• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Jenis kambing peranakan etawah ………. 7 2 Jenis tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus

Lour.) ………..

10

3 Struktur vitamin E ……….. 19 4 Vitamin E dalam membrane sel ………. 20 5 Metabolisme karbohidrat pada ruminansia ……… 24 6 Metabolisme lemak pada ruminansia ………. 26 7 Metabolisme protein pada ruminansia ………. 28 8 Kelenjar susu ternak perah ………... 32 9 Mekanisme pelepasan hormon dan ekskresi susu ………… 37 10 Kurva produksi susu, konsumsi energi dan keseimbangan

energi pada kambing laktasi pertama ………...

38

11 Karakteristik tanaman daun bangun-bangun ……… 45 12 Keeratan hubungan di antara variabel penentu metabolisme

rumen in vitro ………...

66

13 Kambing PE yang digunakan dalam penelitian …………... 70 14 Model pengacakan perlakuan dan penempatan dalam setiap

unit kandang ……….

72

15 Penempatan ternak dalam unit kandang percobaan ………. 73 16 Pengaruh suplementasi daun bangun-bangun terhadap

produksi susu kambing PE selama laktasi………

98

17 Interaksi pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap produksi susu kambing PE selama laktasi ………

18 Bobot badan anak kambing yang menyusu pada induk dengan ransum suplementasi daun bangun-bangun ………

105

19 Bobot badan anak kambing yang menyusu pada induk dengan ransum suplementasi daun bangun-bangun dan

Zn-vitamin E ………..

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil pembibitan dan penanaman daun bangun-bangun di lapangan ………..

140

2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap koefisien cerna bahan kering in vitro……….

141

3 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap koefisien cerna bahan organik in vitro………

141

4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi VFA total in vitro………..

141

5 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi N-NH3 in vitro………..

142

6 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pH cairan rumen in vitro………

142

7 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap jumlah mikroba cairan rumen in vitro………..

142

8 Rata-rata konsumsi bahan kering hijauan induk kambing PE selama penelitian ………..

143

9 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi bahan kering ransum kambing PE………

144

10 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi protein ransum kambing PE……….

144

11 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi lemak ransum kambing PE………...

144

12 Hasil analisis ragam dan uji lanjut pengaruh perlakuan terhadap konsumsi serat kasar ransum kambing PE……

145

13 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi TDN ransum kambing PE………

14 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi Ca ransum kambing PE………

145

15 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi P ransum kambing PE………..

146

16 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi Zn ransum kambing PE………

146

17 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi vitamin E ransum kambing PE……….

146

18 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar protein darah kambing PE……….

147

19 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar lemak darah kambing PE………..

147

20 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar glukosa darah kambing PE……….

147

21 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar Ca darah kambing PE……….

148

22 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar P darah kambing PE………

148

23 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar Zn darah kambing PE……….

148

24 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar vitamin E darah kambing PE………

149

25 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pH darah kambing PE……….

149

26 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap Hb darah kambing PE…..………..

149

27 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap RBC darah kambing PE……….

150

28 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi susu dan FCM kambing PE………..

29 Data bobot badan induk kambing PE setelah partus dan selama menyusui ……….

151

30 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar protein susu kambing PE………

152

31 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar lemak susu kambing PE………

152

32 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar laktosa susu kambing PE……….

152

33 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar Ca susu kambing PE……….

153

34 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar P susu kambing PE………

153

35 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar Zn susu kambing PE………...

153

36 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar vitamin E susu kambing PE………

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu misi pembangunan peternakan adalah membangun sumberdaya manusia (SDM) berkualitas, melalui penyediaan pangan asal hewan (PAH) berupa ikan, daging, telur dan susu, yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein (Wasito 2005). Berdasarkan National Socio Economic Survey (2007), yang dilaporkan oleh BPS (2008), konsumsi energi masyarakat Indonesia baru mencapai 2 007.65 kkal/kapita/hari di tahun 2005, bahkan menurun menjadi 1 926.74 kkal/kapita/hari di tahun 2006. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan standar kebutuhan energi yaitu 2 500 kkal/kapita/hari. Demikian halnya konsumsi protein hewani asal ternak hanya sebesar 4.46 g/kapita/hari, dibandingkan dengan standar kebutuhan nasional, sebesar 6 g/kapita/hari. Jumlah konsumsi tersebut terdiri dari konsumsi protein asal daging 1.95 g/kapita/hari, telur 2.00 g/kapita/hari dan susu 0.51 g/kapita per hari atau setara dengan 2.94 kg susu /kapita/tahun.

