• Tidak ada hasil yang ditemukan

Framework Development to Measure Usability and Accessibility on the e-Government Websites of Indonesia Provinces

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Framework Development to Measure Usability and Accessibility on the e-Government Websites of Indonesia Provinces"

Copied!
372
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN FRAMEWORK UNTUK MENGUKUR

USABILITY DAN ACCESSIBILITY PADA SITUS-SITUS WEB

E-GOVERNMENT PROVINSI DI INDONESIA

YUDITHA ICHSANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Framework untuk Mengukur Usability dan Accessibility pada Situs-situs Web e-Government Provinsi di Indonesia adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

YUDITHA ICHSANI, Framework Development to Measure Usability and Accessibility on the e-Government Websites of Indonesia Provinces. Under direction of YANI NURHADRYANI and FIRMAN ARDIANSYAH

Every website includes government websites (province, city/county) should be user friendly or easy to use by users of different abilities. Therefore, ease of use factors on website for general user (known as usability) and for people with disabilities (known as accessibility) are important to improve public services quality effectively and efficiently. This paper conducted usability and accessibility evaluation to 31 Indonesian provinces active websites. The usability evaluation method of provinces websites is direct user observation method with 31 respondents and uses several parameters such as total time in seconds, total steps, success level, respond time, and type of responder. The accessibility evaluation was held on provinces websites by using Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 standards. The result showed that in term of usability, Jambi Province has the highest rank and Nusa Tenggara Barat Province has the lowest rank. The evaluation also found that Indonesia province websites still have low responsiveness due to the lack of feedback sent to answer the respondent’s questions. In this paper, think out loud method also can be used to measure respondent’s satisfaction and the evaluation result showed that all provinces websites have negative responds dominantly. In term of accessibility, Jawa Barat and DI Yogyakarta have the highest rank, Sumatera Utara and Sumatera Barat have the lowest rank. The result of correlation test using Pearson Product Moment shows that usability and accessibility evaluations have low correlation to each other, its means that an accessible website cannot also be concluded as usable website. The research recommends reducing submenus that should be clicked, using dropdown form to open the main menus, and providing an effective search engine in every web page, etc, to improve public services quality effectively and efficiently. To improve accessibility performance, the recommendations are provide and improve the facilities on WCAG 2.0 success criteria that cannot be fulfilled yet based on the accessibility evaluation results.

(6)
(7)

RINGKASAN

YUDITHA ICHSANI. Pengembangan Framework untuk Mengukur Usability dan Accessibility pada Situs-situs Web e-Government Provinsi di Indonesia. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan FIRMAN ARDIANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan framework guna melakukan evaluasi usability dengan metode observasi usability terhadap responden secara langsung pada situs web pemerintah e-Government provinsi di Indonesia, melakukan evaluasi accessibility dengan standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 pada situs web pemerintah provinsi di Indonesia. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui korelasi antara hasil evaluasi usability dengan hasil evaluasi accessibility situs web provinsi di Indonesia, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah provinsi untuk meningkatkan performa usability dan accessibility situs web.

Tahap pengembangan framework untuk evaluasi usability bertujuan untuk menghasilkan framework berupa 9 (sembilan) jenis skenario, yaitu Sejarah (Skenario 1A), Motto (Skenario 1B), Visi dan Misi (Skenario 1C), Lambang Daerah dan Artinya (Skenario 1D), dan Peta (Skenario 1E), Struktur Organisasi (Skenario 2), Demografi (Skenario 3), Potensi Sumberdaya Alam (Skenario 4), Peraturan Daerah (Skenario 5), APBD (Skenario 6), alamat e-mail (Skenario 7), Buku Tamu (Skenario 8), dan Berita (Skenario 9). Selain itu, pada tahap ini dihasilkan pula instrumen (kuesioner) terbaik untuk pelaksanaan evaluasi usability setelah melakukan dua kali pilot test.

Pelaksanaan penelitian berikutnya terdiri atas evaluasi usability dan evaluasi accessibility. Evaluasi usability dilaksanakan terhadap 31 situs web aktif dari 33 provinsi di Indonesia. Pada saat penelitian berlangsung (Februari – Juni 2012), Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara tidak memiliki situs web aktif. Sebanyak 31 orang responden dilibatkan untuk masing-masing mengevaluasi dua situs web provinsi. Hasil evaluasi tersebut kemudian diolah untuk dapat dilakukan penilaian terhadap lima parameter, yaitu jumlah waktu, jumlah langkah, kesuksesan tugas (diterapkan pada seluruh skenario), waktu respon balik, pihak pemberi respon (diterapkan pada Skenario 7 dan 8), dan kepuasan responden (diterapkan pada setiap situs web). Hasil dari evaluasi usability adalah skor performa usability situs web provinsi berdasarkan parameter jumlah waktu, jumlah langkah, kesuksesan tugas, kelengkapan konten dan kepuasan responden. Provinsi Jambi memperoleh skor tertinggi untuk kategori usability, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat memperoleh skor terendah. Adapun pada penilaian Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) tahun 2012, Provinsi Jambi memperoleh peringkat ketujuh tingkat nasional.

