• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah Di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah Di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan ruminansia berukuran sedang dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) menyatakan bahwa populasi kambing di Indonesia berkisar 15,815 juta ekor pada tahun 2009, 16,620 juta ekor pada tahun 2010, yang meningkat menjadi 17,483 juta ekor pada tahun 2011.

Ternak kambing merupakan ternak penghasil daging dan susu (dwi guna). Beberapa sifat kambing yang menguntungkan seperti cepat berkembang biak, menjadikan ternak ini diminati masyarakat. Ternak kambing dapat melahirkan anak lebih dari satu ekor (2-4 ekor) dan dapat beranak tiga kali dalam waktu dua tahun di daerah tropis. Kambing perah dipelihara untuk memproduksi susu dan setelah tidak poduktif lagi dapat dijadikan sebagai penghasil daging. Susu kambing mempunyai kelebihan dibandingkan dengan susu sapi karena dipercaya mampu menyembuhkan penyakit Tuberuolosis (TBC) dan diare, disamping mempunyai kecernaan yang lebih tinggi. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu sapi sehingga memiliki daya cerna yang lebih tinggi.

Kambing perah yang dikenal di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE), kambing Etawah, kambing Saanen, kambing Jawarandu dan kambing Kacang. Kambing yang sering digunakan peternak untuk menghasilkan susu adalah kambing PE karena berproduksi susu tinggi, disamping kambing PE dapat beradaptasi dengan baik pada iklim tropis Indonesia. Kambing PE merupakan hasil persilangan grading up antara kambing Kacang dan kambing Etawah yang sudah beradaptasi sangat baik di lingkungan tropis Indonesia.

(2)

2 Tujuan

(3)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifkasi Kambing

Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; sub-filum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia

Bovidae; sub-familia Caprinae, genus Capra dan spesies Capra hircus (Myers et al., 2012). Kambing (Capra aegagrus hircus) adalah sub-spesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa (Batubara, 2007).

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Tanduk pada kambing jantan lebih besar dibandingkan betina. Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar adalah 1,3-1,4 m. Bobot kambing betina 50-55 kg, sedangkan jantan dapat mencapai 120 kg. Kambing liar menyebar dari Spanyol ke arah timur sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukai adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Kambing sudah dibudidayakan manusia sekitar 8.000-9.000 tahun yang lalu. Kambing hidup berkelompok 5-20 ekor di habitat aslinya (Batubara, 2007). Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromososm dan sifat reproduksi kambing secara umum. Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromosom dan sifat reproduksi kambing secara umum. Hal tersebut disajikan pada Tabel 1. Table 1. Peubah Reproduksi Ternak Kambing

Peubah Kambing

Jumlah kromosom (buah) Umur pubertas (bulan) Panjang siklus estrus (hari) Lama estrus (jam)

Terjadinya ovulasi (jam) Jumlah ovum persiklus (buah) Lama kebuntingan (hari)

(4)

4 Kambing Perah

Menurut Atabany (2001), kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya. Kambing perah yang biasa dipelihara adalah kambing lokal seperti kambing Etawah, Peranakan Etawah (PE) dan Jawarandu yang merupakan bangsa kambing perah tropis. Kambing Etawah merupakan keturunan dari kambing Jamnapari. Sifat perah kambing Jamnapari sangat baik dan juga sering dipelihara sebagai penghasil daging.

Davendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa kambing Etawah digunakan secara luas untuk meningkatkan mutu kambing asli di Malaysia dan Indonesia untuk tujuan produksi susu dan daging. Produksi susu kambing Etawah sekitar 235 kg selama masa laktasi 261 hari.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dan kambing Kacang (Heryadi, 2004). Heryadi (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa kambing PE termasuk bangsa kambing tipe dwiguna, sebagai penghasil daging dan susu. Kambing PE betina memiliki kemampuan menghasilkan susu yang cukup baik, rata-rata 1,2 l/ekor/hari selama fase 70 hari pertama laktasi atau 2-3 l/ekor/hari pada masa laktasi lebih dari 150 hari.

Kambing Etawah

Kambing Etawah merupakan bangsa kambing penghasil susu yang paling populer di India dan Asia Tenggara. Kambing Etawah berukuran besar, bertelinga panjang dan berasal dari daerah sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India. Etawah diambil dari tempat dimana Kambing Etawah dipelihara di distrik Etawah provinsi Pradesh Utara (Davendra dan Burn, 1994).

(5)

5 Kambing Kacang

Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing kacang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar. Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu.

Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm. Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur 12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).

Ciri-ciri kambing Kacang adalah memiliki bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam atau coklat), tetapi ditemukan juga campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Setiadi et al. (1997) menyatakan bahwa ukuran kambing Kacang betina dewasa adalah rataan panjang badan 50,33 ± 6,72 cm, tinggi pundak 52,00 ± 7,38 cm, tinggi pinggul 58,40 ± 1,67 cm, lingkar dada 64,77 ± 5,80 cm dan lebar dada 14,00 ± 2,49 cm.

Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing lokal Indonesia dan kambing dari India, yaitu antara kambing Kacang dan kambing Etawah, sehingga memiliki sifat diantara kedua kambing tersebut (Atabany, 2001). Kambing PE merupakan tipe dwiguna, penghasil susu dan daging (Davendra dan Burn, 1994). Kambing PE merupakan hasil persilangan

(6)

6 cembung, telinga panjang menggantung dengan postur tubuh tinggi, panjang dan agak ramping (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2007). Berat tubuh bangsa kambing PE dewasa sekitar 27,11-41,71 kg (Kostaman dan Sutama, 2012). Standar Nasional Indonesia (2008) menyatakan rataan bobot badan kambing PE jantan pada kondisi gigi I0 berkisar 24-34 kg, kondisi gigi I1 berkisar 31-49 kg dan

kondisi gigi I3-I4 berkisar 43-65 kg, sedangkan rataan bobot badan kambing PE

betina pada kondisi gigi I0 berkisar 17-27 kg, kondisi gigi I1 berkisar 28-40 kg dan

kondisi gigi I3-I4 berkisar 34-48 kg.

Batubara et al. (2006) menyatakan bahwa ciri khas kambing PE yaitu memiliki bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut. Kambing ini bertelinga panjang, lembek menggantung dengan ujung agak berlipat, memiliki ujung tanduk agak melengkung, bertubuh tinggi dan pipih, memiliki bentuk garis punggung yang mengombak ke belakang. Kambing ini memiliki bulu yang tumbuh panjang pada bagian leher, pundak, punggung dan paha. Bulu paha kambing ini panjang dan tebal dengan warna bulu tunggal yang jarang ditemukan seperti putih, hitam atau coklat. Warna bulu kebanyakan terdiri atas 2-3 pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat dan putih bertotol hitam. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kostaman dan Sutama (2012) kambing PE memiliki ciri khas antara lain daun telinga agak besar dan panjang terkulai ke bawah, hidung agak melengkung, bergelambir besar, tanduk kecil dan wajah cembung.

Pertumbuhan

Herren (2000) mendefinisikan pertumbuhan sebagai peningkatan ukuran atau volume dari makhluk hidup yang meliputi dua fase utama yaitu prenatal dan

(7)

7 Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betina pada umur yang sama. Jantan memiliki testosteron salah satu

steroidandrogen, hormon pengatur pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial dan kelenjar adrenal. Testosteron dihasilkan testis pada jantan, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin sekunder muncul. Penelitian Zaman (1984) telah membuktikan bahwa keeratan hubungan ditemukan antara bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada ternak yang sedang tumbuh. Hanibal (2008) melaporkan bahwa keeratan hubungan antara skor ukuran dan bobot badan ditemukan positif pada domba persilangan Garut.

