• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOA ANAK YATIM FARM DAN CORDERO FARM

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c). Kamera Digital Sony Cybershot, (d). Pita Ukur Buterfly Brand, (e). Sepatu Boot AP, (f). Wearpack, (g). Kalkulator Casiofx-350ES, (h). Software statistik Minitab

15... 10 2. Susunan Gigi Kambing I0, I1, I2 dan I3... 11

3. Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing

PE yang Diamati... 12 4. Pengukuran Tinggi Pundak (X1) dan Tinggi Pinggul (X2)... 13

5. Pengukuran Panjang Badan (X3) dan Lebar Dada (X4)... 13

6. Pengukuran Dalam Dada (X5) dan Lebar Pinggul (X6)... 14

7. Pengukuran Lebar Kelangkang (X7) dan Panjang Kelangkang

(X8)... 14

8. Pengukuran Lingkar Dada (X9) dan Lingkar Kanon (X10)... 15

9. Peta Lokasi Doa Anak Yatim Farm Kampung Suka Maju, Desa

Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat... 19 10. Tipe Kandang Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm Kampung

Suka Maju, Desa Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor,

Jawa Barat... 20 11. Peta Lokasi Cordero Farm Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat... 21 12. Tipe Kandang Kambing Perah di Cordero Farm Ciapus, Bogor,

Jawa Barat... 22 13. Diagram Kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm... 33 14. Diagram kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Cordero Farm... 34 15. Diagram kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero

xxi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotelling pada Variabel- Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh antara Kambing PE Jantan Doa Anak Yatim Farm dan Kambing PE Cordero

Farm... 43 2. Hasil T2-Hotelling Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm

(DAYF) dan Cordero Farm (CF)... 45 3. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman

Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel- Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE di

Doa Anak Yatim Farm... 46 4. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman

Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel- Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE di

Cordero Farm... 47 5. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Kambing Peranakan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan ruminansia berukuran sedang dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) menyatakan bahwa populasi kambing di Indonesia berkisar 15,815 juta ekor pada tahun 2009, 16,620 juta ekor pada tahun 2010, yang meningkat menjadi 17,483 juta ekor pada tahun 2011.

Ternak kambing merupakan ternak penghasil daging dan susu (dwi guna). Beberapa sifat kambing yang menguntungkan seperti cepat berkembang biak, menjadikan ternak ini diminati masyarakat. Ternak kambing dapat melahirkan anak lebih dari satu ekor (2-4 ekor) dan dapat beranak tiga kali dalam waktu dua tahun di daerah tropis. Kambing perah dipelihara untuk memproduksi susu dan setelah tidak poduktif lagi dapat dijadikan sebagai penghasil daging. Susu kambing mempunyai kelebihan dibandingkan dengan susu sapi karena dipercaya mampu menyembuhkan penyakit Tuberuolosis (TBC) dan diare, disamping mempunyai kecernaan yang lebih tinggi. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu sapi sehingga memiliki daya cerna yang lebih tinggi.

Kambing perah yang dikenal di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE), kambing Etawah, kambing Saanen, kambing Jawarandu dan kambing Kacang. Kambing yang sering digunakan peternak untuk menghasilkan susu adalah kambing PE karena berproduksi susu tinggi, disamping kambing PE dapat beradaptasi dengan baik pada iklim tropis Indonesia. Kambing PE merupakan hasil persilangan grading up antara kambing Kacang dan kambing Etawah yang sudah beradaptasi sangat baik di lingkungan tropis Indonesia.

Informasi genetik kambing PE yang berkaitan dengan sifat morfometrik untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan untuk melengkapi informasi dasar kambing PE. Penentuan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh kambing PE dapat dijadikan sebagai dasar penentuan kebijakan dalam program pemuliaan. Keberadaan kambing PE yang stabil dalam hal ukuran dan bentuk sebagai hasil seleksi, merupakan sesuatu yang penting dikaitkan dengan keberagaman sumber daya genetik ternak lokal Indonesia.