(8)

Bangka Belitung, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan) yang memberikan respon balik, baik berupa ditampilkannya pesan di situs web beserta tanggapannya atau hanya ditampilkan dalam jangka waktu kurang dari satu hari hingga 5 hari. Dengan kata lain tingkat responsivitas provinsi di Indonesia masih tergolong rendah karena hanya sedikit yang memberi respon. Selain itu, terdapat provinsi membutuhkan waktu cukup lama untuk menjawab pertanyaan atau merespon masukan pengguna situs web. Parameter kepuasan responden menggunakan dua jenis bentuk pertanyaan kepada responden, yaitu QUIS (Questionnaire for User Interface Satisfaction) yang berisi 16 pertanyaan dengan rentang jawaban 0–9 dan pertanyaan tunggal mengenai Kondisi Permasalahan Usability yang disesuaikan dari Usability Severity Level. Berdasarkan hasil uji korelasi antara hasil rata-rata QUIS dan rata-rata level permasalahan usability, dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki korelasi yang lemah, nyata dan searah (r = 0.400, p = 0.026). Dengan kata lain, jika hasil rata-rata QUIS semakin tinggi, maka tidak dapat dipastikan kondisi permasalahan usability situs web tersebut semakin rendah.

Penelitian evaluasi accessibility menggunakan tool yang disebut dengan AChecker yang memiliki beberapa standar WCAG 2.0. Standar WCAG 2.0 memiliki 57 success criteria, yaitu berdasarkan level A, AA dan AAA yang diberikan skor masing-masing 1, 3 dan 5 sesuai dengan tingkat kesulitan untuk memenuhi level tersebut. Level AAA adalah yang paling sulit dipenuhi, kemudian diikuti oleh level AA dan A. Hasil evaluasi accessibility menunjukkan bahwa situs web Provinsi Jawa Timur dan DI Yogyakarta memiliki skor tertinggi (15 poin), sedangkan Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat memiliki skor terendah (0 poin). Apabila dikaitkan dengan hasil evaluasi usability, Provinsi Jambi yang memperoleh skor usability tertinggi dan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memperoleh skor usability terendah ternyata memiliki skor accessibility yang sama, yaitu sebesar 3 poin.

Korelasi yang diuji pada penelitian ini adalah uji keterkaitan antara dua parameter penelitian, yaitu hasil evaluasi usability dan hasil evaluasi accessibility menggunakan hipotesis H1: Terdapat korelasi yang nyata antara hasil evaluasi usability dan hasil evaluasi accessibility. Berdasarkan uji korelasi antara kelompok situs hasil evaluasi usability dan hasil evaluasi accessibility, diperoleh hasil bahwa kedua kelompok tersebut memiliki korelasi yang lemah, tidak nyata dan tidak searah (r = -0.244, p = 0.187). Dengan kata lain, apabila situs web tergolong tidak memiliki masalah usability, maka tidak dapat dipastikan situs tersebut juga tidak memiliki masalah accessibility, dan begitu pula sebaliknya.

Untuk meningkatkan efisiensi pencarian informasi atau meningkatkan performa usability situs web, direkomendasikan untuk mengurangi jumlah submenu yang harus di-klik untuk mencapai informasi tertentu, menggunakan bentuk dropdown untuk membuka menu utama situs web, dan menyediakan fasilitas mesin pencari yang efektif di setiap halaman situs web. Untuk meningkatkan performa accessibility, direkomendasikan untuk menambah atau memperbaiki fasilitas pada poin-poin success criteria WCAG 2.0 yang belum terpenuhi berdasarkan hasil evaluasi accessibility. Adapun success criteria yang dominan adalah menyediakan alternatif, caption, deskripsi audio, interpretasi bahasa isyarat untuk seluruh media audio dan video.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

PENGEMBANGAN FRAMEWORK UNTUK MENGUKUR

USABILITY DAN ACCESSIBILITY PADA SITUS-SITUS WEB

E-GOVERNMENT PROVINSI DI INDONESIA

YUDITHA ICHSANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 adalah interaksi manusia dan komputer, dengan judul Pengembangan Framework untuk Mengukur Usability dan Accessibility pada Situs-situs Web Provinsi di Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun selama masa perkuliahan dan juga selama penyelesaian tesis ini, antara lain:

1. Ibu Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT dan Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom, M.Si selaku dosen-dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh keikhlasan dan kesabaran sejak awal penulisan proposal sampai pada penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan arahan bagi perbaikan karya ilmiah ini.

3. Para dosen Program Studi Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan wawasan dan pengetahuan yang berharga bagi penulis.

4. Bapak Adrian Noor Ichsan Mamahit dan Ibu Setyari selaku orang tua yang senantiasa berdoa, memberikan kasih sayang, semangat, pemikiran dan dukungan yang sangat berharga dan tanpa pernah terputus kepada penulis. Kepada adik tercinta, Andhina Ichsani, yang memberikan semangat, do’a dan pemikirannya yang sangat dihargai penulis.

5. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada penulis sebagai penerima beasiswa S2 penuh selama dua tahun. 6. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan, para mahasiswa pascasarjana

(14)

Safar, Pak Dedi, Mr. Ghani, dan Mbak Diana) yang telah bersedia bersama-sama saling mendukung dan memberikan semangat, tenaga dan pikiran dalam melaksanakan perkuliahan, penelitian dan penyelesaian tugas akhir.

7. Para mahasiswa pascasarjana program reguler angkatan 11 dan 13 yang telah membantu penulis baik dalam hal menyumbangkan saran, kritik, tenaga maupun pikiran selama melaksanakan perkuliahan dan tugas akhir. 8. Ketiga puluh satu responden penelitian evaluasi usability yang sayangnya

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu melaksanakan penelitian tersebut. 9. Para staf Program Studi Ilmu Komputer: Bapak Yadi, Bapak Ridwan, Mas Irvan, Mas Ipul, Ibu Tiktik, Mbak Ira, Bapak Asep, Pak Pendi dan staf lainnya yang telah bersedia membantu penyelesaian tugas akhir baik dalam hal administratif maupun teknis.