Pada Tahun 2001 konsumsi susu mencapai 4.0 kg/kapita/tahun, dan sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu 13.87 %, tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 7.38 %. Kondisi ini disebabkan banyak faktor, terutama akibat keterpurukan ekonomi (Siswono 2006). Perkembangan konsumsi dan permintaan susu ini, diikuti dengan peningkatan produksi susu asal sapi perah sebesar 7.78 % atau mencapai 34.1 juta liter pada tahun 2006. Namun demikian, jumlah ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, sehingga masih dilakukan impor susu dari Australia dan Selandia Baru, rata-rata 30.5 ton/tahun (BPS 2008).

Saat ini, selain sapi perah, sedang digalakkan pula pengembangan ternak perah lainnya, yang memiliki potensi dan prospek sangat baik sebagai penghasil susu di antaranya kambing Peranakan Etawah (PE). Keunggulan kambing PE telah banyak dipublikasikan, di antaranya dapat beradaptasi di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk tipe dwiguna, memiliki sifat reproduksi yang baik (Sodiq et al. 2002) dan

susu kambing bernilai gizi tinggi, serta berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya asma dan TBC (Moeljanto and Wiryanta 2002). Kelebihan lain susu kambing ditengarai memiliki kandungan fluorine cukup tinggi, yang bermanfaat sebagai antiseptik alami dan diduga dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam tubuh. Selain itu, efek laksatif proteinnya rendah, sehingga tidak menyebabkan diare dan globula lemaknya kecil, sehingga mudah diserap (Damayanti 2002). Namun, realita yang ada menunjukkan bahwa perkembang-biakan kambing PE masih mengalami kendala, dalam hal kuantitas produksi susu yang masih terbilang rendah, yaitu 1.0 – 1.5 liter/ekor/hari (Balitnak 2004, Afandi 2007) dan tingkat mortalitas anak yang cukup tinggi dari lahir sampai disapih yaitu 16.6 – 55.0 % (Devendra and Burns 1994).

Rendahnya produksi susu erat kaitannya dengan rendahnya mutu pakan dan kurang optimalnya metabolisme rumen. Menurut Haenlein (2008), nilai heritability produksi susu adalah 0.25, sehingga diindikasikan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 25 %, sedangkan 75 % lainnya ditentukan oleh faktor lingkungan di antaranya pakan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu pada kambing PE masih dapat dioptimalkan melalui perbaikan mutu pakan. Dengan kata lain, melalui perbaikan pakan, produksi susu kambing PE di Indonesia dapat ditingkatkan mendekati produksi susu kambing etawah yaitu 3.5 liter/ekor/hari (Devendra and Burns 1994).

Perbaikan pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan fortifikasi, suplementasi maupun dengan pemanfaatan jenis pakan yang berpotensi meningkatkan produksi susu. Dari berbagai informasi diketahui bahwa selain daun katuk, jenis tanaman lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi susu adalah daun bangun-bangun (Depkes 2005). Lawrence et al. (2005) menyatakan bahwa dalam tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) ditemukan tiga komponen utama yang berkhasiat, yaitu komponen yang bersifat laktagogue, komponen zat gizi, dan komponen farmakoseutika. Hal ini telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, di antaranya Silitonga (1993) yang mendapatkan bahwa terjadi peningkatan produksi susu sampai 30 % pada tikus putih dan pertumbuhan anak lebih

baik. Demikian halnya penelitian yang dilakukan Santosa (2001), memperlihatkan peningkatan produksi air susu ibu (ASI) sampai 47.4 % pada ibu menyusui dan pertambahan bobot badan bayi lebih tinggi. Penelitian lain yang dilakukan Damanik et al. (2001), menunjukkan bahwa pada ibu melahirkan, konsumsi daun bangun-bangun membantu mengontrol postpartum bleeding dan berperan sebagai uterine cleansing agent, sedangkan pada ibu menyusui, konsumsi daun bangun-bangun dapat menstimulir produksi susu, tanpa efek merugikan.