2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh kambing PE pada dua lokasi peternakan di Bogor, yaitu Doa Anak Yatim Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF). Penciri ukuran (size) dan bentuk (shape) kambing PE pada masing-masing peternakan dapat ditentukan pada penelitian ini. Diagram kerumunan berdasarkan ukuran dan bentuk dapat memberikan informasi mengenai keberadaaan kambing PE antara DAYF dan CF.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifkasi Kambing

Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; sub- filum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia

Bovidae; sub-familia Caprinae, genus Capra dan spesies Capra hircus (Myers et al., 2012). Kambing (Capra aegagrus hircus) adalah sub-spesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa (Batubara, 2007).

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Tanduk pada kambing jantan lebih besar dibandingkan betina. Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar adalah 1,3-1,4 m. Bobot kambing betina 50- 55 kg, sedangkan jantan dapat mencapai 120 kg. Kambing liar menyebar dari Spanyol ke arah timur sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukai adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Kambing sudah dibudidayakan manusia sekitar 8.000-9.000 tahun yang lalu. Kambing hidup berkelompok 5-20 ekor di habitat aslinya (Batubara, 2007). Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromososm dan sifat reproduksi kambing secara umum. Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromosom dan sifat reproduksi kambing secara umum. Hal tersebut disajikan pada Tabel 1. Table 1. Peubah Reproduksi Ternak Kambing

Peubah Kambing

Jumlah kromosom (buah) Umur pubertas (bulan) Panjang siklus estrus (hari) Lama estrus (jam)

Terjadinya ovulasi (jam) Jumlah ovum persiklus (buah) Lama kebuntingan (hari)

60 5-7 20-21 24-48 24-36 2-3 149 Sumber: Davendra dan Burn (1994)

4 Kambing Perah

Menurut Atabany (2001), kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya. Kambing perah yang biasa dipelihara adalah kambing lokal seperti kambing Etawah, Peranakan Etawah (PE) dan Jawarandu yang merupakan bangsa kambing perah tropis. Kambing Etawah merupakan keturunan dari kambing Jamnapari. Sifat perah kambing Jamnapari sangat baik dan juga sering dipelihara sebagai penghasil daging.

Davendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa kambing Etawah digunakan secara luas untuk meningkatkan mutu kambing asli di Malaysia dan Indonesia untuk tujuan produksi susu dan daging. Produksi susu kambing Etawah sekitar 235 kg selama masa laktasi 261 hari.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dan kambing Kacang (Heryadi, 2004). Heryadi (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa kambing PE termasuk bangsa kambing tipe dwiguna, sebagai penghasil daging dan susu. Kambing PE betina memiliki kemampuan menghasilkan susu yang cukup baik, rata-rata 1,2 l/ekor/hari selama fase 70 hari pertama laktasi atau 2-3 l/ekor/hari pada masa laktasi lebih dari 150 hari.

Kambing Etawah

Kambing Etawah merupakan bangsa kambing penghasil susu yang paling populer di India dan Asia Tenggara. Kambing Etawah berukuran besar, bertelinga panjang dan berasal dari daerah sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India. Etawah diambil dari tempat dimana Kambing Etawah dipelihara di distrik Etawah provinsi Pradesh Utara (Davendra dan Burn, 1994).

Kambing Etawah selain sebagai ternak perah, juga sering dipelihara sebagai penghasil daging. Kambing Etawah memiliki berbagai warna, termasuk warna putih, merah coklat dan hitam. Telinga kambing Etawah sekitar 30 cm. Ambing berkembang dengan baik dan memiliki profil muka cembung dan biasanya bertanduk pendek seperti pedang lengkung yang cembung yang menunjukkan kemungkinan memiliki hubungan darah dengan bangsa kambing tipe Nubia di Timur Tengah sebagai moyangnya. Kambing jantan berbobot sekitar 68-91 kg dan betina 36-63 kg dengan tinggi tanduk masing-masing jenis kelamin 91-127 dan 76-107 cm (Davendra dan Burn, 1994).

5 Kambing Kacang

Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing kacang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar. Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu.

Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm. Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur 12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).

Ciri-ciri kambing Kacang adalah memiliki bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam atau coklat), tetapi ditemukan juga campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Setiadi et al. (1997) menyatakan bahwa ukuran kambing Kacang betina dewasa adalah rataan panjang badan 50,33 ± 6,72 cm, tinggi pundak 52,00 ± 7,38 cm, tinggi pinggul 58,40 ± 1,67 cm, lingkar dada 64,77 ± 5,80 cm dan lebar dada 14,00 ± 2,49 cm.

Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing lokal Indonesia dan kambing dari India, yaitu antara kambing Kacang dan kambing Etawah, sehingga memiliki sifat diantara kedua kambing tersebut (Atabany, 2001). Kambing PE merupakan tipe dwiguna, penghasil susu dan daging (Davendra dan Burn, 1994). Kambing PE merupakan hasil persilangan

grading up antara kambing Kacang dengan kambing Etawah. Sebagian kambing PE mempunyai sifat mendekati kambing Etawah dan sebagian sifat lainnya mendekati kambing Kacang (Atabany, 2001). Ciri khas kambing PE yaitu bentuk muka

6 cembung, telinga panjang menggantung dengan postur tubuh tinggi, panjang dan agak ramping (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2007). Berat tubuh bangsa kambing PE dewasa sekitar 27,11-41,71 kg (Kostaman dan Sutama, 2012). Standar Nasional Indonesia (2008) menyatakan rataan bobot badan kambing PE jantan pada kondisi gigi I0 berkisar 24-34 kg, kondisi gigi I1 berkisar 31-49 kg dan

kondisi gigi I3-I4 berkisar 43-65 kg, sedangkan rataan bobot badan kambing PE

betina pada kondisi gigi I0 berkisar 17-27 kg, kondisi gigi I1 berkisar 28-40 kg dan

kondisi gigi I3-I4 berkisar 34-48 kg.

Batubara et al. (2006) menyatakan bahwa ciri khas kambing PE yaitu memiliki bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut. Kambing ini bertelinga panjang, lembek menggantung dengan ujung agak berlipat, memiliki ujung tanduk agak melengkung, bertubuh tinggi dan pipih, memiliki bentuk garis punggung yang mengombak ke belakang. Kambing ini memiliki bulu yang tumbuh panjang pada bagian leher, pundak, punggung dan paha. Bulu paha kambing ini panjang dan tebal dengan warna bulu tunggal yang jarang ditemukan seperti putih, hitam atau coklat. Warna bulu kebanyakan terdiri atas 2-3 pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat dan putih bertotol hitam. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kostaman dan Sutama (2012) kambing PE memiliki ciri khas antara lain daun telinga agak besar dan panjang terkulai ke bawah, hidung agak melengkung, bergelambir besar, tanduk kecil dan wajah cembung.

Pertumbuhan

Herren (2000) mendefinisikan pertumbuhan sebagai peningkatan ukuran atau volume dari makhluk hidup yang meliputi dua fase utama yaitu prenatal dan

postnatal. Pertumbuhan prenatal terjadi sebelum hewan lahir, sedangkan postnatal setelah hewan lahir. Pertumbuhan cepat terjadi sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Pertumbuhan hewan terjadi lambat setelah dewasa kelamin, tetapi pertumbuhan tulang dan otot pada saat itu telah berhenti. Menurut Prasetyo (1999), pola pertumbuhan suatu ternak yang berbeda dapat terjadi sebagai akibat perbedaan menejemen pemeliharaan. Perbedaan performa (fenotipik) tersebut menurut Noor (2008) disebabkan efek genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan.

7 Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betina pada umur yang sama. Jantan memiliki testosteron salah satu

steroidandrogen, hormon pengatur pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial dan kelenjar adrenal. Testosteron dihasilkan testis pada jantan, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina lebih cepat terutama setelah sifat- sifat kelamin sekunder muncul. Penelitian Zaman (1984) telah membuktikan bahwa keeratan hubungan ditemukan antara bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada ternak yang sedang tumbuh. Hanibal (2008) melaporkan bahwa keeratan hubungan antara skor ukuran dan bobot badan ditemukan positif pada domba persilangan Garut.

Morfometrik

Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan pengertian, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu ukuran (size) dan bentuk (shape). Ukuran (size) dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan bentuk (shape) diartikan sebagai model, pola, karakteristik, sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology Online Team, 2009).