10.Ibu Imas selaku staf bagian kerjasama dan staf sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor lainnya.

Penulis mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, peneliti, dan pihak lainnya.

Bogor, Oktober 2012

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Yuditha Ichsani dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 1986 dari pasangan Adrian Noor Ichsan Mamahit dan Setyari. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan memiliki seorang adik perempuan bernama Andhina Ichsani. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMA Negeri 47 Jakarta. Selanjutnya di tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 2007. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana pada Program Studi Ilmu Komputer di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(16)
(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Ruang Lingkup Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Usability ... 7

Evaluasi Usability ... 8

Accessibility... 10

Evaluasi Accessibility dengan WCAG 2.0 ... 11

e-Government Pemerintah Provinsi ... 14

Penelitian Terdahulu ... 19

METODE PENELITIAN UMUM ... 23

Diagram Alir Metode Penelitian ... 23

Objek Penelitian ... 24

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI USABILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT PROVINSI DI INDONESIA ... 25

Abstract ... 25

Pendahuluan ... 25

Metode Penelitian ... 26

Hasil dan Pembahasan ... 40

Simpulan dan Saran ... 85

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI ACCESSIBILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT PROVINSI DI INDONESIA ... 87

Abstract ... 87

Pendahuluan ... 87

Metode Penelitian ... 87

Hasil dan Pembahasan ... 91

Simpulan dan Saran ... 99

(18)

Abstract ... 101

Pendahuluan ... 101

Metode Penelitian ... 102

Hasil dan Pembahasan ... 103

Simpulan dan Saran ... 105

PEMBAHASAN UMUM ... 107

Pengembangan Framework Evaluasi Usability ... 107

Hasil Evaluasi Usability Situs-situs Web E-Government Provinsi di Indonesia ... 109

Pengembangan Framework Evaluasi Usability ... 117

Hasil Evaluasi Accessibility Situs-situs Web E-Government Provinsi di Indonesia ... 118

Uji Korelasi Hasil Evaluasi Usability dan Evaluasi Accessibility ... 119

Rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi ... 119

SIMPULAN UMUM DAN SARAN ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Ringkasan panduan WCAG 2.0 ... 13 2 Contoh jenis tanggapan responden evaluasi usability untuk

metode think out loud ... 39 3 Hasil rekapitulasi karakteristik responden ... 41 4 Informasi tahun anggaran APBD yang dipublikasikan sampai

periode Juni 2012 ... 62 5 Predikat provinsi berdasarkan kebaruan berita atau artikel ... 70 6 Persentase kesuksesan tugas dan kelengkapan konten situs

web (total 13 konten) ... 71 7 Hasil respon balik skenario pengiriman pesan ke alamat e- mail ... 73 8 Hasil evaluasi respon balik skenario pengiriman pesan ke buku

tamu ... 73 9 Pihak pemberi respon dan jenis respon pada pengiriman pesan

ke alamat e-mail (5 dari 27 situs web yang memiliki alamat

e-mail) ... 75 10 Pihak pemberi respon dan jenis respon pada pengiriman pesan

ke buku tamu (6 dari 21 situs web yang memiliki buku tamu) ... 76 11 Skor evaluasi usability ... 83 12 Skor evaluasi accessibility ... 94 13 Success criteria situs-situs web provinsi di Indonesia yang

ditampilkan pada AChecker tool ... 95 14 Jumlah success criteria yang dapat dipenuhi pada evaluasi

accessibility ... 98 15 Hasil uji korelasi parameter-parameter skor usability dengan

skor usability ... 104 16 Daftar rata-rata jumlah waktu dan jumlah langkah untuk

seluruh skenario ... 113 17 Daftar jumlah situs dan kesuksesan tugas untuk seluruh

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Framework governance: dimensi horisontal dan vertikal ... 15

2 Susunan organisasi pemerintahan provinsi ... 18

3 Diagram alir metode penelitian ... 23

4 Kerangka kerja (framework) usability berdasarkan ISO 9241-11 26

5 Diagram alir pengembangan framework evaluasi usability ... 27

6 Lingkungan pelaksanaan evaluasi usability ... 34

7 Rata-rata jumlah langkah pencarian sejarah provinsi ... 44

8 Rata-rata jumlah waktu pencarian sejarah provinsi ... 45

9 Rata-rata jumlah langkah pencarian motto provinsi ... 46

10 Rata-rata jumlah waktu pencarian motto provinsi ... 47

11 Rata-rata jumlah langkah pencarian visi dan misi ... 48

12 Rata-rata jumlah waktu pencarian visi dan misi ... 49

13 Rata-rata jumlah langkah pencarian lambang daerah dan artinya ... 50

14 Rata-rata jumlah waktu pencarian lambang daerah dan artinya ... 50

15 Rata-rata jumlah langkah pencarian peta provinsi ... 51

16 Rata-rata jumlah waktu pencarian peta provinsi ... 52

17 Rata-rata jumlah langkah pencarian struktur organisasi ... 53

18 Rata-rata jumlah waktu pencarian struktur organisasi ... 54

19 Rata-rata jumlah langkah pencarian informasi demografi ... 55

20 Rata-rata jumlah waktu pencarian informasi demografi ... 56

21 Rata-rata jumlah langkah pencarian potensi sumber daya alam ... 57

(21)

