• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

1 Daftar situs web resmi provinsi di Indonesia ... 129 2 Daftar pertanyaan untuk pengiriman pesan ke alamat e-mail dan

buku tamu ... 130 3 Kuesioner evaluasi usability ... 135 4 Form pernyataan kesediaan direkam ... 137 5 Form data diri ... 138 6 Form penilaian provinsi ... 141 7 Form questionnaire of user interface satisfaction (QUIS) ... 143 8 Karakteristikresponden ... 145 9 Karakteristikresponden pengguna internet ... 146 10 Daftar peraturan daerah yang dipublikasikan sampai periode Juni

2012 ... 149 11 Daftar nama fasilitas buku tamu atau sejenisnya ... 151 12 Daftar nama dinas komunikasi provinsi ... 152 13 Hasil uji korelasi skor QUIS dan skor kondisi usability menurut

responden ... 153 14 Hasil rekapitulasi ucapan dan ekspresi responden ... 154 15 Skor normalisasi variabel jumlah langkah ... 156 16 Skor normalisasi variabel jumlah waktu ... 157 17 Skor normalisasi variabel kesuksesan tugas ... 158 18 Skor normalisasi variabel kepuasan responden (QUIS) ... 159 19 Skor normalisasi kelengkapan konten ... 160 20 Total skor evaluasi usability ... 161 21 Daftar jumlah masalah accessibility pada setiap situs web provinsi

xxiii

22 Hasil uji korelasi parameter-parameter dan skor hasil evaluasi

usability ... 167 23 Hasil uji korelasi skor hasil evaluasi usability dan skor hasil

evaluasi accessibility ... 168 24 Rekapitulasi hasil evaluasi usability dan accessibility ... 169 25 Rekomendasi peningkatan performa accessibility ... 171

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan teknologi situs web dewasa ini dalam menyajikan berbagai kebutuhan informasi dan layanan digital bagi pengguna semakin beragam dan inovatif. Namun pada kenyataannya, tidak semua situs web memenuhi prinsip dasar seperti mudah diakses (accessible) dan mudah digunakan (usable). Penerapan rancangan dan metode evaluasi situs web yang sesuai dapat membantu memastikan terciptanya lebih banyak situs web yang usable dan accessible (Leporini & Paterno 2003).

Landauer (1995) menyatakan bahwa terdapat penelitian mengenai usability yang menyatakan bahwa suatu sistem yang dirancang dengan mengikutsertakan pengujian usability, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan bagi pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25%. Rancangan yang berfokus pada pengguna (user-centered design) pada umumnya dapat mengurangi kesalahan atau error dalam interaksi pengguna sistem dari 5% menjadi 1%. Pendekatan user-centered design (UCD) terdiri atas serangkaian langkah, metode, dan alat yang dirancang untuk membantu pengembang dalam menangani isu yang berkaitan dengan usability dalam merancang sistem interaktif (Rauterberg 2003). Suatu antarmuka pengguna akan memiliki sekitar 40 error yang dapat memperlambat pengguna dan mengakibatkan kesalahan jika tidak menggunakan rancangan yang berfokus pada pengguna (Landauer 1995).

Demi membangun situs web yang baik, maka diperlukan pengetahuan mengenai usability dan accessibility. Usability merupakan kemampuan pengguna untuk menggunakan sesuatu dalam melaksanakan tugas dengan sukses. Seiring dengan semakin berkembang dan semakin matangnya teknologi, maka teknologi tersebut cenderung digunakan oleh pengguna yang semakin beragam pula. Teknologi yang lebih maju, seperti situs web, telepon seluler, perangkat lunak, dan barang-barang elektronik, memiliki suatu keprihatinan tersendiri karena teknologi tersebut pada umumnya lebih rumit. Namun demikian, peningkatan kompleksitas dan evolusi teknologi tidak berarti bahwa teknologi menjadi lebih mudah untuk digunakan. Pada kenyataannya, teknologi tersebut menjadi lebih

sulit digunakan kalau kita tidak memperhatikan dengan seksama terhadap pengalaman pengguna (Tullis & Albert 2008).

