyak 105 kali. Data agonistik di antara betina diambil jika kedua betina tersebut berada pada jarak lebih dari satu meter dengan jantan dan betina lain untuk menghindari intervensi atau pengaruh individu lain, sehingga hasil interaksi agonistik benar-benar mencerminkan peringkat dominansinya.

Proses migrasi jantan diamati pada enam jantan dewasa dan tiga jantan remaja KRII serta enam jantan dewasa dan seekor jantan remaja KRI dengan menggunakan ad libitum sampling atau focal sampling terhadap seluruh jantan dewasa dan remaja kedua kelompok tersebut. Jika terdapat jantan yang menunjukkan tanda-tanda akan melakukan migrasi, maka jantan tersebut diikuti secara focal sampling dan pengamatan tingkah laku dilakukan secara ad libitum sampling.

Sebelum dilakukan analisis terhadap linearitas dominansi, terlebih dahulu dilakukan penghitungan angka agresi (Martin dan Bateson 1999). Persentase yang diperoleh merupakan persentase aktivitas agresif dari total aktivitas hariannya. Dari hasil pengamatan interaksi agonistik, dihitung frekuensi setiap individu sebagai pemenang dan sebagai korban dalam suatu tabel untuk menentukan peringkat setiap individu. Linearitas dominansi ditentukan dengan menggunakan Indeks linearitas dari Landau (h) dengan rumus:

12 n

h =

Σ

(va – ½ (n – 1))2 n3-n a=1

dengan n adalah jumlah individu dalam kelompok dan va adalah jumlah individu yang didominasi individu a. Rentang indeks dari 0,0 sampai 1,0, dengan nilai 1,0 menunjukkan

linearitas sempurna. Nilai h lebih besar dari 0,9 secara umum menunjukkan hierarki linear kuat.

Dinamika dalam hierarki dominansi ditentukan setiap kali terjadi pergantian peringkat hierarki berdasarkan dominansinya, serta dengan mengevaluasi perubahan- perubahan dalam tingkah laku agonistik jantan dan betina dewasa dan proses migrasi jantan untuk menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran hierarki. Hierarki ditentukan melalui penyusunan peringkat individu berdasarkan hasil interaksi agonistik antarindividu target yang mencakup sikap dan sinyal agonistik.

Dari hasil pengamatan proses migrasi jantan, ditentukan lama waktu yang diperlukan untuk keluar dari kelompok, masuk kelompok baru, dan masa transisi setelah keluar kelompok dan sebelum masuk kelompok baru sebagai individu soliter atau membentuk kelompok uniseksual jantan dengan jantan soliter lainnya. Data lain yang dikumpulkan meliputi interaksi jantan migran dengan anggota kelompok yang ditinggalkan maupun kelompok yang akan dimasukinya.

Aspek Tingkah Laku Sosial 1. Peran Dominansi terhadap Tempat

Dominansi terhadap tempat diamati pada empat jantan dewasa dan dua jantan remaja KRII bersamaan dengan pengamatan pendekatan dari tanggal 11-19 September. Data yang diamati mencakup arah pendekatan (dominan ke subordinan atau subordinan ke dominan) dan respon tertuju. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan mencatat semua tingkah laku pendekatan antarjantan di atas dan respon individu yang didekati pada saat kelompok berhenti dan beristirahat di atas tanah, sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan mudah. Selama periode pengamatan didapatkan 29 data pendekatan.

Data arah dan frekuensi pendekatan disusun dalam suatu tabel frekuensi yang menunjukkan pasangan setiap individu dan respon tertuju. Pengusiran individu subordinan oleh individu dominan yang bukan karena akses terhadap pakan dan kawin, tetapi terhadap lokasi menunjukkan peran dominansi terhadap tempat.

Dominansi antarkelompok terhadap tempat diamati dengan memetakan pergeseran jelajah harian KRII terhadap KRI setiap bulannya selama setahun dan pengamatan ad libitum sampling terhadap interaksi kedua kelompok. Pengamatan interaksi mencakup interaksi agonistik dan afiliatif setiap pertemuan kedua kelompok untuk menentukan peringkat dominansi antarkelompok. Data diambil sebanyak 10 kejadian pertemuan untuk setiap bulannya. Pengamatan juga dilakukan pada saat penelitian pendahuluan pada pohon Ficus sp. Di E-1050 sebanyak tiga kejadian. Selain itu diamati pula kondisi habitat, terutama masa berbuah untuk jenis-jenis pohon buah (terutama Ficus spp. dan

Dracontomelum dao) untuk setiap bulan, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor penyebab pergeseran jelajah tersebut. Penentuan masa berbuah dilakukan dengan mengamati waktu berbunga, berbuah, buah masak, dan buah habis pada lokasi-lokasi yang biasa didatangi kelompok monyet.

Dokumen terkait