23 Rata-rata jumlah langkah pencarian peraturan daerah ... 59

24 Rata-rata jumlah waktu pencarian peraturan daerah ... 59

25 Rata-rata jumlah langkah pencarian APBD ... 61

26 Rata-rata jumlah waktu pencarian APBD ... 61

27 Rata-rata jumlah langkah pengiriman pesan ke alamat e-mail ... 64

28 Rata-rata jumlah waktu pengiriman pesan ke alamat e-mail ... 65

29 Rata-rata jumlah langkah pengiriman pesan ke buku tamu ... 67

30 Rata-rata jumlah waktu pengiriman pesan ke buku tamu ... 68

31 Rata-rata jumlah langkah pencarian berita atau artikel yang terakhir dipublikasi ... 69

32 Rata-rata jumlah waktu pencarian berita atau artikel yang terakhir dipublikasi ... 69

33 Rata-rata skor questionnaire for user interface satisfaction (QUIS) ... 78

34 Rata-rata skor kondisi permasalahan usability situs web provinsi ... 80

35 Fasilitas memperbesar atau memperkecil ukuran huruf situs web Provinsi Gorontalo ... 91

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar situs web resmi provinsi di Indonesia ... 129 2 Daftar pertanyaan untuk pengiriman pesan ke alamat e-mail dan

buku tamu ... 130 3 Kuesioner evaluasi usability ... 135 4 Form pernyataan kesediaan direkam ... 137 5 Form data diri ... 138 6 Form penilaian provinsi ... 141 7 Form questionnaire of user interface satisfaction (QUIS) ... 143 8 Karakteristikresponden ... 145 9 Karakteristikresponden pengguna internet ... 146 10 Daftar peraturan daerah yang dipublikasikan sampai periode Juni

2012 ... 149 11 Daftar nama fasilitas buku tamu atau sejenisnya ... 151 12 Daftar nama dinas komunikasi provinsi ... 152 13 Hasil uji korelasi skor QUIS dan skor kondisi usability menurut

responden ... 153 14 Hasil rekapitulasi ucapan dan ekspresi responden ... 154 15 Skor normalisasi variabel jumlah langkah ... 156 16 Skor normalisasi variabel jumlah waktu ... 157 17 Skor normalisasi variabel kesuksesan tugas ... 158 18 Skor normalisasi variabel kepuasan responden (QUIS) ... 159 19 Skor normalisasi kelengkapan konten ... 160 20 Total skor evaluasi usability ... 161 21 Daftar jumlah masalah accessibility pada setiap situs web provinsi

(23)

22 Hasil uji korelasi parameter-parameter dan skor hasil evaluasi

usability ... 167 23 Hasil uji korelasi skor hasil evaluasi usability dan skor hasil

(24)
(25)
(26)
(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan teknologi situs web dewasa ini dalam menyajikan berbagai kebutuhan informasi dan layanan digital bagi pengguna semakin beragam dan inovatif. Namun pada kenyataannya, tidak semua situs web memenuhi prinsip dasar seperti mudah diakses (accessible) dan mudah digunakan (usable). Penerapan rancangan dan metode evaluasi situs web yang sesuai dapat membantu memastikan terciptanya lebih banyak situs web yang usable dan accessible (Leporini & Paterno 2003).

Landauer (1995) menyatakan bahwa terdapat penelitian mengenai usability yang menyatakan bahwa suatu sistem yang dirancang dengan mengikutsertakan pengujian usability, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan bagi pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25%. Rancangan yang berfokus pada pengguna (user-centered design) pada umumnya dapat mengurangi kesalahan atau error dalam interaksi pengguna sistem dari 5% menjadi 1%. Pendekatan user-centered design (UCD) terdiri atas serangkaian langkah, metode, dan alat yang dirancang untuk membantu pengembang dalam menangani isu yang berkaitan dengan usability dalam merancang sistem interaktif (Rauterberg 2003). Suatu antarmuka pengguna akan memiliki sekitar 40 error yang dapat memperlambat pengguna dan mengakibatkan kesalahan jika tidak menggunakan rancangan yang berfokus pada pengguna (Landauer 1995).

(28)

sulit digunakan kalau kita tidak memperhatikan dengan seksama terhadap pengalaman pengguna (Tullis & Albert 2008).

Dewasa ini, istilah usability seringkali dianggap sama dengan accessibility. Namun menurut Ma dan Zaphiris (2003), accessibility merupakan sebuah himpunan bagian dari usability, di mana accessibility sendiri berarti merancang suatu antarmuka yang tidak hanya efektif, efisien, dan mencapai kepuasan pengguna, tetapi juga mencakup lebih banyak orang pada berbagai situasi. Di lain pihak, Krug (2006) berpendapat bahwa suatu situs web tidak dapat disebut sebagai situs web yang mudah digunakan (usable) jika tidak mudah diakses (accessible).

Menurut Bevan et al. (2007), terdapat rintangan yang signifikan yang menghambat sejumlah besar warga negara dalam menggunakan layanan elektronik (e-Services) yang disediakan oleh situs web pemerintah dan komersial secara efektif. Oleh karena itu, usability dan accessibility suatu layanan elektronik harus diperbaiki sehingga lebih mudah digunakan dan diakses oleh masyarakat dengan keterbatasan fisik, orang lanjut usia, dan kelompok masyarakat yang telah berimigrasi dari satu negara ke negara lainnya atau dari satu budaya ke budaya yang lainnya.

Pengembangan situs web (website) pemerintah daerah di Indonesia, baik pada tingkat provinsi, kotamadya, ataupun kabupaten, telah dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan fungsi pemerintah sebagai sektor publik yang mempunyai tugas utama menyelenggarakan pemerintahan yaitu melaksanakan proses pembuatan kebijakan (perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik), serta menyelenggarakan pelayanan publik (Zacher 2007).