Dewasa ini, istilah usability seringkali dianggap sama dengan accessibility. Namun menurut Ma dan Zaphiris (2003), accessibility merupakan sebuah himpunan bagian dari usability, di mana accessibility sendiri berarti merancang suatu antarmuka yang tidak hanya efektif, efisien, dan mencapai kepuasan pengguna, tetapi juga mencakup lebih banyak orang pada berbagai situasi. Di lain pihak, Krug (2006) berpendapat bahwa suatu situs web tidak dapat disebut sebagai situs web yang mudah digunakan (usable) jika tidak mudah diakses (accessible).

Menurut Bevan et al. (2007), terdapat rintangan yang signifikan yang menghambat sejumlah besar warga negara dalam menggunakan layanan elektronik (e-Services) yang disediakan oleh situs web pemerintah dan komersial secara efektif. Oleh karena itu, usability dan accessibility suatu layanan elektronik harus diperbaiki sehingga lebih mudah digunakan dan diakses oleh masyarakat dengan keterbatasan fisik, orang lanjut usia, dan kelompok masyarakat yang telah berimigrasi dari satu negara ke negara lainnya atau dari satu budaya ke budaya yang lainnya.

Pengembangan situs web (website) pemerintah daerah di Indonesia, baik pada tingkat provinsi, kotamadya, ataupun kabupaten, telah dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan fungsi pemerintah sebagai sektor publik yang mempunyai tugas utama menyelenggarakan pemerintahan yaitu melaksanakan proses pembuatan kebijakan (perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik), serta menyelenggarakan pelayanan publik (Zacher 2007).

Berdasarkan Blueprint Sistem Aplikasi e-Government yang diterbitkan oleh Kemkominfo (2004), terdapat beberapa standar kebutuhan sistem aplikasi yang harus dipenuhi oleh setiap sistem aplikasi e-Government, yang salah satunya adalah user friendly atau menjamin bahwa sistem aplikasi akan mudah dioperasikan dengan antarmuka pengguna yang lazim berlaku di pemerintahan

3

dan sesuai dengan kebiasaan bahasa dan budaya penggunanya. Untuk dapat mewujudkan standar user-friendly oleh pemerintah daerah, diperlukan evaluasi terhadap situs web pemerintah daerah dalam hal berbagai macam performa antarmuka pengguna, seperti usability dan accessibility.

Penelitian mengenai usability dan accessibility terhadap situs web pemerintah telah dilaksanakan di Malaysia yang membandingkan antara state website dengan federal website dalam hal kecepatan dan jumlah tautan rusak (broken links). Hasil penelitian tersebut ialah terdapat lebih banyak permasalahan usability (kecepatan dan jumlah broken links) dan permasalahan accessibility pada state website jika dibandingkan dengan federal website (Isa et al. 2011). Penelitian selanjutnya dilakukan di Inggris oleh Ma dan Zaphiris (2003) yang memeriksa apakah situs web e-Government Inggris memiliki peringkat yang tinggi dalam hal accessibility dan usability, dan apakah kedua ukuran tersebut saling berkorelasi atau tidak. Penelitian tersebut menemukan bahwa situs-situs web e-Government Inggris memiliki peringkat yang relatif tinggi dalam hal accessibility, dan hasil yang telah dianalisis menunjukkan bahwa suatu situs web yang mudah digunakan (usable) tidak berarti juga mudah diakses (accessible), dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan korelasi antara hasil evaluasi usability dan hasil evaluasi accessibility tergolong rendah.

Di Indonesia, Suharko (2009) telah melaksanakan evaluasi penerapan rekomendasi standar situs yang baik dari Kemkominfo pada situs e-Government pemerintah daerah di Indonesia dengan mengacu pada rekomendasi dari Kemkominfo dan untuk mengevaluasi komponen usability situs web tersebut menggunakan standar WCAG 1.0. Hasil yang diperoleh ialah situs web yang memiliki peringkat pertama untuk kategori Nasional adalah Provinsi Jawa Tengah, kategori Provinsi adalah Jawa Tengah, dan kategori Kota/Kabupaten adalah Kota Bandung dan Kabupaten Gresik.