Tinggi rendahnya produksi susu juga tergantung dari proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh ternak. Kondisi ini adalah kenyataan yang dihadapi peternak akibat model pemberian pakan, yang hanya dititik beratkan pada pemenuhan kebutuhan protein dan energi semata (zat gizi makro), sedangkan zat gizi mikronya kurang diperhatikan. Keseimbangan protein dan energi memang sangat diperlukan untuk produktivitas optimal dari ternak ruminansia, namun tidak jarang terlihat secara visual produksi dan reproduksi ternak masih tidak normal, bahkan sering timbul simptom klinis, walaupun bahan makanan yang diberikan pada ternak cukup banyak. Pada kondisi seperti ini, praduga dapat diarahkan kepada ketidakseimbangan zat gizi mikro yaitu mineral dan vitamin.

Menurut Ziegler (1996), banyak mineral berperan penting dalam metabolisme, di antaranya mineral Zn yang berfungsi sebagai kofaktor dari banyak enzim metabolisme. Piliang (2000) menyatakan bahwa melalui beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa mineral Zn kurang tersedia dalam pakan hijauan. Hasil analisis Hartadi et al. (1995) mendapatkan bahwa kandungan Zn dalam hijauan pakan ruminansia di Indonesia hanya berkisar antara 13 - 32 mg/kg bahan kering, sehingga menurut Adiati et al. (2001), apabila mengacu pada rata-rata konsumsi bahan kering sebesar 3% dari bobot badan per hari, maka kambing PE hanya mendapatkan asupan Zn sebesar 0.84 – 1.26 mg/kg bahan kering per hari. Padahal NRC (1981), merekomendasikan kebutuhan Zn kambing perah seharusnya di atas 40 mg/kg BK ransum per hari dan secara kontinyu harus disuplai, sebab hanya sedikit Zn yang disimpan tubuh dalam bentuk tersedia siap pakai. Namun, kebutuhan ini sangat

tergantung dari beberapa faktor seperti umur, bobot badan, jenis kelamin dan status fisiologi (Cousins 1996).

Pentingnya ketersediaan Zn, menjadi dasar perlunya suplementasi Zn dalam pakan ruminansia. Mineral Zn merupakan faktor penting dalam proses metabolisme, karena Zn sebagai kofaktor lebih dari 30 macam enzim yang berfungsi dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat (Riis 1983). Selain itu, Zn berperan dalam pemeliharaan fungsi sistem imun, untuk pembentukan antibodi yang menjaga daya tahan tubuh ternak (Frandson 1992). Rendahnya ketersediaan Zn dapat menyebabkan gangguan metabolisme, sehingga ketersediaan zat gizi dalam darah, yang dibutuhkan baik untuk daya tahan tubuh maupun proses produksi menjadi berkurang.

Meskipun demikian, menurut Cousins (1996), Zn dalam ransum tidak sepenuhnya dapat dimetabolisme dan dimanfaatkan oleh ternak. Zn hanya mampu diserap sebesar ± 33%. Untuk membantu penyerapan Zn, ada komponen lain yang terlibat dalam mekanisme biokimia ini. Komponen yang dimaksud adalah vitamin, salah satunya vitamin E. Menurut Lonnerdal (1988), vitamin E bersama-sama Zn, sangat penting untuk menjaga kesehatan dan memelihara performans. Mekanisme interaksi Zn-vitamin E terjadi pada level membran. Zn dapat memperbaiki integritas membran, sedangkan vitamin E memelihara struktur membran dan melindungi dari stress peroksidasi. Dengan demikian, Zn-vitamin E secara sinergis mempertahankan integritas membran sel. Hasil penelitian Hurley et al. (1983), mendapatkan bahwa transport Zn atau vitamin E melewati membran sel tergantung pada level Zn atau vitamin E dalam membran. Vitamin E juga memiliki fungsi penting lain yaitu mempertahankan produksi optimal, pertumbuhan normal, melindungi sel darah dari hemolisis, dan terlibat dalam metabolisme terutama metabolisme lemak yaitu dengan membantu penyerapan lemak dan mencegah oksidasi asam lemak (Sokol 1996). Selain itu, dapat meningkatkan hipersensitivitas lambat dari sistem imun, yaitu suatu respons imunologis untuk melawan kanker, parasit dan infeksi kronis (Vitahealth, 2004).