(29)

dan sesuai dengan kebiasaan bahasa dan budaya penggunanya. Untuk dapat mewujudkan standar user-friendly oleh pemerintah daerah, diperlukan evaluasi terhadap situs web pemerintah daerah dalam hal berbagai macam performa antarmuka pengguna, seperti usability dan accessibility.

Penelitian mengenai usability dan accessibility terhadap situs web pemerintah telah dilaksanakan di Malaysia yang membandingkan antara state website dengan federal website dalam hal kecepatan dan jumlah tautan rusak (broken links). Hasil penelitian tersebut ialah terdapat lebih banyak permasalahan usability (kecepatan dan jumlah broken links) dan permasalahan accessibility pada state website jika dibandingkan dengan federal website (Isa et al. 2011). Penelitian selanjutnya dilakukan di Inggris oleh Ma dan Zaphiris (2003) yang memeriksa apakah situs web e-Government Inggris memiliki peringkat yang tinggi dalam hal accessibility dan usability, dan apakah kedua ukuran tersebut saling berkorelasi atau tidak. Penelitian tersebut menemukan bahwa situs-situs web e-Government Inggris memiliki peringkat yang relatif tinggi dalam hal accessibility, dan hasil yang telah dianalisis menunjukkan bahwa suatu situs web yang mudah digunakan (usable) tidak berarti juga mudah diakses (accessible), dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan korelasi antara hasil evaluasi usability dan hasil evaluasi accessibility tergolong rendah.

Di Indonesia, Suharko (2009) telah melaksanakan evaluasi penerapan rekomendasi standar situs yang baik dari Kemkominfo pada situs e-Government pemerintah daerah di Indonesia dengan mengacu pada rekomendasi dari Kemkominfo dan untuk mengevaluasi komponen usability situs web tersebut menggunakan standar WCAG 1.0. Hasil yang diperoleh ialah situs web yang memiliki peringkat pertama untuk kategori Nasional adalah Provinsi Jawa Tengah, kategori Provinsi adalah Jawa Tengah, dan kategori Kota/Kabupaten adalah Kota Bandung dan Kabupaten Gresik.

(30)

Smith (2001) yang didasarkan pada kumpulan kriteria yang diajukan oleh Eschenfelder et al. (1997). Hasilnya secara umum situs web pemerintah daerah Indonesia lebih berfokus pada mempromosikan hubungan antara pemerintah dan pebisnis, di mana layanan transaksional yang terbatas untuk sektor-sektor bisnis telah tersedia, sementara efisiensi dan efektifitas dalam penyampaian layanan umum tidak terlalu diprioritaskan. Kualitas situs web secara umum berada pada level medium, baik dalam hal kualitas konten maupun dalam hal tingkat kemudahan penggunaan situs web.

Berdasarkan latar belakang di atas, topik yang diambil pada penelitian ini ialah mengenai framework untuk mengukur usability dan accessibility pada situs web pemerintah daerah di Indonesia yang dikhususkan pada situs web provinsi sebagai lembaga pemerintahan yang berkedudukan di bawah pemerintah pusat, sehingga pertanyaan riset yang ingin dijawab ialah: Bagaimana performa situs-situs web provinsi di Indonesia ditinjau dari segi usability dan accessibility? Adapun metode yang digunakan pada evaluasi usability adalah observasi pengguna yang mengakses suatu sistem atau situs web secara langsung berdasarkan pada metode Mayhew (1999) di mana metode tersebut dianggap lebih objektif dan efektif daripada hanya melakukan suatu demonstrasi sistem atau situs web dan meminta umpan balik dari pengguna secara subjektif.

Untuk mempermudah pelaksanaan observasi, dikembangkan beberapa skenario yang meminta sejumlah pengguna untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu. Penelitian ini menggunakan skenario yang mengakses informasi berdasarkan konten minimal yang harus ada pada situs web pemerintah daerah (Kemkominfo 2003), ditambah dengan konten APBD, alamat e-mail dan berita atau artikel yang terakhir dipublikasikan di situs web. Konten minimal tersebut antara lain Selayang Pandang, Pemerintahan Daerah, Geografi, Peta Wilayah dan Sumberdaya, Peraturan atau Kebijakan Daerah, dan Buku Tamu.

(31)

masukan bagi pemerintah provinsi yang bersangkutan dalam meningkatkan performa situs webnya di kemudian hari.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengembangkan framework untuk evaluasi usability dan accessibility pada situs web e-Government provinsi di Indonesia,

2. Melakukan evaluasi usability dengan metode observasi terhadap responden secara langsung pada situs web e-Government provinsi di Indonesia,

3. Melakukan evaluasi accessibility dengan standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 pada situs web e-Government provinsi di Indonesia, 4. Mengetahui korelasi antara hasil evaluasi usability dengan hasil evaluasi

accessibility situs web e-Government provinsi di Indonesia, dan

5. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah provinsi untuk meningkatkan performa usability dan accessibility.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa dihasilkannya framework mengenai evaluasi usability dan accessibility terhadap situs web provinsi di Indonesia agar dapat dilakukan upaya-upaya strategis oleh pemerintah provinsi yang bersangkutan dalam meningkatkan performa situs webnya terutama dari segi usability dan accessibility.