Morfometrik

Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan pengertian, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu ukuran (size) dan bentuk (shape). Ukuran (size) dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan bentuk (shape) diartikan sebagai model, pola, karakteristik, sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology Online Team, 2009).

Campbell dan Lack (1985) juga menyatakan bahwa morfometrik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ukuran. Kusrini et al. (2009) juga menambahkan bahwa pengukuran secara morfometrik merupakan suatu metode yang lebih baik untuk membedakan bentuk tubuh pada ternak di dalam suatu populasi.

Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling

(8)

8 Analisis Komponen Utama

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau

Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari sejumlah variabel. Analisis ini digunakan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) data dan menginterpretasikannya.

Komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar. Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan komponen utama pertama. Keunggulan teknik komponen utama yaitu dapat mengatasi masalah multikoelinaritas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Johnson dan

(9)

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing Cordero Farm (CF) di Ciapus, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2012.

Materi

Materi penelitian adalah kambing Peranakan Etawah (PE) sebanyak 185 ekor. Kambing yang digunakan adalah kambing yang baru lahir sampai dengan umur 11 bulan (I0), kambing yang sudah dewasa tubuh umur 1,0-1,5 tahun (I1), umur

dua tahun (I2), dan umur tiga tahun (I3). Tabel 2 menyajikan rincian kambing PE

yang digunakan. Jumlah total kambing PE I0 sebanyak 87 ekor, I1 sebanyak 58 ekor,

I2 sebanyak 17 ekor, I3 sebanyak 23 ekor. Kambing PE I2 jantan tidak ditemukan di

CF. Jumlah kambing jantan DAYF sebanyak 45 ekor dan CF sebanyak 35 ekor. Jumlah kambing betina DAYF sebanyak 52 ekor dan CF sebanyak 53 ekor. Sampel kambing PE dipilih secara tidak acak (Purposive Sampling).

Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi

Gigi

Doa Anak YatimFarm CorderoFarm

Total Jantan Betina Jantan Betina

---(ekor)---

I0 27 7 25 28 87

I1 10 31 5 12 58

I2 2 9 0 6 17

I3 6 5 5 7 23

Total 45 52 35 53 185

(10)

10

(a). Tongkat Ukur (b). Kaliper

(c). Kamera Digital Sony Cybershot (d). Pita Ukur Buterfly Brand

(e). Sepatu Boot AP (f). Wearpack

(g). Kalkulator Casiofx-350ES (h). Software statistik Minitab 15 Gambar 1. Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c).

(11)

11 Penentuan Umur Kambing

Frandson (1993) menyatakan bahwa umur kambing (I0) dilihat dari semua

gigi yang belum permanen atau gigi susu masih utuh. Umur kambing (I1) dilihat dari

satu pasang gigi susu seri yang tanggal dan berganti menjadi gigi permanen. Umur kambing (I2) dilihat dari dua pasang gigi susu yang tanggal dan diganti menjadi gigi

permanen. Umur kambing (I3) dilihat dari tiga pasang gigi susu tanggal dan diganti

menjadi gigi permanen. Gambar 2 menyajikan ilustrasi kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3.

I0

Gigi Anak (di bawah 1

tahun)

8 Gigi susu

I1

2 Gigi Dewasa (1-2 tahun)

2 Gigi seri pusat (central) 6 Gigi susu

I2

4 Gigi Dewasa (2-3 tahun)

2 Gigi seri pusat (central) 2 Gigi seri sisi (lateral) 4 Gigi susu

I3

4 Gigi Dewasa (3-4 tahun)

2 Gigi seri pusat (central) 2 Gigi seri sisi (lateral) 2 Gigi seri (intermedial)

2 Gigi seri sudut (corner oncisors)

Gambar 2. Susunan Gigi Kambing I0, I1, I2, dan I3

Pengukuran Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh

(12)

12 badan lahir kambing PE 0,32. Janssens dan Vandepitte (2003) menyatakan bahwa heritabilitas ukuran tubuh pada domba sebesar 0,26‐0,57 dengan korelasi genetik sangat tinggi terhadap bobot hidup

Keterangan: Tinggi pundak (X1), Tinggi pinggul (X2), Panjang badan (X3), Lebar dada (X4), Dalam

dada (X5), Lebar pinggul (X6), Lebar kelangkang (X7), Panjang kelangkang (X8), Lingkar

dada (X9), Lingkar kanon (X10).

Gambar 3. Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE yang Diamati

Variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh yang diamati meliputi tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam

dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8),

lingkar dada (X9), lingkar kanon (X10); seperti yang disajikan pada Gambar 3.

Berikut ini disajikan prosedur pengukuran variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh pada kambing PE penelitian.

Tinggi Pundak. Tinggi pundak (X1) diukur dari jarak tertinggi pundak sampai

permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 4.

X10 X4

X1

X2 X9

X5

X3 X8

X7

(13)

13 Tinggi Pinggul. Tinggi pinggul (X2) diukur dari jarak tertinggi pinggul (lumbar

vertabrae) yang tegak lurus terhadap permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengukuran Tinggi Pundak (X1) dan Tinggi Pinggul (X2)

Panjang Badan. Panjang badan (X3) diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang

processus spinosus sampai os ischium. Pengukuran dilakukan dengan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengukuran Panjang Badan (X3) dan Lebar Dada (X4)

Lebar Dada. Lebar dada (X4) diukur dari jarak antara penonjolan sendi bahu os

scapula bagian kanan dan kiri. Pengukuran dilakukan dengan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 5.

Dalam Dada. Dalam dada (X5) diukur dengan cara menarik garis lurus dari puncak

tertinggi pundak sampai tepi bagian bawah dada mengikuti garis lurus. Pengukuran dilakukan dengan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 6.

X1

X3 X4

(14)

14 Gambar 6. Pengukuran Dalam Dada (X5) dan Lebar Pinggul (X6)

Lebar Pinggul. Lebar pinggul (X6) diukur pada sendi pinggul (penonjolan tulang

femur bagian atas) antara sebelah kanan dan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan dengan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 6.

Lebar Kelangkang. Lebar kelangkangan (X7) diukur pada jarak antara sisi luar

sudut pangkal paha (ox coxae) sebelah kanan dan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan dengan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengukuran Lebar Kelangkang (X7) dan Panjang Kelangkang (X8)

Panjang Kelangkang. Pengukuran pangkal kelangkangan (X8) diukur dari jarak

antara pangkal paha sampai os ischium. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 7.

Lingkar Dada. Lingkar dada (X9) diukur melingkari rongga dada (body of sternum)

di belakang sendi bahu. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 8.

Lingkar Kanon. Lingkar kanon (X10) diukur secara melingkar di tengah-tengah

tulang metacarpal kaki depan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 8.

X5 X6

(15)

15 Gambar 8. Pengukuran Lingkar Dada (X9) dan Lingkar Kanon (X10)

Rancangan dan Analisis Data Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan, simpangan baku dan koefsien keragaman pada variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh kambing PE, dihitung berdasarkan Mattjik dan Sumertajaya (2002).

