• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Percobaan Pendahuluan)

Pendahuluan

Pakan adalah bahan makanan ternak yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan ternak, baik untuk hidup pokok, maupun untuk proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Seperti ternak ruminan lainnya, pakan utama kambing PE terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian hijauan sangat diutamakan, yang disarankan dalam bentuk segar dan bervariasi. Namun pemberian konsentrat juga penting, sebagai sumber protein, karena hijauan pakan belum mampu mencukupi kebutuhan ternak kambing PE, terutama untuk produksi susu.

Selain hijauan dan konsentrat sebagai pakan basal, saat ini penggunaan tanaman herba sudah mulai diterapkan. Penggunaan tanaman ini ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan produksi ternak. Salah satu jenis tanaman herba yang dapat digunakan adalah tanaman daun bangun-bangun.

Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) adalah jenis tanaman yang memiliki efek fisiologis dan farmakologis penting. Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat Batak, sebagai tanaman yang berkhasiat memperlancar sekresi air susu pada ibu menyusui (Sihombing 2005), karena dalam tanaman ini terkandung senyawa-senyawa yang bersifat laktagogue yaitu komponen yang dapat menstimulir produksi kelenjar air susu pada masa laktasi (Lawrence et al. 2005). Sejauh ini, informasi mengenai sifat fisik dan kimia tanaman daun bangun-bangun sudah banyak dipublikasikan. Meskipun demikian, informasi yang tersedia sangat beragam dan apabila ditelusuri dari karakteristik tanaman, sifat-sifat yang dikemukakan berasal dari varietas berbeda.

Untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai tanaman daun bangun-bangun, yang nantinya akan digunakan dalam percobaan in vitro dan in vivo, maka perlu dilakukan percobaan penanaman. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik agronomi, komposisi gizi dan produksi tanaman. Diharapkan hasil

percobaan ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat sejauh mana tanaman daun bangun-bangun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi dan Bantar Kemang Bogor. Lama penelitian 17 bulan yaitu mulai Juli 2005 sampai Desember 2006.

Bahan Penelitian

Dalam percobaan ini, bahan yang dibutuhkan terdiri dari :

- Bibit tanaman daun bangun-bangun, diperoleh dari daerah Cilendek dan Cimanggu.

- Pupuk langsung pakai (PLP) daun, untuk memacu pertumbuhan tanaman, yang diberikan 2 kali seminggu selama 4 minggu, dengan cara penyemprotan.

- Diazinon untuk anti serangga, dengan dosis penggunaan 2 ml/liter air, yang diberikan 2 minggu sekali selama 3 kali berturut-turut.

Metode Penelitian

Percobaan pendahuluan ini dilaksanakan secara deskripsi, dengan melakukan penanaman tanaman pada beberapa petak percobaan dan pot/polibag. Penanaman dilakukan pada tiga areal lahan masing-masing seluas 600, 300 dan 300 m2, dengan jarak tanam 30 cm. Perbanyakan tanaman dimulai dengan pembibitan dalam pot dan polibag, menggunakan stek tanaman. Setelah berumur 2 minggu, tanaman dikembangkan pada lahan yang sudah disiapkan. Tanaman dipanen setelah berumur 3 bulan untuk digunakan dalam percobaan in vitro dan in vivo. Selama penanaman, dilakukan perawatan tanaman seperti penyiraman, penyiangan, penyemprotan pupuk dan anti serangga.

Pengamatan terhadap tanaman dilakukan sejak pembibitan sampai pemanenan hasil, terhadap :

฀ Karakteristik tanaman meliputi cara tanam, tinggi tanaman, lebar daun, bentuk daun, bentuk batang, umur berbunga, warna bunga, hama tanaman.

฀ Kandungan gizi tanaman.

฀ Produksi tanaman per areal lahan.