Peran vitamin E dalam membantu penyerapan Zn diharapkan dapat memperbaiki metabolisme dan memicu peran daun bangun-bangun dalam meningkatkan produksi susu. Selain itu, sebagai antioksidan, vitamin E dapat menghambat proses oksidasi lemak susu, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan preferensi konsumen terhadap susu kambing yang masih rendah karena bau susu yang menjadi faktor pembatas. Padahal dari segi komposisi kimia, susu kambing lebih tinggi dibanding susu sapi (Walstra et al. 1999), bahkan setara dengan air susu ibu (Akers 2002).

Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa sampai saat ini penelitian yang menjadi landasan bagi aplikasi pemanfaatan daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dan Zn-vitamin E dalam ransum, untuk mengetahui peranannya dalam memperbaiki metabolisme rumen dan meningkatkan produksi susu kambing PE belum pernah dikaji, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan terhadap masalah-masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :

1. Mengkaji pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum terhadap metabolisme in vitro dan produksi susu.

2. Mengkaji mekanisme fisiologis interaksi pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum terhadap metabolisme in vitro dan produksi susu.

3. Mengkaji respon peningkatan pertumbuhan anak selama menyusu pada induk yang mendapat ransum mengandung daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan metabolisme in vitro dan produksi susu.

2. Terdapat suatu mekanisme fisiologis spesifik dan interaksi pengaruh yang positif di antara daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam memperbaiki metabolisme in vitro dan produksi susu.

3. Suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E menghasilkan pertumbuhan anak yang lebih baik.

Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat :

1. Menambah informasi mengenai manfaat daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam memperbaiki metabolisme dan meningkatkan produksi susu, sehingga dapat membantu upaya peningkatan produktivitas kambing PE melalui perbaikan pakan.

2. Menghasilkan anak kambing PE yang berbobot badan lebih tinggi.

3. Meningkatkan nilai tambah tanaman tradisional dan memasyarakatkan penggunaannya baik terhadap ternak maupun manusia.

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Peranakan Etawah Potensi

Kambing perah sering dianggap miniatur atau bentuk kecil dari sapi perah. Meskipun banyak persamaan, tetapi perbedaan di antara kedua ternak ini sangat nyata, baik dari sifat produksi maupun reproduksinya. Dengan meningkatnya permintaan susu kambing, maka populasi kambing perah juga mengalami peningkatan. Saat ini, populasi kambing di Indonesia mencapai 13 182 000 ekor, yang mengalami peningkatan 3.14 % dibanding tahun sebelumnya (Ditjennak 2006).

Salah satu jenis kambing perah yang sekarang ini mulai mendapat perhatian serius adalah kambing peranakan etawah (PE) (Gambar 1). Pemeliharaan kambing ini memberikan pengaruh besar terhadap sistem pertanian pedesaan, karena telah beradaptasi baik di sebagian besar wilayah Indonesia. Kambing PE adalah hasil persilangan kambing etawah (jamnapari) dan kambing kacang, dengan proporsi genotipe yang tidak jelas. Jenis kambing ini memiliki cirri bentuk muka cembung, telinga panjang menggantung, postur tubuh tinggi, panjang dan agak ramping (Balitnak 2004).

Perkembangbiakan kambing PE relatif cepat, karena dapat beradaptasi dengan berbagai jenis hijauan pakan (Tomaszewska et al. 1993), dan memiliki keunggulan reproduksi seperti mencapai pubertas pada umur 10 – 12 bulan, siklus birahi 20 – 21 hari, lama birahi 24 – 48 jam dan lama bunting berkisar antara 142 – 156 hari (Sutama et al. 1996). Selain itu, kambing ini memiliki jumlah anak sekelahiran berkisar 1 – 3 ekor, bobot lahir anak berkisar 3.0 – 4.5 kg, berat sapih 13 – 15 kg. Keuntungan lain dari kambing PE adalah termasuk tipe dwiguna, yaitu dapat menghasilkan daging dan susu. Produksi susunya berkisar 1.0 – 1.5 liter/ekor/hari, sepanjang masa laktasi antara 5 – 6 bulan, dengan masa kering 2 – 3 bulan (Balitnak 2004).