Ruang Lingkup Penelitian

(32)
(33)

TINJAUAN PUSTAKA

Usability

Terdapat beberapa definisi mengenai usability. Definsi pertama disampaikan oleh International Standards Organization (ISO 9241-11) yang mendefinisikan usability sebagai ‘‘sejauh mana suatu produk dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk memperoleh tujuan tertentu dengan efektifitas, efisiensi, dan kepuasan dalam konteks penggunaan.’’ Selanjutnya Usability Professionals Association (UPA), memberikan definisi usability yang lebih berfokus kepada proses pengembangan produk, yaitu ‘‘Usability adalah suatu pendekatan terhadap pengembangan produk yang menggabungkan umpan balik pengguna melalui siklus pengembangan untuk mengurangi biaya dan menciptakan produk dan alat yang memenuhi kebutuhan pengguna.’’ Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krug (2000), yakni ‘‘Usability berarti memastikan bahwa sesuatu bekerja dengan baik untuk tujuan tertentu tanpa membuat penggunanya menjadi putus asa’’ (Tullis & Albert 2008).

Menurut Tullis dan Albert (2008), berbagai macam definisi usability tersebut memiliki tiga tema yang serupa, yaitu adanya keterlibatan seorang pengguna, pengguna melakukan suatu pekerjaan, dan pengguna melakukan sesuatu dengan adanya produk, sistem atau hal lain. Beberapa orang juga membedakan antara istilah usability dan pengalaman pengguna(user experience).

Usability biasanya mempertimbangkan kemampuan pengguna untuk menggunakan sesuatu agar dapat melaksanakan tugas dengan sukses, sedangkan user experience memiliki pandangan yang lebih luas, melihat kepada keseluruhan interaksi individual dengan sesuatu hal tersebut, seperti pikiran, perasaan, dan persepsi yang dihasilkan dari interaksi tersebut. Oleh karena itu, pada saat dibicarakan mengenai ‘‘pengukuran usability,’’ maka akan benar-benar melihat pada keseluruhan user experience yang dialami.

(34)

pengguna? Pada bulan November 2005, terdapat 75 juta situs web di Internet. Selain itu, terdapat 30 juta intranet di dalam firewall perusahaan. Dengan demikian, terdapat lebih dari 100 juta desain antarmuka pengguna hanya dalam ruang online. Namun di lain pihak, terdapat sekitar 70 juta desain antarmuka pengguna profesional di dunia yang ditujukan untuk melayani pelanggan bisnis, badan pemerintah, atau organisasi nirlaba. Apabila antarmuka pengguna yang dibangun tidak memiliki performa usability yang baik, maka banyak biaya yang akan dikeluarkan oleh pengembang situs web tersebut (Nielsen 2005).

Berdasarkan hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa usability merupakan salah satu parameter penting yang menentukan keberhasilan situs web dalam meningkatkan keberhasilan akses oleh pengguna, serta dapat meningkatkan efisiensi biaya pembangunan suatu situs web. Dengan demikian, penelitian mengenai usability diharapkan akan dapat memenuhi tantangan untuk meningkatkan performa situs web secara masif dan signifikan.

Evaluasi Usability

Menurut Preece et al. (2002), proses evaluasi terdiri dari dua jenis.

Pertama, evaluasi yang dilakukan selama perancangan untuk memeriksa apakah

produk telah memenuhi kebutuhan konsumen yang disebut dengan evaluasi

formatif (formative evaluations). Kedua, evaluasi yang dilakukan untuk menilai

kesuksesan produk yang telah selesai dikembangkan, seperti produk yang telah

memuaskan bagi agen sponsor atau untuk memeriksa apakah standar yang

digunakan telah dipenuhi. Evaluasi ini disebut sebagai evaluasi akhir (summative

evaluations). Adapun setiap proses evaluasi memainkan peranan kunci dalam

memfasilitasi pemahaman antara pengembang produk dengan penggunanya.

Menurut Nielsen (1993), usability pada umumnya diukur dengan

melibatkan sejumlah pengguna yang dipilih sebagai perwakilan dari pengguna sesungguhnya. Pengguna tersebut akan menggunakan sistem untuk menyelenggarakan serangkaian tugas khusus, meskipun sistem tersebut juga dapat

diukur dengan melibatkan pengguna sesungguhnya di lapangan untuk melakukan

tugas apapun yang memang sedang mereka lakukan. Pada kasus tersebut poin

(35)

dan tugas tertentu. Hal ini juga menjadi perhatian tertentu dimana sistem yang

sama dapat diukur sebagai sistem dengan karakteristik usability yang berbeda jika

digunakan oleh pengguna yang berbeda untuk tugas yang berbeda pula.

Suatu evaluasi antarmuka dapat dilaksanakan pada dunia nyata atau

kondisi yang terkontrol. Pengukuran performa berasal dari tugas-tugas spesifik

yang dilakukan oleh pengguna, dan hasilnya dibandingkan dengan tujuan kinerja yang didefinisikan sebelumnya. Evaluator juga mengumpulkan data pada

permasalahan yang muncul. Kondisi kesalahan atau error, kebingungan, frustrasi,

dan komplain yang ditemui pada saat evaluasi selanjutnya dapat didiskusikan

dengan pengguna. Evaluasi tersebut juga bermanfaat agar pengguna dapat membicarakan secara jelas apa yang mereka sedang lakukan. Kegagalan dalam

mencapai tujuan desain usability akan mengindikasikan perlu adanya proses

desain ulang. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan evaluasi usability

ialah pengujian tersebut menggunakan lingkungan kerja yang realistis. Tugas

yang dilaksanakan dalam latar kerja aktual, apakah pada suatu laboratorium

usability atau kondisi terkontrol lainnya. Evaluasi usability dapat mengidentifikasi

permasalahan serius dengan menghindari item-item yang prioritasnya rendah

(Galitz 2002).