̅ ∑

√∑ ̅)

̅

Keterangan:

̅ = Rataan Xi = Data ke-i

n = Banyak data sampel = Simpangan baku KK = Koefisien keragaman Statistik T2-Hotelling

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh diantara dua populasi, dapat menggunakan statistik T2-Hotelling. Pengujian tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

X10

(16)

16 Ho : U1 = U2, artinya vektor nilai rata-rata ukuran tubuh kambing PE di Doa

Anak Yatim Farm sama dengan ukuran tubuh kambing PE di Cordero Farm.

H1 : U1 ≠ U2, artinya kedua vektor nilai rata-rata ukuran tubuh kambing PE

berbeda.

Statistik T2-Hotelling dirumuskan sebagai berikut:

Selanjutnya besaran:

F =

)

T

2

akan berdistribusi F dengan derajat bebas dan Keterangan:

T2 = Nilai T2-Hotelling

F = Nilai hitung untuk T2-Hotelling

n1 = Jumlah data pengamatan di Doa Anan Yatim Farm

n2 = Jumlah data pengamatan Cordero Farm

= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari Doa Anak Yatim Farm = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari Cordero Farm p = Banyaknya variabel yang diukur

Pada penelitian ini bila diperoleh perbedaan variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh kambing PE diantara lokasi pengamatan maka persamaan Analisis Komponen Utama dapat dibentuk pada masing-masing lokasi populasi kambing PE. Bila perbedaan tidak diperoleh, maka Analisis Komponen Utama dapat dibentuk pada gabungan dua lokasi yang dinyatakan sama.

Analisis Komponen Utama

(17)

17 Gaspersz (1992) menyatakan model statistik Analisis Komponen Utama sebagai berikut:

Keterangan:

Yp = Komponen utama ke-P (P = 1, 2, 3, ...10)

X1-p = Variabel ke-P (P=1, 2, 3, ... 10)

a1p-app = Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... 10 dengan komponen

utama ke-P

Nishida et al. (1982) dan Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa komponen utama pertama disetarakan dengan ukuran, sedangkan komponen utama kedua disetarakan dengan bentuk. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk merupakan hal yang lebih diminati para ahli taksonomi karena bentuk secara genetis lebih diwariskan. Berikut ini disajikan rumus persamaan ukuran berdasarkan rumus Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Keterangan:

Y1 = Skor ukuran (Komponen utama pertama)

X1 = Tinggi pundak

X2 = Tinggi pinggul

X3 = Panjang badan

X4 = Lebar dada

X5 = Dalam dada

X6 = Lebar pinggul

X7 = Lebar kelangkang

X8 = Panjang kelangkang

X9 = Lingkar dada

X10 = Lingkar kanon

a11-a101= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... , 10

(18)

18

Keterangan:

Y2 = Skor bentuk (Komponen utama kedua)

X1 = Tinggi pundak

X2 = Tinggi pinggul

X3 = Panjang badan

X4 = Lebar dada

X5 = Dalam dada

X6 = Lebar pinggul

X7 = Lebar kelangkang

X8 = Panjang kelangkang

X9 = Lingkar dada

X10 = Lingkar kanon

a12-a102 = Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... , 10

Penciri ukuran ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran. Penciri bentuk ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk.

Pembuatan Diagram Kerumunan

Diagram kerumunan dibuat berdasarkan sumbu X sebagai skor ukuran dan sumbu Y sebagai skor bentuk yang diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan data setiap individu. Perbedaan pengelompokan data individu-individu pada diagram kerumunan diamati dan diperbandingkan.

Pengolahan Data

(19)

19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Doa Anak Yatim FarmdiKecamatan Ciampea

Doa Anak Yatim Farm (DAY Farm) berlokasi di Kampung Suka Maju, Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Wilayah Barat, Jawa Barat. DAY Farm berada pada ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Suhu di lokasi peternakan berkisar 27 oC, curah hujan sekitar 2.400 mm/tahun dan memiliki kelembaban relatif sekitar 76% (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, 2012). DAY Farm merupakan peternakan yang bergerak di bidang penggemukan sapi dan produksi susu kambing perah, sapi, kerbau dan kuda perah. Kambing perah yang dipelihara meliputi kambing Peranakan Etawah (PE), kambing Etawah, kambing Saanen dan kambingToggenburg.

Limbah peternakan dimanfaatkan untuk keperluan persawahan, sarana kebun dan kolam ikan yang juga dimiliki peternakan. Lahan DAY Farm seluas hampir 1,5 ha yang diisi dengan 335 ekor ternak, masing-masing 61 ekor kuda, 230 ekor kambing, 28 ekor sapi dan 16 ekor kerbau. Ternak didatangkan dari luar Bogor seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gambar 9 menyajikan peta lokasi DAY Farm.

Gambar 9. Peta Lokasi Doa Anak Yatim Farm Kampung Suka Maju, Desa Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat

(20)

20 Kandang kambing perah dibagi menjadi tiga bagian yaitu kandang A, B dan C. Setiap kandang berisi kambing jantan, kambing betina dan anak kambing (cempe). Kandang A memiliki 10 kandang kelompok, kandang B memiliki 12 kandang kelompok dan kandang C memiliki 24 kandang kelompok. Setiap kandang kelompok diisi 2-3 ekor jantan dan 7-9 ekor betina. Kandang beranak dan menyusui ditemukan pada setiap kandang besar pada bagian tengah ujung kandang. Bahan kandang dibuat dari bahan kayu, bambu dan kawat teralis dengan sistem atap monitor serta lantai yang dibuat dari bahan bambu. Pemeliharaan domba dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan berupa ampas kedelai dan hijauan. Ampas kedelai berasal dari pabrik tahu dan tempe yang berlokasi di Jakarta. Hijauan berasal dari perkampungan sekitar. Jenis hijauan terdiri atas rumput

Pennicetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala),

Paspalum dilatatum (rumput Australia), Brachiaria mutica (rumput para), Imperata cylindrica (rumput ilalang) dan legum seperti Calopogonium mucunoides (rumput kacang asu). Pengambilan ampas kedelai dilakukan dua kali/minggu, sedangkan hijauan setiap pagi. Selama penelitian, ketersediaan ampas kedelai tidak kontinu. Pada saat-saat tertentu, bila ampas kedelai tidak dipasok dari pabrik tahu dan tempe, maka kambing PE hanya diberi rumput saja. Pemberian air minum diberikan hanya satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Pemerahan kambing dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Gambar 10 menyajikan perkandangan kambing perah di DAYF.

(21)

21 Cordero Farm diKecamatan Ciomas

Cordero Farm (CF) berlokasi di Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat. CF berada pada ketinggian 750 m di atas permukaan laut. Suhu di lokasi peternakan berkisar 26 oC, curah hujan sekitar 4.000 mm/tahun dan memiliki kelembaban relatif sekitar 70% (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, 2012). CF memiliki udara yang segar, bersih dan sejuk karena dekat dengan gunung Salak sehingga sangat mendukung pemeliharaan kambing perah.

Luas Lahan CF 800 m2 yang ditempati kandang kambing pembibitan, kambing perah, kandang sapi perah dan sapi potong. CF merupakan usaha pembibitan ternak perah kambing Etawah dan PE serta usaha penggemukan dan ternak perah sapi yaitu sapi Freshian Holstein (FH) dan Peranakan Ongole (PO). Peternakan ini juga memproduksi susu kambing, sedang susu sapi digunakan untuk

cempe. Gambar 11 menyajikan peta lokasi CF.