Saat ini produksi susu kambing telah memberikan kontribusi sebesar 35 % terhadap total produksi susu dunia, atau mengalami peningkatan cukup berarti dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 9 % (Weinstein 2005). Susu kambing juga memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu berikisar Rp. 12 000 – Rp. 15 000 per liter (Afandi 2007).

Pakan

Pakan untuk ternak perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan sapi baik fisik maupun reproduksi. Itulah sebabnya pemberian pakan pada ternak perah harus sesuai dengan kebutuhan. Rekomendasi kebutuhan nutrisi kambing perah (NRC 1981) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekomendasi kebutuhan zat gizi kambing perah KEBUTUHAN

STATUS BAHAN KERING

(kg) PROTEIN KASAR (kg) TDN (kg) BB 30 Kg, Produksi

Susu 1 liter, kadar Lemak 4 %

Kebutuhan zat gizi ternak perah sangat erat hubungannya dengan bobot hidup dan tingkat produksi. Bahkan pada setiap bulan dalam masa laktasi selera makan ternak dapat berubah. Oleh karena itu, perlu pengaturan pemberian pakan pada awal dan akhir laktasi. Pada awal laktasi biasanya akan terjadi neraca negatif, karena zat makanan lebih banyak dikeluarkan ke dalam air susu, feces serta urine dan jumlahnya melebihi jumlah yang diperoleh dari makanan. Dengan demikian, kekurangan zat makanan akan diambil dari tubuh, sehingga ternak akan kehilangan bobot badan. Hal ini tidak dapat dicegah, meskipun dengan meningkatkan jumlah pemberian pakan, karena pada saat berproduksi dan setelah beranak, pakan diperlukan untuk pemulihan kondisi tubuh ternak dan pertumbuhan anak. Sebaliknya, pada akhir laktasi diperlukan penambahan jumlah pakan, untuk mengantisipasi kehilangan bobot badan (Sutardi 1981).

Pakan ternak perah secara umum terbagi atas dua kategori yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang biasa diberikan biasanya yang bersifat bulky, tinggi serat dan relatif rendah kandungan energinya, seperti rumput pastura, hay, silase, daun-daunan dan hijauan lainnya, sedangkan konsentrat dapat tersusun dari jagung, gandum dan bahan lainnya yang merupakan sumber protein atau energi, tetapi rendah serat kasar (Sudono et al. 2003). Rumput raja adalah satu di antara sekian banyak jenis hijauan pakan, yang biasa digunakan sebagai pakan kambing PE. Hijauan ini memiliki kandungan gizi baik dan mudah ditanam, sehingga menjadi pilihan dalam penyediaan hijauan (Balitnak 2004).

Selain jenis tanaman konvensional yang sudah dikenal, beberapa jenis tanaman lain mulai mendapat perhatian untuk digunakan sebagai pakan, seperti tanaman herba. Dipilihnya jenis tanaman ini berkaitan dengan ditemukannya manfaat tanaman tersebut, baik dalam memperbaiki gizi ransum, maupun efek fisiologis dan farmakologisnya. Jenis tanaman herba yang mulai dicobakan pada ternak di antaranya daun katuk dan daun bangun-bangun (Depkes 2005).

Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)

Daun bangun-bangun (Gambar 2) atau Coleus amboinicus Lour adalah jenis tanaman herba, yang telah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama daerah Sumatera, khususnya masyarakat Batak (Depkes 2005) dan bahkan telah tersebar luas diberbagai negara terutama negara-negara Asia (NHEI 2005).