Pengukuran beberapa karakteristik dan produksi tanaman dilakukan secara manual dengan menggunakan alat ukur, sedangkan analisis kandungan gizi menggunakan analisis proksimat (Apriyantono et al. 1989) untuk komponen nutrien, analisis Van Soest (Van Soest 1967) untuk komponen serat, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) mengikuti prosedur AOAC (1995) untuk komponen mineral dan HPLC (High Performance Liquid Chromatography), mengikuti prosedur AOAC (1995) untuk vitamin E. Analisis ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Cimanggu.

Analisis Statistik

Analisis data yang digunakan adalah tabulasi dan hasil analisis laboratorium terhadap kandungan gizi di konversi atas dasar bahan kering.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Tanaman

Karakteristik tanaman adalah ciri atau sifat dari tanaman, yang dapat diamati melalui bentuk, ukuran, warna dan karakter lainnya. Selama percobaan penanaman daun bangun-bangun, telah diamati beberapa karakteristik tanaman, seperti pada Gambar 11.

Beberapa karakter tanaman pada Gambar 11 tersebut sesuai dengan ciri tanaman daun bangun-bangun yang dikemukakan BPPT (2002), yaitu mudah dibiakkan dengan stek ; berbatang bulat, sedikit berbulu dan lunak ; daunnya berbentuk bulat lonjong seperti bed pingpong dan bergerigi. Tanaman ini, memiliki

lebar daun 8 -10 cm dan dapat mencapai tinggi 50 – 80 cm. Tinggi tanaman hasil percobaan ini lebih tinggi dari tinggi tanaman yang dikemukakan oleh ARCBC (2004) yaitu 30 – 45 cm, sedangkan warna bunga hanya ditemukan satu warna yaitu ungu muda, sedangkan di negara-negara yang

Daun Batang Bunga Bulat lonjong, Bulat, sedikit berbulu, Ungu muda Pinggiran bergerigi tekstur lunak

Gambar 11 Karakteristik Tanaman Daun Bangun-Bangun

memiliki 4 musim, tanaman ini dapat menghasilkan tiga variasi bunga yaitu merah, ungu atau putih (NHEI 2005). Tinggi tanaman ini dihasilkan dari penanaman yang mendapatkan naungan sebesar 40 – 60 %, karena lahan yang tersedia adalah lahan yang telah ditanami tanaman kaliandra. Hasil ini lebih baik dibandingkan tinggi tanaman pada areal yang tidak mendapat naungan, yaitu hanya ± 30 cm. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Urnemi (2002), yang mendapatkan bahwa pada penanaman Coleus amboinicus dengan naungan 50 % menghasilkan tinggi tanaman 59.55 cm dan naungan 75 % menghasilkan tinggi daun 90.64 cm, dan lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa naungan, yang hanya mencapai 38.18 cm.

Pada awal tanam, bagian stek yang digunakan setinggi ± 6 cm dan 4 – 7 hari setelah tanam, mulai tumbuh akar. Pada umur dua bulan, mulai muncul anakan pada ketiak daun, dengan jumlah anakan 2 – 10. Pada keadaan ini, tanaman dapat distek untuk pembibitan baru. Tanaman induk akan tumbuh lagi lebih cepat dari sebelumnya dan setelah muncul anakan pada ketiak daun, dapat distek kembali, tetapi sesudah itu, tanaman induk akan mati. Itu berarti tanaman ini termasuk tanaman annual (setahun). Hasil ini kurang sesuai dengan pendapat Heyne (1978), yang menyatakan bahwa

tanaman daun bangun-bangun termasuk tanaman annual (setahun) dan perenial (tahunan). Pada umur tiga bulan, batang tanaman mulai berubah warna dari hijau menjadi merah, sedangkan mulai bulan keempat sampai keenam, tanaman mencapai tinggi dan lebar daun maksimal, batang tanaman berwarna merah dengan tekstur lebih keras dan mulai berbunga. Tanaman yang terlalu tinggi, mudah rebah ke tanah dan cenderung mengalami pembusukan.