Studi lain yang berkaitan dengan evaluasi situs web pemerintah Indonesia telah dilakukan oleh Wahid (2008) bertujuan untuk mengevaluasi fokus dan kualitas situs web pemerintah Indonesia. Sebanyak 456 kabupaten/kota seluruh Indonesia telah dilibatkan dalam studi tersebut. Kriteria penilaian yang digunakan diadopsi dengan beberapa penyesuaian dari kriteria yang dikembangkan oleh

Smith (2001) yang didasarkan pada kumpulan kriteria yang diajukan oleh Eschenfelder et al. (1997). Hasilnya secara umum situs web pemerintah daerah Indonesia lebih berfokus pada mempromosikan hubungan antara pemerintah dan pebisnis, di mana layanan transaksional yang terbatas untuk sektor-sektor bisnis telah tersedia, sementara efisiensi dan efektifitas dalam penyampaian layanan umum tidak terlalu diprioritaskan. Kualitas situs web secara umum berada pada level medium, baik dalam hal kualitas konten maupun dalam hal tingkat kemudahan penggunaan situs web.

Berdasarkan latar belakang di atas, topik yang diambil pada penelitian ini ialah mengenai framework untuk mengukur usability dan accessibility pada situs web pemerintah daerah di Indonesia yang dikhususkan pada situs web provinsi sebagai lembaga pemerintahan yang berkedudukan di bawah pemerintah pusat, sehingga pertanyaan riset yang ingin dijawab ialah: Bagaimana performa situs-situs web provinsi di Indonesia ditinjau dari segi usability dan accessibility? Adapun metode yang digunakan pada evaluasi usability adalah observasi pengguna yang mengakses suatu sistem atau situs web secara langsung berdasarkan pada metode Mayhew (1999) di mana metode tersebut dianggap lebih objektif dan efektif daripada hanya melakukan suatu demonstrasi sistem atau situs web dan meminta umpan balik dari pengguna secara subjektif.

Untuk mempermudah pelaksanaan observasi, dikembangkan beberapa skenario yang meminta sejumlah pengguna untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu. Penelitian ini menggunakan skenario yang mengakses informasi berdasarkan konten minimal yang harus ada pada situs web pemerintah daerah (Kemkominfo 2003), ditambah dengan konten APBD, alamat e-mail dan berita atau artikel yang terakhir dipublikasikan di situs web. Konten minimal tersebut antara lain Selayang Pandang, Pemerintahan Daerah, Geografi, Peta Wilayah dan Sumberdaya, Peraturan atau Kebijakan Daerah, dan Buku Tamu.

Metode yang digunakan pada evaluasi accessibility ialah standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 yang diterbitkan oleh World Wide Web Consortium (W3C), yaitu suatu lembaga yang menerbitkan standar-standar internasional. Kedua metode evaluasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi usability dan accessibility agar menjadi

5

masukan bagi pemerintah provinsi yang bersangkutan dalam meningkatkan performa situs webnya di kemudian hari.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengembangkan framework untuk evaluasi usability dan accessibility pada situs web e-Government provinsi di Indonesia,

2. Melakukan evaluasi usability dengan metode observasi terhadap responden secara langsung pada situs web e-Government provinsi di Indonesia,

3. Melakukan evaluasi accessibility dengan standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 pada situs web e-Government provinsi di Indonesia, 4. Mengetahui korelasi antara hasil evaluasi usability dengan hasil evaluasi

accessibility situs web e-Government provinsi di Indonesia, dan

5. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah provinsi untuk meningkatkan performa usability dan accessibility.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa dihasilkannya framework mengenai evaluasi usability dan accessibility terhadap situs web provinsi di Indonesia agar dapat dilakukan upaya-upaya strategis oleh pemerintah provinsi yang bersangkutan dalam meningkatkan performa situs webnya terutama dari segi usability dan accessibility.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian yang dilakukan meliputi evaluasi usability dengan metode observasi responden yang diadaptasi dari Mayhew (1999) dalam mengakses informasi Selayang Pandang, Struktur Organisasi, Demografi, Potensi Sumberdaya Alam, Peraturan Daerah (Perda), APBD, Buku Tamu, Alamat e-Mail dan Berita, serta melakukan evaluasi accessibility menggunakan standar WCAG 2.0 pada seluruh situs web provinsi di Indonesia.

Dokumen terkait