Gambar 11. Peta Lokasi Cordero Farm Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat

Sumber: Google Earth (2012)

(22)

22 berlokasi di Jakarta. Hijauan yang diberikan berasal dari rumput sekitar daerah perkampungan, terkadang rumput diambil dari kampung tetangga. Jenis hijauan terdiri atas rumput Pennisetum purpurthypoides (rumput raja) Panicum maximum

(rumput benggala), Paspalum dilatatum (rumput Autralia), dan Brachiaria mutica

(rumput para) serta berbagai jenis legum seperti Calopogonium mucunoides (rumput kacang asu) dan Macroptilium atropurpureum (rumput siratro). Pengambilan ampas kedelai dilakukan dua kali/minggu, sedangkan rumput setiap pagi.

Perkandangan CF meliputi empat kandang besar. Dua kandang besar meliputi banyak kandang individu, sedangkan dua kandang besar lain berisi banyak kandang kelompok. Kandang individu diisi kambing jantan dewasa atau kambing jantan muda. Satu kandang besar berisi kambing yang berumur satu minggu, satu bulan dan tiga bulan. Setiap pagi dan sore anak kambing diberi minum susu pengganti yaitu susu sapi segar. Setiap kandang kelompok diisi 10-15 ekor anak kambing. Kandang kelompok digunakan juga untuk kambing yang sedang laktasi sebanyak 5-10 ekor. Kandang kambing dibuat dari bahan bambu, kayu dan kawat teralis dengan sistem atap monitor. Gambar 12 menyajikan perkandangan kambing perah di CF.

Gambar 12. Tipe Kandang Kambing Perah di Cordero Farm Ciapus, Bogor, Jawa Barat

Analisis Statistik Deskriptif

Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE jantan dan betina kondisi gigi I0 di Doa Anak Yatim

Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF), disajikan pada Tabel 3. Ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE pada kondisi gigi I1 disajikan pada Tabel 4,

(23)

23 permukaan tubuh kambing PE pada kondisi gigi I3. Kambing PE jantan I2 tidak

ditemukan di CF (Tabel 5). Koefisien keragaman yang diperoleh pada pengamatan ini dijadikan dasar penentuan apakah sifat ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE telah mengalami seleksi. Berdasarkan nilai koefisien keragaman tersebut dapat ditentukan apakah suatu variabel ukuran linear permukaan tubuh kambing PE sudah atau belum diseleksi.

Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I0 di Doa Anak Yatim

Farm dan Cordero Farm

Variabel

Doa Anak Yatim Cordero

♂ Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan

(24)

24 Pengertian seleksi disini adalah seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi peternak merupakan seleksi buatan. Pada pengamatan ini, peternak tidak secara langsung melakukan seleksi terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh, tetapi terhadap ukuran dan bentuk tubuh kambing PE dilakukan untuk tujuan produksi dan memenangkan kontes. Hanya betina-betina yang menghasilkan produksi susu tinggi yang dipertahankan. Betina produksi susu tinggi memiliki ukuran dan bentuk tubuh tipikal perah, demikian pula jantan yang diikutsertakan dalam kontes.

Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I1 di Doa Anak Yatim

Farm dan Cordero Farm

Variabel

Doa Anak Yatim Cordero

♂ Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan

(25)

25 Tabel 5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear

Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I2 di Doa Anak Yatim

Farm dan Cordero Farm

Variabel

Doa Anak Yatim Cordero

♂ Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman, n= menunjukkan jumlah

sampel dan kambing jantan tidak ditemukan pada kondisi gigi I2

(26)

26 gigi I2 di DAYF dan CF lebih besar pada variabel (tinggi pundak, panjang badan dan

lingkar dada) dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Batubara et al. (2011). Tabel 6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear

Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I3 di Doa Anak Yatim

Farm dan Cordero Farm Variabel

Doa Anak Yatim Cordero

♂ Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan

jumlah sampel

Tabel 7 disajikan untuk mempermudah pengambilan kesimpulan data deskriptif yang disajikan pada Tabel 3, 4 dan 6. Tabel 7 merupakan urutan kelas ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE jantan di DAYF dan CF pada kondisi gigi I0, I1 dan I3. Urutan berdasarkan ukuran yang lebih besar. Koefisien

(27)

27 masing-masing kondisi gigi yaitu I0, I1 dan I3. Koefisien keragaman yang lebih

rendah mengindikasikan bahwa variabel tersebut diseleksi lebih ketat.

Dari 10 variabel yang diamati, lingkar kanon merupakan variabel yang paling tidak diperhatikan peternak dalam penentuan tipe perah. Lingkar kanon dapat dijadikan sebagai variabel yang banyak diseleksi alam. Nei (1987) menyatakan bahwa ukuran lingkar kanon dengan bobot badan ternak sangat berkorelasi positif, karena semakin besar lingkar kanon yang didapat maka semakin besar pula bobot badan.

Tabel 7. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE Jantan di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

Variabel

Jantan (♂)

I0 I1 I3

DAYF CF DAYF

CF DAYF CF

Tinggi Pundak (X1) 2 1* 1 2* 1 2*

Tinggi Pinggul (X2) 2 1* 1 2* 1 2*

Panjang Badan (X3) 1 2* 1 2* 1* 2

Lebar Dada (X4) 2 1* 1 2* 1* 2

Dalam Dada (X5) 1 2* 1* 2 1* 2

Lebar Pinggul (X6) 1 2* 1 2* 1 2*

Lebar Kelangkang (X7) 2 1* 1 2* 1* 2

Panjang Kelangkang (X8) 2 1* 2 1* 2 1*

Lingkar Dada (X9) 2 1* 1 2* 2 1*

Lingkar Kanon (X10) 2 1* 1 2* 1 2*

Keterangan: I2= tidak ditemukan; tanda (*)= ukuran linear yang terseleksi; 1= besar; 2= kecil pada

baris yang sama; DAYF= Doa Anak Yatim Farm; CF= Cordero Farm

Hasil penelitian pada Tabel 7 menyatakan bahwa seluruh ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE jantan pada kondisi gigi I0 di CF dibandingkan

dengan yang ditemukan di DAYF memiliki keragaman yang lebih rendah, yang mengindikasikan bahwa kambing PE jantan dan umur I0 tersebut telah diseleksi lebih

(28)

28 (Tabel 8). Kambing PE betina pada kondisi gigi I0 terseleksi ke arah ukuran besar

pada tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, lebar kelangkang, lingkar dada dan lingkar kanon. Perubahan urutan ukuran tubuh dan keragaman ditemukan pada kambing PE jantan pada kondisi gigi I1 (Tabel 7). Seluruh ukuran-ukuran linear

permukaan tubuh kambing PE jantan I1 CF terseleksi ketat kecuali dalam dada.

Seleksi ketat berakibat pada penurunan ukuran pada semua ukuran tubuh kecuali panjang kelangkang. Hal yang tidak terlalu berbeda ditemukan pada betina (Tabel 8).

Tabel 8. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE Betina di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

Variabel

Betina (♀)

I0 I1 I2 I3

DAYF CF DAYF CF DAYF CF DAYF CF

Tinggi Pundak (X1) 2 1* 1 2* 2 1* 2* 1

Tinggi Pinggul (X2) 2 1* 1 2* 2 1* 2 1*

Panjang Badan (X3) 2* 1 1 2* 1 2* 1* 2

Lebar Dada (X4) 1* 2 2* 1 2* 1 1* 2

Dalam Dada (X5) 2* 1 1 2* 1 2* 1 2*

Lebar Pinggul (X6) 2 1* 1 2* 1 2* 2 1*

Lebar Kelangkang (X7) 2 1* 1 2* 1 2* 2 1*

Panjang Kelangkang (X8) 1* 2 1 2* 2* 1 2 1*

Lingkar Dada (X9) 2 1* 1 2* 1 2* 1 2*

Lingkar Kanon (X10) 2 1* 1* 2 1 2* 2* 1

Keterangan: tanda (*)= ukuran linear yang terseleksi; 1= besar; 2= kecil pada baris yang sama; DAYF= Doa Anak Yatim Farm, CF= Cordero Farm

Seluruh ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE betina I1 CF

terseleksi ketat kecuali lebar dada dan lingkar kanon. Seleksi ketat juga berakibat pada penurunan ukuran pada semua ukuran tubuh kecuali lebar dada. Hasil analisis pada Tabel 7 mengindikasikan bahwa seleksi lebih ketat pada kambing PE betina kondisi gigi I2 telah dilakukan di CF, kecuali lebar dada dan panjang kelangkang.