Selama percobaan penanaman daun bangun-bangun, ditemukan juga beberapa hama tanaman, yang merusak tanaman pada kondisi tertentu. Belalang adalah hama tanaman yang ditemukan paling sering, menyerang daun sehingga daun berlubang dan rusak. Bekicot banyak ditemukan pada musim hujan atau areal lahan yang terlalu basah dan dapat menghabiskan tanaman hingga tertinggal akar saja. Semut adalah jenis hama yang ditemukan pada areal lahan yang menggunakan pupuk kandang, sedangkan bekicot dan ulat, hanya ditemukan pada areal yang berdekatan dengan areal penanaman tanaman hortikultura.

Tanaman daun bangun-bangun tidak tahan terhadap curah hujan dan penyinaran yang berlebihan (mudah busuk atau layu). Tanaman akan tumbuh lebih baik apabila terdapat tanaman pelindung. Tanaman dapat dipanen paling cepat umur 2 bulan, yang pada kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Hasil percobaan penanaman daun bangun-bangun dapat dilihat pada Lampiran 1.

Komposisi gizi

Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Ternak (2006) dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2006), diketahui komposisi zat gizi daun bangun-bangun seperti pada Tabel 11.

Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa zat gizi yang terkandung dalam daun bangun-bangun cukup baik. Meskipun kadar lignin terlihat cukup tinggi. namun tanaman yang tergolong herba memiliki kandungan dinding sel lebih rendah dibanding rumput (Benmoon Pharma Research 2006). Dengan demikian. tidak mempengaruhi proses pencernaan. karena lignin dapat mempengaruhi proses

pencernaan hanya jika berada dalam dinding sel seperti pada tanaman rumput (Arora 1995).

Produksi

Hasil pengamatan selama percobaan penanaman diperoleh produksi segar per rumpun tanaman berkisar 300 – 350 gram. sedangkan produksi per petak tanam (4 x 7 m)

Tabel 11 Komposisi zat gizi daun bangun-bangun

Komponen Zat Gizi Satuan Jumlah

Bahan Kering* % 33.12 Protein Kasar* % 18.60 Serat Kasar* % 16.36 Lemak* % 3.20 Beta-N* % 44.72 Abu* % 17.12 Ca* % 2.39 P* % 0.57 Zn** ppm 3.90 Fe** ppm 9.03 Mn** ppm 13.13 Mg** % 0.14 Vitamin E** ppm 0.24 TDN*** % 63.79 NDF* % 67.50 ADF* % 35.48 Hemiselulosa* % 32.02 Selulosa* % 15.13 Lignin* % 19.68

* Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak (2006)

**

Hasil analisis Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2006)

***

Hasil perhitungan berdasarkan rumus Sutardi (1981) Komposisi zat gizi dihitung atas dasar bahan kering

berkisar 20 – 23 kg atau rata-rata 21.5 kg. Dari 20 petak tanam. dengan luas areal 560 m2, didapat produksi segar 420 kg, dari umur panen tiga bulan. Dari total panenan tanaman daun bangun-bangun segar memiliki proporsi 27.78 % batang dan 72.22 %

daun. Apabila dikonversikan ke dalam produksi segar/ha, maka diperkirakan produksi yang akan diperoleh sebesar:

10.000

--- X 420 kg = 7.500 kg segar/ha 560

Simpulan

1. Tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) memiliki karakteristik yang khas dan mudah diperbanyak dengan menggunakan stek, namun tidak tahan pada penyinaran dan curah hujan yang berlebihan.

2. Tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) memiliki kandungan gizi cukup baik, di antaranya kadar protein, kalsium (Ca) dan zat besi (Fe), yang relatif tinggi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan suplai kebutuhan gizi ternak, terutama pada masa laktasi.

3. Produksi tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) cukup tinggi, dengan umur panen yang relatif singkat, sehingga dapat menjamin ketersediaannya jika digunakan sebagai suplemen pakan untuk ternak.

Dokumen terkait