Gambar 2 Jenis tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)

Tanaman ini memiliki beberapa sinonim nama seperti Coleus aromaticus Benth, Coleus carnosus Hassk., Coleus suborbiculata Zoll. & Mor., Plectranthus aromaticus Roxb. (Heyne 1987), Coleus suganda Blanco (Depkes 2005) atau Plectranthus amboinicus (Menendez and Gonzales 1999, EEBC 2005, NHEI 2005). Di Indonesia dan berbagai negara lain, daun bangun-bangun dikenal dengan banyak variasi nama, seperti pada Tabel 2. Selain memiliki banyak sinonim nama,

ternyata jenis tanaman coleus memiliki banyak varietas di antaranya Compact Grey (Hamilton 2006), Mexicant Mint dan Hortela Gorda (Kress 2007). Setiap varietas memiliki fungsi farmakologis yang berbeda.

Tabel 2 Beberapa variasi nama Coleus amboinicus Lour.

Daerah Di Indonesia1 Nama Negara Lain2 Nama Batak Bangun-bangun, Torbangun

Australia Five in one

Madura Daun kambing India Ajma paan, Karpooravalli Patharchur, Pashanbandha,

Sunda Aceran East Timor Soldar

Flores Majha nereng Philipine Suganda

Jawa Daun jinten,

daun hati-hati, daun kucing

Malaysia Daun bangun-bangun

Bali Iwak Portugal Oregano, Cuban oregano, Puerto Rican oregano

Timor Kumuetu Vietnam Can day la, Rau cang, Rau thom lun

Melayu Sukan Negara

lainnya

Mother of Herbs, Spanish Thyme, Indian Borage atau Broadleaf Thyme

1

Heyne (1987), BPPT (2002), Depkes (2005)

2

Iyer (2004), Shipard (2005), Allen (2006)

Berdasarkan sistematika klasifikasi tanaman (Heyne 1987, USDA 2005), daun bangun-bangun termasuk dalam :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Sub Class : Asteridae

Order : Solanales

Family : Labiatae (Lamiales) Sub Family : Lamiaceae

Genus : Coleus (Plectranthus) Species : Coleus amboinicus Lour.

Tanaman daun bangun-bangun adalah sejenis terna (Heyne 1987) atau tumbuhan dengan batang lunak, tidak berkayu atau hanya mengandung jaringan kayu sedikit sekali, sehingga pada akhir masa tumbuhnya mati sampai ke pangkalnya tanpa ada bagian batang yang tertinggal di atas tanah (DEPDIKNAS 2003). Tanaman ini termasuk tanaman annual (setahun) dan perennial (tahunan) (Heyne 1987), biasanya tumbuh liar baik di pekarangan, kebun, bahkan sampai daerah pegunungan, dengan ketinggian 1000 m atau 1100 m dpl dan banyak juga yang memanfaatkan sebagai tanaman rempah-rempahan (BPPT 2002).

Ciri tanaman daun bangun-bangun adalah berbatang bulat, sedikit berbulu dan lunak ; daunnya berbentuk bulat lonjong seperti bed pingpong, tebal dan bergerigi ; jarang berbunga, tetapi mudah dibiakkan dengan stek, pada tempat yang cukup air dan sinar matahari (BPPT 2002). Tanaman ini dapat mencapai tinggi 30 – 45 Cm dengan jarak tanam 38 – 45 Cm (ARCBC 2004). Di negara-negara yang memiliki 4 musim, tanaman ini dapat menghasilkan tiga variasi bunga yaitu merah (Rose; Mauve), Ungu (Violet; Lavender) atau putih (White; Near White) (NHEI 2005).

Banyak khasiat daun bangun-bangun yang telah dilaporkan, informasi lisan disampaikan oleh beberapa masyarakat Batak yang mengembangkan dan menggunakan daun bangun-bangun di antaranya Sihombing (2005), yang mengatakan bahwa daun bangun-bangun biasa digunakan masyarakat Batak untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh, juga untuk meningkatkan jumlah air susu ibu menyusui. Penggunaannya adalah dengan cara dimasak seperti halnya memasak sayuran pada umumnya. Pendapat ini didukung Depkes (2005), yang menyatakan bahwa daun bangun-bangun memiliki berbagai khasiat seperti mengatasi

demam, influenza, batuk, sembelit, radang, kembung, sariawan, sakit kepala, luka/borok, alergi, diare dan meningkatkan sekresi air susu.

Secara ilmiah, khasiat daun bangun-bangun telah dikemukakan beberapa peneliti. Silitonga (1993) melaporkan bahwa penggunaan daun bangun-bangun dapat

Dokumen terkait