Fenomena yang berbeda ditemukan pada kambing PE kondisi gigi I3. Tabel 7 dan 8

(29)

29 dibandingkan dengan DAYF lebih terseleksi. Hasil seleksi memberikan ukuran yang lebih kecil pada jantan dan lebih besar pada betina. Perubahan ukuran tubuh kambimg PE jantan dan betina dari umur I0 sampai dengan I3 menunjukkan

perbedaan antara CF dan DAYF.

Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan cerminan pola pertumbuhan. Cerminan pola pertumbuhan pada kambing PE CF memperlihatkan pertumbuhan tidak secepat DAYF dari umur I0 sampai dengan I2, tetapi dari I2 ke I3 pertumbuhan

kambing PE CF lebih cepat dibandingkan DAYF. Perbedaan cerminan pola pertumbuhan kambing PE kemungkinan disebabkan perbedaan menejemen pemeliharaan yang di dalamnya melibatkan kebijakan peternak dalam program pemuliaan. Menurut Prasetyo (1999), pola pertumbuhan suatu ternak yang berbeda dapat terjadi sebagai akibat perbedaan menejemen pemeliharaan. Menejemen pemuliaan pada masing-masing lokasi pengamatan merupakan bagian dari menejemen pemeliharaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa semua faktor produksi (dalam satuan fisik) diperlukan untuk menghasilkan suatu produk peternakan, seperti pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan lahan usaha. Perbedaan iklim pada lokasi pengamatan juga mempengaruhi perolehan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh pada masing-masing lokasi pengamatan. Pada pengamatan ini, suhu, curah hujan dan kelembaban udara yang berbeda mengakibatkan perbedaan performa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh. Suhu di DAYF ditemukan lebih tinggi, dengan curah hujan yang lebih rendah serta kelembaban udara yang lebih tinggi, dibandingkan dengan di CF (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, 2012).

Uji Statistik T2-Hotelling

(30)

30 Pengaruh lingkungan pada penelitian ini disebabkan perbedaan suhu dan kelembaban perbedaan perkandangan, perbedaan kualitas pakan pada masing-masing lokasi pengamatan. Perbedaan suhu dan kelembaban menurut Williamson dan Payne (1993), dipengaruhi ketinggian tempat dan kondisi topografi.

Pada pengamatan ini, suhu, curah hujan dan kelembaban udara yang berbeda mengakibatkan perbedaan performa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh. Kecamatan Ciampea, tempat DAYF berdiri memiliki suhu 27 oC, curah hujan 2.400 mm/tahun dan kelembaban udara 76%. Kecamatan Ciomas, tempat CF berdiri memiliki suhu sedikit lebih rendah yaitu 26 oC, curah hujan yang lebih tinggi yaitu 4.000 mm/tahun dan memiliki kelembaban udara lebih rendah yaitu 70% (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, 2012).

Kualitas pakan kambing PE pada masing-masing lokasi penelitian tergantung dari ketersediaan rumput di masing-masing lokasi penelitian. Menurut Soeparno (2005), kosumsi dan kualitas pakan yang berbeda mempengaruhi performa ternak. Baik kambing PE di DAYF maupun di CF diberikan ampas kedelai dan hijauan. Hijauan berasal dari perkampungan sekitar. Jenis hijauan yang biasa diberikan terdiri atas rumput Imperata cylindrica (rumput ilalang), Panicum maximum (rumput benggala), Paspalum dilatatum (rumput Autralia), Brachiaria mutica (rumput para) dan legum seperti Calopogonium mucunoides (rumput kacang asu).

Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Peranakan Etawah (PE) di Doa Anak Yatim Farm dan di Cordero Farm

Berdasarkan Analisis Komponen Utama

Uraian berikut ini mengenai ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di DAYF dan di CF. Persamaan ukuran dan bentuk kambing PE di DAYF dan CF pada berbagai kondisi gigi, disajikan pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai eigen pada kambing PE di DAYF. Perolehan keragaman total 94,4% dan nilai eigen sebesar 992,98; diperoleh pada persamaan ukuran kambing PE di DAYF. Penciri ukuran tubuh kambing PE di DAYF adalah panjang badan (X3) dan lingkar dada (X9) dengan nilai vektor eigen

masing-masing sebesar +0,528 dan +0,550. Nilai korelasi antara ukuran dan panjang badan (X3) serta antara ukuran dan lingkar dada (X9) diperoleh sebesar +0,977 dan

(31)

31 Perolehan keragaman total pada persamaan bentuk tubuh kambing PE DAYF adalah 2,3% dengan nilai eigen sebesar 23,97. Penciri bentuk tubuh kambing PE di DAYF adalah lingkar dada (X9) dengan nilai vektor eigen sebesar 0,768. Korelasi

antara bentuk dan lingkar dada adalah 0,212.

Tabel 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai

Eigen pada Kambing PE di Doa Anak YatimFarm (DAYF)

Persamaan KT λ

Lingkar Dada (X9), Lingkar Kanon (X10), KT= Keragaman Total dan λ= Nilai Eigen

Tabel 10 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di CF. Perolehan keragaman total 96,4% dan nilai eigen sebesar 692,09; diperoleh pada persamaan ukuran kambing PE di CF. Penciri ukuran tubuh kambing PE di CF adalah panjang badan (X3) dan lingkar dada (X9) dengan nilai vektor eigen

masing-masing sebesar +0,476 dan +0,522. Korelasi antara ukuran dan panjang badan serta ukuran dan lingkar dada ditemukan sebesar +0,979 dan +0,992. Semakin besar nilai panjang badan dan lingkar dada maka skor ukuran tubuh kambing PE di CF semakin besar.

Tabel 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai

Eigen pada Kambing PE di CorderoFarm (CF)

Persamaan KT λ

Lingkar Dada (X9), Lingkar Kanon (X10), KT= Keragaman Total dan λ= Nilai Eigen

(32)

32 CF adalah panjang badan (X3) dengan nilai eigen sebesar 0,837, nilai korelasi

bentuk antara panjang badan adalah 0,198. Variabel panjang badan sebagai penciri bentuk kambing perah dibuktikan dengan produksi susu di CF adalah 2-2,5 l/hari pada kondisi gigi I3 yang lebih besar dibandingkan dengan produksi susu di DAYF

1,5-2 l/hari. Menurut Janssens dan Vandepite (2003) panjang badan merupakan penciri bentuk yang mempengaruhi kambing ke arah tipe perah.

Hasil rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di DAYF dan CF berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk, disajikan pada Tabel 11. Gambar 13 menyajikan ilustrasi diagram kerumunan kambing PE di DAYF dan CF.