Campbell dan Lack (1985) juga menyatakan bahwa morfometrik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ukuran. Kusrini et al. (2009) juga menambahkan bahwa pengukuran secara morfometrik merupakan suatu metode yang lebih baik untuk membedakan bentuk tubuh pada ternak di dalam suatu populasi.

Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling

Mattjik dan Sumertajaya (2002) menyatakan statistik deskriptif yang meliputi nilai tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman. Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini dapat dilakukan secara bersamaan pada banyak variabel pengukuran. Pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan, dapat dilakukan apabila hasil T2-Hotelling diperoleh nyata.

8 Analisis Komponen Utama

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau

Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam- peragam melalui kombinasi linear dari sejumlah variabel. Analisis ini digunakan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) data dan menginterpretasikannya.

Komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar. Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan komponen utama pertama. Keunggulan teknik komponen utama yaitu dapat mengatasi masalah multikoelinaritas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Johnson dan

Wichern (2007), hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama dan skor komponen utama kedua. Nishida et al. (1982) dan Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa komponen utama pertama disetarakan dengan ukuran, sedangkan komponen utama kedua disetarakan dengan bentuk. Everitt dan Dunn (1998) juga menyatakan bahwa bentuk merupakan hal yang lebih diminati para ahli taksonomi. Bentuk secara genetis lebih diwariskan.

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing Cordero Farm (CF) di Ciapus, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2012.

Materi

Materi penelitian adalah kambing Peranakan Etawah (PE) sebanyak 185 ekor. Kambing yang digunakan adalah kambing yang baru lahir sampai dengan umur 11 bulan (I0), kambing yang sudah dewasa tubuh umur 1,0-1,5 tahun (I1), umur

dua tahun (I2), dan umur tiga tahun (I3). Tabel 2 menyajikan rincian kambing PE

yang digunakan. Jumlah total kambing PE I0 sebanyak 87 ekor, I1 sebanyak 58 ekor,

I2 sebanyak 17 ekor, I3 sebanyak 23 ekor. Kambing PE I2 jantan tidak ditemukan di

CF. Jumlah kambing jantan DAYF sebanyak 45 ekor dan CF sebanyak 35 ekor. Jumlah kambing betina DAYF sebanyak 52 ekor dan CF sebanyak 53 ekor. Sampel kambing PE dipilih secara tidak acak (Purposive Sampling).

Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi

Gigi

Doa Anak YatimFarm CorderoFarm

Total Jantan Betina Jantan Betina

---(ekor)--- I0 27 7 25 28 87 I1 10 31 5 12 58 I2 2 9 0 6 17 I3 6 5 5 7 23 Total 45 52 35 53 185

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkat ukur, kaliper, pita ukur, digital camera, wearpack, sepatu boot, kalkulator, komputer dan alat-alat tulis serta lembar-lembar tabel untuk mengisi data mentah. Pengolahan data dan penyajian diagram kerumunan dibantu dengan menggunakan peranti lunak statistika MINITAB®15.1.20.0. Gambar 1 menyajikan peralatan yang digunakan pada penelitian.

10

(a). Tongkat Ukur (b). Kaliper

(c). Kamera Digital Sony Cybershot (d). Pita Ukur Buterfly Brand

(e). Sepatu Boot AP (f). Wearpack

(g). Kalkulator Casiofx-350ES (h). Software statistik Minitab 15 Gambar 1. Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c).

Kamera Digital Sony Cybershot, (d). Pita Ukur Buterfly Brand, (e). Sepatu Boot AP, (f). Wearpack, (g). Kalkulator Casiofx-350ES, (h). Software statistik Minitab 15

11 Penentuan Umur Kambing

Frandson (1993) menyatakan bahwa umur kambing (I0) dilihat dari semua

gigi yang belum permanen atau gigi susu masih utuh. Umur kambing (I1) dilihat dari

satu pasang gigi susu seri yang tanggal dan berganti menjadi gigi permanen. Umur kambing (I2) dilihat dari dua pasang gigi susu yang tanggal dan diganti menjadi gigi

permanen. Umur kambing (I3) dilihat dari tiga pasang gigi susu tanggal dan diganti

menjadi gigi permanen. Gambar 2 menyajikan ilustrasi kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3.

I0

Dokumen terkait