• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

1 Siklus hidup Meloidogyne spp. : Telur (A), Larva I (B), Larva II (C), Larva III (D), Larva IV (E), Larva V (dewasa) (F), Nematoda jantan dan betina (G)

6

2 Pola perineal M. javanica, M. arenaria, M. hapla, M. incognita

10

3 Pola pengambilan sampel tanaman krisan …... 14 4 Gejala infeksi NPA pada pertanaman krisan di daerah Bogor (A)

dan Cianjur (B), Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan

layu (C) dan bagian akar terdapat puru (D dan E) ... 23 5 Pertanaman krisan di Sukabumi (A), Akar krisan tidak

menunjukkan gejala puru (B) ... 25 6 Telur Meloidogyne dengan perbesaran mikroskop 200x terdapat

pada krisan varietas 04 (A), Puma (B), Elza (C) dan Karyushi (D) 27 7 Bagian anterior (A) dan posterior (B) larva Meloidogyne spp.,

dengan perbesaran mikroskop 400x ... 28 8 Nematoda jantan Meloidogyne spp. dengan perbesaran mikroskop

50x ...……….………..… 28 9 Bagian anterior nematoda jantan M. javanica (A), Bagian anterior

nematoda jantan M. incognita (B), Bagian posterior nematoda

jantan (C) dengan perbesaran mikroskop 400x ... 29 10 Nematoda betina dewasa Meloidogyne yang terdapat pada

pertanaman krisan di Bogor dan Cianjur (A), Pola perineal M.

javanica (B),M. incognita (C), M.arenaria (D) ... 30 11 Visualisasi hasil PCR Meloidogyne spp. dari empat varietas krisan

di Bogor dan Cianjur dengan primer M. javanica (720 bp) pada 1% gel agarose: M = marker 100 bp, 1 = varietas 04, 2 = varietas

Puma, 3 = varietas Elza, 4 = varietas Karyushi ...……... 32 12 Visualisasi hasil PCR Meloidogyne spp. dari empat varietas krisan

di Bogor dan Cianjur dengan primer M. arenaria (420 bp) dan M. incognita (999 bp) pada 1% gel agarose, M = marker 100 bp dan 1 Kb ; 1 = varietas 04, 2 = varietas Puma, 3 = varietas Elza, 4 =

varietas Karyushi ...………... 33 13 Pohon filogeni M. javanica yang menginfeksi krisan di Jawa Barat

(Indo-5E-F dan Indo 7H-F) dengan M. javanica yang ada di Cina dan M. arenaria yang ada di USA menggunakan metode

14 Visualisasi fragmen DNA hasil PCR Meloidogyne spp. dari empat varietas krisan di Bogor dan Cianjur menggunakan primer M. javanica pada elektroforesis gel agarose 1%. K(+) = DNA 5♀, K (-) = DNA tanaman, M = marker 100 bp;1P, 3P, 5P, 7P dan 9P = DNA Meloidogyne dari puru akar krisan; 1♀, 3♀, 5♀,7♀dan 9♀=

DNA Meloidogyne darinematoda betina (♀) ... 35 15 Frekuensi nematoda betina Meloidogyne spp. dalam setiap puru ... 35

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisan (Dendranthema grandiflorum Tzvelev) merupakan komoditas hortikultura penting yang menempati urutan kedua setelah Gerbera dalam tiga besar trend komoditas ekspor tanaman hias di Indonesia selama tahun 2010 (Barantan 2011). Kebutuhan masyarakat terhadap bunga krisan semakin meningkat dari tahun ke tahun ditandai dengan peningkatan produksi selama sebelas tahun terakhir. Pada tahun 2000 produksi krisan tercatat 2.3 juta tangkai. Pada tahun 2001 dan 2002 meningkat menjadi masing-masing 7.4 dan 25.8 juta tangkai, dan hingga pada tahun 2010 tercatat 185.3 juta tangkai. Namun demikian, selama periode 2009-2010 terjadi penurunan luas panen krisan di beberapa sentra produksi krisan di Indonesia seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Sulawesi Utara (BPS 2011).