Tabel 11. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing PE pada Doa Anak Yatim Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF)

Kelompok Penciri Ukuran Penciri Bentuk

Doa Anak Yatim Farm Panjang badan (X3)

Lingkar dada (X9)

Lingkar dada (X9)

Cordero Farm Panjang badan (X3)

Lingkar dada (X9)

Panjang badan (X3)

Skor ukuran kambing PE di DAYF dan CF, sama-sama besar dipengaruhi panjang badan (X3) dan lingkar dada (X9) sebagai penciri ukuran. Hal tersebut

terjadi karena kambing PE yang diamati pada dua lokasi pengamatan, kemungkinan memiliki proporsi darah kambing Etawah dan kambing Kacang yang sama. Penciri ukuran panjang badan lebih bersifat diwariskan, sedangkan lingkar dada merupakan sifat yang lebih dipengaruhi lingkungan. Menurut Dalton (1981), heritabilitas panjang tulang lebih lebih besar dibandingkan dengan heritabilitas bobot badan. Hal yang sama juga dinyatakan Janssens dan Vandepitte (2003) bahwa heritabilitas ukuran tubuh pada domba sebesar 0,26‐0,57 dengan korelasi genetik sangat tinggi terhadap bobot hidup.

Gizaw et al. (2008) melaporkan bahwa nilai heritabilitas panjang badan dan lingkar dada masing-masing sebesar 0,27 dan 0,31. Prihartini (2000) menyatakan nilai heritabilitas bobot badan lahir kambing PE 0,32.

Ukuran kambing PE di DAYF ditemukan lebih besar dibandingkan di CF, ukuran tersebut berpengaruh terhadap ukuran bobot badan rata-rata kambing PE jantan dan betina di DAYF lebih besar yaitu 35-40 kg dan 25-30 kg pada kondisi gigi I1, bila dibandingkan dengan ukuran bobot badan kambing PE jantan dan betina di

(33)

33 badan di kedua lokasi penelitian dipengaruhi perbedaan lingkungan terutama pada menejemen pemberian pakan, suhu, kelembaban dan curah hujan. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008), bobot badan kambing PE jantan pada umur 1-2 tahun adalah 40±9 kg dan pada betina adalah 34±6 kg.

Penelitian Zaman (1984) telah membuktikan bahwa keeratan hubungan ditemukan antara bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada ternak yang yang sedang tumbuh, sehingga pada penelitian ini skor ukuran memberikan efek positif terhadap bobot badan. Hanibal (2008) melaporkan bahwa keeratan hubungan antara skor ukuran dan bobot badan ditemukan positif pada domba persilangan Garut. Skor ukuran pada kerumunan kambing PE di DAYF memiliki rentang (50-175), memiliki skor ukuran lebih dari 175 ditemukan di CF. Hal ini menunjukkan bahwa data individu kambing PE yang lebih besar ditemukan di CF.

Keterangan: Jantan I0 DAYF, Betina I0 DAYF, Jantan I1 DAYF, Betina I1 DAYF,

Jantan I2 DAYF, Betina I2 DAYF, Jantan I3 DAYF, Betina I3 DAYF

Gambar 13. Diagram Kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm

(34)

34 Skor ukuran data kambing PE di CF memiliki selisih rentang 100 dan di DAYF memiliki selisih rentang 125. Berdasarkan selisih rentang skor ukuran data individu kambing PE tersebut disimpulkan bahwa kambing PE di CF lebih terseleksi ke arah ukuran kambing tipe perah. Hal ini dikarenakan kambing PE di CF sering dilibatkan dalam kontes kambing PE.

Penciri bentuk kambing PE di DAYF dan CF berbeda. Lingkar dada (X9)

merupakan penciri bentuk kambing PE di DAYF dan panjang badan (X3) merupakan

penciri bentuk di CF, masing-masing memberikan sumbangan paling besar pada skor bentuk. Selisih rentang skor bentuk data individu pada kambing PE di DAYF adalah 25 dan di CF adalah 15. Berdasarkan selisih rentang skor bentuk data individu kambing PE tersebut disimpulkan bahwa bentuk kambing PE di CF lebih seragam dibandingkan di DAYF, karena kambing PE di CF sering dilibatkan dalam kontes kambing PE. Bentuk kambing PE di CF lebih bersifat perah dibandingkan dengan kambing PE di DAYF.

Keterangan: Jantan I0 CF, Betina I0 CF, Jantan I1 CF, Betina I1 CF,

Betina I2 CF, Jantan I3 CF, Betina I3 CF

Gambar 14. Diagram kerumunan Data berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kambing PE di Cordero Farm

180 160

140 120

100 80

15

10

5

0

-5

Ukuran

B

e

n

tu

(35)

35 Hasil penelitian menyatakan bahwa penciri bentuk kambing PE di CF adalah panjang badan yang lebih banyak dipengaruhi efek genetis sehingga lebih banyak diwariskan. Hal yang berbeda ditemukan pada kambing PE di DAYF. Penciri bentuk kambing PE di DAYF adalah lingkar dada, yang lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perolehan skor bentuk kambing PE di DAYF banyak dipengaruhi sifat lingkar dada (penciri bentuk). Secara genetis, sifat ini tidak besar diwariskan dibandingkan dengan panjang badan. DAYF tidak pernah mengikuti kontes ternak sehingga belum terseleksi lebih ketat ke arah Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

Gambar 15 memperlihatkan perbedaan ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di DAYF dan CF pada setiap kondisi gigi. Perolehan skor ukuran dan skor bentuk pada kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3 merefleksikan pertumbuhan kambing PE pada

masing-masing lokasi penelitian. Kerumunan data individu kambing PE yang semakin mendekati kondisi gigi I3 semakin mengarah ke kanan grafik yang

(36)

36 kambing PE yang semakin mendekati kondisi gigi I3 semakin melebar kearah grafik

(37)

37 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ukuran tubuh kambing PE Cordero Farm (CF) ditemukan lebih besar daripada Doa Anak Yatim Farm (DAYF). Panjang badan dan lingkar dada merupakan penciri ukuran kambing PE di DAYF dan CF yang berkorelasi positif terhadap ukuran. Penciri bentuk pada kambing PE DAYF adalah lingkar dada yang berkorelasi negatif terhadap bentuk tubuh, sedangkan di CF adalah panjang badan yang berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh.

Bentuk kambing PE di DAYF berbeda dengan di CF. Lingkar dada banyak mempengaruhi bentuk tubuh kambing PE di DAYF, sedangkan panjang badan di CF. Keragaman ukuran dan bentuk ditemukan lebih rendah di CF yang mengalami seleksi ke arah tipe perah yang lebih ketat.

Saran

(38)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KAMBING PERAH

PERANAKAN ETAWAH DI PETERNAKAN

DOA ANAK YATIM FARM DAN

CORDERO FARM

SKRIPSI

R. EMBHAN SUKOWARSIH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(39)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KAMBING PERAH

PERANAKAN ETAWAH DI PETERNAKAN

DOA ANAK YATIM FARM DAN

CORDERO FARM

SKRIPSI

R. EMBHAN SUKOWARSIH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(40)

RINGKASAN

R. EMBHAN SUKOWARSIH. D14096011. 2013. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm. Skripsi. Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Kambing Peranakan Etawah (PE) penghasil susu dan daging (dwiguna) telah lama dibudidayakan di Indonesia. Penelitian mengamati keragaman ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di Doa Anak Yatim Farm (DAYF) Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan di Cordero Farm (CF) Ciapus, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga Mei 2012. Variabel ukuran linear permukaan tubuh kambing PE yang diamati meliputi tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2),

panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar

kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9), lingkar kanon (X10).

Kambing PE yang diukur sebanyak 185 ekor yang meliputi 97 ekor di DAYF (45 jantan dan 52 betina) dan 88 ekor di CF (35 jantan dan 53 betina). Kambing PE dibedakan berdasarkan kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3. Sampel kambing PE dipilih

secara tidak acak (Purposive Sampling). Statistika deskriptif dan T2-Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE di DAYF dan CF. Analisis Komponen Utama digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk tubuh kambing PE di DAYF dan CF. Diagram kerumunan dibuat untuk membandingkan ukuran dan bentuk tubuh antara kambing PE di DAYF dan CF.

Hasil statistika deskriptif menunjukkan ukuran tubuh kambing PE di CF ditemukan lebih besar dan lebih terseleksi ketat dibandingkan di DAYF. Uji T2 -Hotelling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE yang sangat nyata (P<0,01) antara kambing PE di DAYF dan CF. Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan bahwa penciri ukuran tubuh kambing PE di DAYF dan CF adalah panjang badan dan lingkar dada. Panjang badan dan lingkar dada kambing PE di DAYF berkorelasi positif dengan ukuran, masing-masing sebesar +0,977 dan +0,975; sedangkan di CF adalah +0,979 dan +0,992. Vektor Eigen

(41)

Kerumunan data individu kambing PE di DAYF dan di CF mengalami perubahan ukuran dan bentuk dari kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3. Pada penelitian ini,

kambing PE yang semakin berumur akan memiliki ukuran yang semakin besar dan bentuk yang semakin berubah, baik pada kambing PE di DAYF maupun di CF. Kata-kata Kunci: kambing PE, deskriptif, T2-Hotelling, analisis komponen utama,

(42)

ABSTRACT

Body Size and Shape of Etawah Grade Goat Dairy in Doa Anak Yatim Farm and

Cordero Farm

Sukowarsih, R.E., C. Sumantri and A.S. Tjakradidjaja

The study observed body size and shape variability of Etawah Grade dairy goat in Doa Anak Yatim Farm (DAYF) in Waru Tegal village, District Ciampea and Cordero Farm (CF) in Ciapus, Bogor. EG dairy goat consisted of 185 heads were divided into 97 heads in DAYF (45 males and 52 females) and 88 heads in CF (35 males and 53 females). Goat was not randomly selected (purposive sampling). Descriptive statistics indicated that body measurements of PE dairy goat in CF was higher and selected strict than in DAYF. T2-Hotelling showed highly significant (P<0.01) differences in linear measurements of body surface of EG dairy goat in DAYF and CF. Principal Component Analysis showed that the size discriminator of EG dairy goat in DAYF and in CF was similar, namely body length and chest circumference. Eigen vector of body length and chest circumference of EG dairy goat in DAYF were +0.528 and +0.550 respectively, and that of in CF were +0.476 dan +0.522 respectively. The possibility proportion of Ettawa and Local (Kacang) blood goats observed was the same. The range of PE goat size in DAYF obtained at 58.722 to 185.974 wider than those found in CF at 76.323 to 182.257. The shape discriminator of EG dairy goat in DAYF and CF was different. The shape discriminator of EG dairy goat in DAYF was 0.768, whereas that of body length in CF was 0.837. Clustered diagram showed that the body size will increase and its shape will change as the EG dairy goats from both farm are getting older.

(43)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KAMBING PERAH

PERANAKAN ETAWAH DI PETERNAKAN

DOA ANAK YATIM FARM DAN

CORDERO FARM

R. EMBHAN SUKOWARSIH D14096011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(44)

Judul : Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah Di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

Nama : R. Embhan Sukowarsih NIM : D14096011

Menyetujui, Pembimbing Utama

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

Pembimbing Anggota

(Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc.) NIP. 19610930 198603 2 003

Mengetahui, Ketua Departemenn

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(45)

RIWAYAT HIDUP

R. Embhan Sukowarsih dilahirkan pada tanggal 07 Januari 1988, merupakan buah kasih dari Bapak Zal Amri, SH dan Ibu Asmidah Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara yang sekarang bertempat tinggal di Jln. Urip Sumodiharjo, Kelurahan Binaraga, Kecamatan Rantau Selatan, Rantau Prapat, Labuhan Batu, Sumatera Utara.

Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri 12137, Rantau Prapat, Labuhan Batu. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Rantau Prapat, Labuhan Batu yang diselesaikan pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Rantau Utara, Labuhan Batu dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor Program Diploma melalui jalus USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Program Studi Teknologi dan Menejemen Ternak, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan studi ke Alih Jenis Peternakan di Institut Pertanian Bogor dengan jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(46)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memberikan informasi morfometrik dengan mengukur variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh kambing PE di masing-masing lokasi pengamatan. Dengan menggunakan metode Analisis Komponen Utama (AKU), akan didapatkan penciri ukuran tubuh (size) dan bentuk (shape). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai penampilan sifat kuantitatif berupa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE di Doa Anak Yatim Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF). Informasi kedekatan ukuran dan bentuk di masing-masing lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan populasi kambing PE pada ilustrasi diagram kerumunan.

Penulis berharap dengan segala keterbatasan dan kekurangan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah wawasan dan bermanfaat bagi pelestarian kambing PE di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm. Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

(47)
(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN... Kondisi Umum Lokasi Penelitian...

Doa Anak Yatim Farm di Kecamatan Ciampea... Cordero Farm di Kecamatan Ciomas... Analisis Statistik Deskriptif... Uji Statistik T2-Hotelling... Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Peranakan Etawah (PE) di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm Berdasarkan Analisis Komponen Utama... KESIMPULAN DAN SARAN...

Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... UCAPAN TERIMA KASIH... LAMPIRAN...

(49)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Peubah Reproduksi Ternak Kambing... 3 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati... 9 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman

Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi

Gigi I0 di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm... 23

4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi

Gigi I1 di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm... 24

5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi

Gigi I2 di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm... 25

6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi

Gigi I3 di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm... 26

7. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE Jantan di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero

Farm... 27 8. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh

Kambing PE Betina di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero

Farm... 28 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Kambing PE di Doa Anak Yatim

Farm (DAYF)... 31 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Kambing PE di Cordero Farm

(CF)... 31 11. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing PE

pada Doa Anak Yatim Farm (DAYF) dan Cordero Farm

(50)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c). Kamera Digital Sony Cybershot, (d). Pita Ukur Buterfly Brand, (e). Sepatu Boot AP, (f). Wearpack, (g). Kalkulator Casiofx-350ES, (h). Software statistik Minitab

15... 10 2. Susunan Gigi Kambing I0, I1, I2 dan I3... 11

3. Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing

PE yang Diamati... 12 4. Pengukuran Tinggi Pundak (X1) dan Tinggi Pinggul (X2)... 13

5. Pengukuran Panjang Badan (X3) dan Lebar Dada (X4)... 13

6. Pengukuran Dalam Dada (X5) dan Lebar Pinggul (X6)... 14

7. Pengukuran Lebar Kelangkang (X7) dan Panjang Kelangkang

(X8)... 14

8. Pengukuran Lingkar Dada (X9) dan Lingkar Kanon (X10)... 15

9. Peta Lokasi Doa Anak Yatim Farm Kampung Suka Maju, Desa

Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat... 19 10. Tipe Kandang Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm Kampung

Suka Maju, Desa Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor,

Jawa Barat... 20 11. Peta Lokasi Cordero Farm Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat... 21 12. Tipe Kandang Kambing Perah di Cordero Farm Ciapus, Bogor,

Jawa Barat... 22 13. Diagram Kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm... 33 14. Diagram kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Cordero Farm... 34 15. Diagram kerumunan Data Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero

(51)

xxi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotelling pada Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh antara Kambing PE Jantan Doa Anak Yatim Farm dan Kambing PE Cordero

Farm... 43 2. Hasil T2-Hotelling Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm

(DAYF) dan Cordero Farm (CF)... 45 3. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman

Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE di

Doa Anak Yatim Farm... 46 4. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman

Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE di

Cordero Farm... 47 5. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Kambing Peranakan

(52)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan ruminansia berukuran sedang dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) menyatakan bahwa populasi kambing di Indonesia berkisar 15,815 juta ekor pada tahun 2009, 16,620 juta ekor pada tahun 2010, yang meningkat menjadi 17,483 juta ekor pada tahun 2011.