Sistem usaha pertanian krisan di Indonesia menghadapi berbagai kendala yang berkaitan dengan produktivitas dan kualitas tanaman. Salah satu penyebabnya adalah infeksi penyakit oleh nematoda parasit tanaman, yaitu nematoda puru akar (NPA). NPA adalah nama umum untuk spesies Meloidogyne. Nematoda ini mampu menyerang lebih dari 2000 spesies tanaman dan mengakibatkan kehilangan hasil panen sebesar 5-20% (Agrios 2005). Kehilangan hasil pada berbagai tanaman pertanian yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. sendiri maupun kombinasi dengan penyakit lain diperkirakan sebesar 10-12% per tahun, terutama di daerah tropis dan subtropis (Sasser et al. 1981). Philis (1997) melaporkan bahwa kehilangan hasil panen carnation (Dianthus caryophillus) di Cyprus yang diakibatkan oleh infeksi NPA mencapai 25%.

Kerusakan tanaman karena nematoda parasit sering kurang disadari baik oleh petani maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan tanda penyakit nematoda sulit diamati secara kasat mata karena ukurannya sangat kecil. Sedangkan perkembangan gejala yang tampak di atas permukaan tanah sangat lambat, tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan unsur hara dan air. Selain itu, gejala infeksi nematoda pada

tanaman tidak drastis, bahkan sering tertutup oleh gejala infeksi penyakit lain (Mustika 2010).

Berdasarkan pada lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011, Tanggal 29 Desember 2011, Tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya, terdapat enam OPTK A2 yang berpotensi menurunkan produktivitas dan kualitas tanaman krisan, yaitu : Meloidogyne hapla Chitwood,

Chaetanaphothrips orchidii, Liriomyza trifolii Burgess, Erwinia chrysanthemi

(Bulkholder, Mc. Fadden & Dimock), Pseudomonas cichorii, Tomato spotted wilt tospovirus. OPTK A2 adalah organisme pengganggu tumbuhan yang sudah ada di Indonesia dan keberadaannya masih terbatas.

Indonesia mengekspor krisan berupa bibit maupun bunga potong ke beberapa negara seperti Jepang, Belanda, Thailand, Saudi Arabia dan Timor Leste (Barantan 2011). Menghadapi era pasar global yang ditandai oleh persaingan yang ketat antar negara, segenap pelaku pada sistem agribisnis harus mengetahui, memahami dan mempraktekkan berbagai peraturan Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan ekspor produk pertanian. Salah satunya dengan memenuhi persyaratan kesehatan tanaman yang disertifikasi oleh Badan Karantina Pertanian.

International Plant Protection Convention (IPPC) dan SPS Agreement

memberlakukan kewajiban pada negara pengekspor untuk menyediakan informasi tentang daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang berpotensi berasosiasi dengan komoditas yang diekspor kepada negara pengimpor (Barantan 2009). Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai NPA yang berasosiasi dengan tanaman krisan menggunakan metode deteksi yang cepat dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang benar tentang nematoda yang berasosiasi dengan komoditas krisan yang diekspor kepada negara pengimpor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies NPA yang berasosiasi dengan tanaman krisan di sentra produksi krisan di Jawa Barat menggunakan karakter morfologi dan molekuler.

Hipotesis

1. Terdapat beberapa spesies Meloidogyne yang berasosiasi dengan tanaman krisan.

2. Metode deteksi Meloidogyne spp. berdasarkan karakter molekuler memberikan hasil yang cepat dan akurat.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi baru tentang NPA yang berasosisasi dengan tanaman krisan yang terdapat di sentra produksi krisan di Jawa Barat.

2. Hasil identifikasi nematoda dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam menentukan tindakan karantina untuk tujuan ekspor.

3. Metode deteksi yang digunakan dapat dijadikan pedoman dalam deteksi OPTK dari golongan nematoda.

Dokumen terkait