Ternak kambing merupakan ternak penghasil daging dan susu (dwi guna). Beberapa sifat kambing yang menguntungkan seperti cepat berkembang biak, menjadikan ternak ini diminati masyarakat. Ternak kambing dapat melahirkan anak lebih dari satu ekor (2-4 ekor) dan dapat beranak tiga kali dalam waktu dua tahun di daerah tropis. Kambing perah dipelihara untuk memproduksi susu dan setelah tidak poduktif lagi dapat dijadikan sebagai penghasil daging. Susu kambing mempunyai kelebihan dibandingkan dengan susu sapi karena dipercaya mampu menyembuhkan penyakit Tuberuolosis (TBC) dan diare, disamping mempunyai kecernaan yang lebih tinggi. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu sapi sehingga memiliki daya cerna yang lebih tinggi.

Kambing perah yang dikenal di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE), kambing Etawah, kambing Saanen, kambing Jawarandu dan kambing Kacang. Kambing yang sering digunakan peternak untuk menghasilkan susu adalah kambing PE karena berproduksi susu tinggi, disamping kambing PE dapat beradaptasi dengan baik pada iklim tropis Indonesia. Kambing PE merupakan hasil persilangan grading up antara kambing Kacang dan kambing Etawah yang sudah beradaptasi sangat baik di lingkungan tropis Indonesia.

(53)

2 Tujuan

(54)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifkasi Kambing

Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; sub-filum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia

Bovidae; sub-familia Caprinae, genus Capra dan spesies Capra hircus (Myers et al., 2012). Kambing (Capra aegagrus hircus) adalah sub-spesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa (Batubara, 2007).

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Tanduk pada kambing jantan lebih besar dibandingkan betina. Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar adalah 1,3-1,4 m. Bobot kambing betina 50-55 kg, sedangkan jantan dapat mencapai 120 kg. Kambing liar menyebar dari Spanyol ke arah timur sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukai adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Kambing sudah dibudidayakan manusia sekitar 8.000-9.000 tahun yang lalu. Kambing hidup berkelompok 5-20 ekor di habitat aslinya (Batubara, 2007). Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromososm dan sifat reproduksi kambing secara umum. Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromosom dan sifat reproduksi kambing secara umum. Hal tersebut disajikan pada Tabel 1. Table 1. Peubah Reproduksi Ternak Kambing

Peubah Kambing

Jumlah kromosom (buah) Umur pubertas (bulan) Panjang siklus estrus (hari) Lama estrus (jam)

Terjadinya ovulasi (jam) Jumlah ovum persiklus (buah) Lama kebuntingan (hari)

(55)

4 Kambing Perah

Menurut Atabany (2001), kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya. Kambing perah yang biasa dipelihara adalah kambing lokal seperti kambing Etawah, Peranakan Etawah (PE) dan Jawarandu yang merupakan bangsa kambing perah tropis. Kambing Etawah merupakan keturunan dari kambing Jamnapari. Sifat perah kambing Jamnapari sangat baik dan juga sering dipelihara sebagai penghasil daging.

Davendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa kambing Etawah digunakan secara luas untuk meningkatkan mutu kambing asli di Malaysia dan Indonesia untuk tujuan produksi susu dan daging. Produksi susu kambing Etawah sekitar 235 kg selama masa laktasi 261 hari.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dan kambing Kacang (Heryadi, 2004). Heryadi (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa kambing PE termasuk bangsa kambing tipe dwiguna, sebagai penghasil daging dan susu. Kambing PE betina memiliki kemampuan menghasilkan susu yang cukup baik, rata-rata 1,2 l/ekor/hari selama fase 70 hari pertama laktasi atau 2-3 l/ekor/hari pada masa laktasi lebih dari 150 hari.

Kambing Etawah

Kambing Etawah merupakan bangsa kambing penghasil susu yang paling populer di India dan Asia Tenggara. Kambing Etawah berukuran besar, bertelinga panjang dan berasal dari daerah sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India. Etawah diambil dari tempat dimana Kambing Etawah dipelihara di distrik Etawah provinsi Pradesh Utara (Davendra dan Burn, 1994).

(56)

5 Kambing Kacang

Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing kacang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar. Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu.

Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm. Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur 12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).

Ciri-ciri kambing Kacang adalah memiliki bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam atau coklat), tetapi ditemukan juga campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Setiadi et al. (1997) menyatakan bahwa ukuran kambing Kacang betina dewasa adalah rataan panjang badan 50,33 ± 6,72 cm, tinggi pundak 52,00 ± 7,38 cm, tinggi pinggul 58,40 ± 1,67 cm, lingkar dada 64,77 ± 5,80 cm dan lebar dada 14,00 ± 2,49 cm.

Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing lokal Indonesia dan kambing dari India, yaitu antara kambing Kacang dan kambing Etawah, sehingga memiliki sifat diantara kedua kambing tersebut (Atabany, 2001). Kambing PE merupakan tipe dwiguna, penghasil susu dan daging (Davendra dan Burn, 1994). Kambing PE merupakan hasil persilangan

Gambar

Gambar 1.  Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c).
Gambar 3.  Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE yang
Gambar 6. Pengukuran Dalam Dada (X5) dan Lebar Pinggul (X6)
Gambar 8.  Pengukuran Lingkar Dada (X9) dan Lingkar Kanon (X10)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kambing Peranalcan Etawah menrpakan kambing hasil kawin tatar antara kambing Etawah dari India dengan kambing lokal Indonesia yaitu kambing *g, -- Kambing PE menrpakan

Nil&amp;-nilai ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh tumbuh labih dini karena.. ditentukan olah ukuran tulang

Tingkat konsumsi pada kambing perah selain dipengaruhi oleh bobot badan juga dipengaruhi oleh produksi susu dan periode laktasi (Avondo et al., 2008). Kambing saanen

Lingkar dada dengan bobot badan kambing PE jantan pada kelom- pok umur 36-60 bulan memiliki hubun- gan kuat, sedangkan pada ukuran tubuh lain pada kelompok yang sama me-

Hasil persamaan regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing PE betina dewasa dengan menggunakan variabel ukuran tubuh yakni lingkar dada ditunjukkan dengan rumus persamaan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan ukuran – ukuran tubuh kambing PE jantan pada berbagai umur, mengetahui hubungan antara bobot badan dengan ukuran-ukuran,

Indeks ukuran tubuh induk yang didapat dianalisis menggunakan korelasi dengan. jumlah anak per kelahiran kambing

2016.. Karya ilmiah yang berjudul : Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah Betina Dewasa di Kabupaten Klaten, dan