Adapun kerugian yang dapat menjadi permasalahan paling serius pada

evaluasi usability adalah biaya tinggi yang dibutuhkan untuk mempersiapkan

fasilitas pengujian. Pelaksanaan evaluasi usability yang efektif membutuhkan

seorang penyelenggara evaluasi dengan keahlian antarmuka pengguna. Evaluasi

usability juga menekankan pada penggunaan sistem untuk pertama kalinya, serta

pengumpulan data yang memperhatikan penggunaan suatu sistem oleh pengguna

yang berpengalaman. Pengujian ini juga kurang cocok untuk mendeteksi

permasalahan dengan konsistensi tertentu.

(36)

desainnya tidak sekuat yang diinginkan. Fitur-fitur ini merupakan fitur dimana masalah pertukaran (trade-off) tidak terlihat jelas, tidak secara kuat mengacu pada satu alternatif desain dari beberapa desain lain yang mungkin digunakan.

Setelah mempersiapkan skenario tugas, skenario tersebut diuji coba dan diperbaiki jika diperlukan. Perlu dipastikan bahwa skenario tersebut ditulis dengan jelas dan mampu dilaksanakan dalam waktu evaluasi yang telah dialokasikan. Sebuah laboratorium khusus dapat dibangun, kemudian pengguna melaksanakan tugas yang telah dirancang di dalam laboratorium tersebut. Pengguna selanjutnya diobservasi dan hasilnya diukur dan dievaluasi untuk membangun usability suatu produk. Pengujian usability menampilkan apa sebenarnya mereka lakukan, bukan apa yang mereka pikir mereka lakukan. Skenario yang sama dapat disajikan kepada pengguna yang berbeda-beda, dengan menyediakan data perbandingan dari beberapa jenis pengguna (Galitz 2002).

Berdasarkan pada hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa pengujian usability situs web dapat dilakukan dengan cara observasi responden dalam ruangan yang terkontrol dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara langsung permasalahan apa saja yang ditemui oleh pengguna situs web tersebut dalam mengakses informasi.

Accessibility

Situs web sudah seharusnya didesain dengan memastikan bahwa siapa saja, termasuk pengguna yang memiliki kesulitan melihat, mendengar, dan melakukan gerakan halus dapat menggunakannya. Secara umum, hal ini berarti memastikan bahwa situs web dapat memfasilitasi penggunaan teknologi bantuan (assistive technology) yang umum digunakan. Beberapa permasalahan accessibility utama yang perlu diperhatikan meliputi:

a. Menyediakan format text equivalent untuk elemen yang bukan teks;

b. Memastikan bahwa script yang digunakan mendukung accessibility situs web;

c. Menyediakan judul-judul pada kerangka situs web;

(37)

e. Memastikan bahwa plug-ins dan applets memenuhi kebutuhan accessibility; dan

f. Mensinkronisasi seluruh elemen multimedia.

Apabila tidak mungkin untuk memastikan bahwa seluruh halaman situs web dapat diakses dengan mudah, para perancang situs web harus menyediakan informasi yang serupa untuk memastikan bahwa seluruh pengguna memiliki akses yang sama terhadap seluruh informasi (USDHHS 2004).

Accessibility dalam arti umum berarti suatu sistem harus dirancang agar mudah digunakan oleh kondisi masyarakat yang sangat beragam, atau pada dasarnya siapa saja yang bermaksud menggunakan sistem tersebut. Dalam arti yang lebih sempit, accessibility dapat didefinisikan sebagai penyediaan akses yang mudah terhadap suatu sistem untuk masyarakat dengan keterbatasan fisik (disabilities). Adapun tujuan desain dalam menciptakan accessibility bagi pengguna dengan keterbatasan fisik antara lain (Galitz 2002):

a. Meminimalkan semua rintangan yang membuat suatu sistem sulit atau tidak mungkin digunakan, dan

b. Menyediakan kesesuaian dengan menginstal keperluan accessibility. Telah banyak pemerintah negara yang telah menerbitkan Peraturan Perundang-undangan yang mewajibkan para pemberi kerja untuk menyediakan bantuan yang layak bagi para pekerja dengan keterbatasan fisik. Sebagai contoh di Amerika Serikat terdapat sebuah perundang-undangan dengan tujuan tersebut, yaitu Undang-undang Warga Negara Amerika dengan Keterbatasan Fisik (the Americans with Disabilities Act). Rancangan sistem yang mudah diakses selanjutnya diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun dengan keterbatasan fisik yang sulit mengakses teknologi komputer (Galitz 2002).

Evaluasi Accessibility dengan WCAG 2.0

(38)

Panduan accessibility web yang paling dikenal secara luas adalah Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) dari World-Wide Web Consortium (W3C).

Web Accessibility Initiative (WAI) telah dibentuk oleh World Wide Web Consortium (W3C) untuk membawa pertimbangan-pertimbangan accessibility ke dalam pengembangan teknologi Web Consortium dan untuk menentukan panduan bagi teknologi yang mudah diakses meliputi penulisan web dan agen pengguna (browser). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Tim Berners-Lee, penemu web, dan Direktur W3C, "Kekuatan situs web terletak pada sifat keuniversalannya. Dapat mengakses suatu web tanpa menghiraukan masalah keterbatasan fisik adalah suatu aspek yang esensial".

Dalam kaitannya dengan accessibility media elektronik, standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 1.0 dan 2.0 yang telah diterbitkan memiliki kesamaan dengan standar lain yang pernah dipublikasikan yaitu s508, tetapi standar WCAG lebih maju beberapa langkah ke depan. Versi pertama panduan penulisan web, yaitu WCAG 1.0, menjadi Rekomendasi W3C pada tanggal 5 Mei 1999. WCAG 2.0 dipublikasikan pada tanggal 11 Desember 2008. WCAG 2.0 diaplikasikan secara luas pada teknologi yang lebih tinggi, lebih mudah digunakan dan dimengerti, serta lebih dapat diuji dengan pengujian otomatis dan evaluasi oleh manusia dengan tepat (Pariseau 2010).

Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 telah mencakup rentang yang luas untuk membuat konten web lebih mudah diakses. Panduan tersebut diharapkan dapat membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik, termasuk penderita tuna netra dan penglihatan lemah, tuna rungu, ketidakmampuan belajar, keterbatasan kognitif, keterbatasan gerak, keterbatasan bicara, fotosensitivitas dan kombinasinya. Kriteria kesuksesan WCAG 2.0 disusun sebagai pernyataan yang teruji dan bukan tergolong technology-specific (W3C 2008).

(39)

Tabel 1 Ringkasan panduan WCAG 2.0 (Pariseau 2010) Prinsip 1: Perceivable Prinsip 2:

Operable

Prinsip 3:

Understandable Prinsip 4: Robust Menyediakan alternatif

teks untuk konten non-teks sehingga dapat diubah menjadi bentuk lain yang dibutuhkan orang, seperti cetak besar, Braille, suara, simbol atau bahasa yang

Panduan WCAG telah diorganisir menjadi bentuk chekpoint atau success criteria agar lebih mudah digunakan. Success criteria tersebut dikategorikan menjadi Prioritas 1, 2 atau 3 menurut Pariseau (2010):

1. Prioritas 1 atau Level A

(40)

2. Prioritas 2 atau Level AA

Seorang pengembang Web seharusnya memenuhi beberapa checkpoint ini. Jika sebaliknya, maka satu atau lebih kelompok akan sulit mengakses informasi dalam dokumen. Pemenuhan checkpoint ini akan menghilangkan penghalang yang signifikan untuk mengakses dokumen-dokumen Web. Dalam WCAG 2.0, level AA memiliki 12 success criteria.

3. Prioritas 3 atau Level AAA

Seorang pengembang Web boleh memenuhi beberapa checkpoint ini. Jika sebaliknya, maka atau lebih kelompok akan menemukan beberapa kesulitan untuk mengakses informasi dalam dokumen. Pemenuhan checkpoint ini akan meningkatkan akses terhadap dokumen-dokumen Web. Dalam WCAG 2.0, level A memiliki 25 success criteria.

e-Government Pemerintah Provinsi

Hof dan Groothuis (2011) menyatakan bahwa electronic government ( e-Government) merupakan implementasi teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi atau meningkatkan pelayanan publik bagi warga negara atau perusahaan. Sebagai konsekuensinya, fokus electronic government secara khusus berpusat pada digitasi dari transaksi antara pemerintah dan warga negara atau pebisnis. Kemajuan electronic government telah sangat dibantu oleh meningkatnya kapasitas untuk menyimpan dan memproses data melalui teknologi broadband dan juga disebabkan karena fakta bahwa kebanyakan masyarakat telah mengakses Internet dewasa ini.

(41)

Menurut Nurhadryani (2009), aktor dalam e-Government secara sederhana dapat dibagi menjadi dua jenis yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pertama yaitu sektor publik sebagai penyelenggara pemerintahan yang terdiri dari eksekutif (seperti departemen keuangan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya), yudikatif dan legislatif pada level nasional, regional dan lokal. Aktor kedua disebut end-user yang terdiri dari sektor non-pemerintah dan sektor privat yang berinteraksi di lima level governance (level internasional, level regional 1, level nasional, level regional 2 dan level lokal). Melalui e-Government, masyarakat dapat menerima informasi dengan cepat dan transparan sehingga masyarakat mendapat pengetahuan mengenai bagaimana pemerintahan berjalan, dengan pengetahuannya tersebut dan sesuai dengan minat masing-masing, masyarakat dapat melakukan partisipasi melalui elektronik misalnya dengan berdiskusi dan berkomunikasi mengenai isu-isu dalam pemerintahan secara elektronik, sehingga proses pemerintahan menjadi lebih demokratis.

Gambar 1 Framework governance: dimensi horisontal dan vertikal (Nurhadryani 2009).

(42)

proses demokrasi, dan memberi kuasa pada warga negaranya. Beberapa pihak yang lainnya lebih skeptis dan beranggapan bahwa kepercayaan tidak akan meningkat dan motivasi di antara warga negara untuk berpartisipasi sangatlah kurang (Frissen et al. 2008, diacu dalam Hof & Groothuis 2011).

Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003, pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-Government, dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasi pemanfaatan teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu: Pertama, pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; Kedua, pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Selanjutnya, membangun e-Government bukan saja membangun infrastruktur komunikasi data dan informasi, tetapi juga berarti membangun infrastruktur sistem aplikasi, standarisasi metadata, pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan prosedur, kebijakan dan peraturan.

Berkenaan dengan implementasi e-Government di Indonesia, Rokhman (2011) mengemukakan hasil penelitiannya yang bertujuan untuk mencari tahu tentang penerimaan masyarakat Indonesia pengguna Internet terhadap pelayanan e-Government, yakni anggapan bahwa masyarakat Indonesia belum siap dengan e-Government tidak terbukti pada penelitian tersebut. Segmen masyarakat dengan status sosial menengah ke atas sangat siap untuk menggunakan e-Government. Anggapan lain bahwa e-Government tidak cocok dengan gaya hidup dan kebudayaan juga tidak perlu dipersoalkan lagi. Melalui parameter kesesuaian, penelitian tersebut membuktikan bahwa e-Government kompatibel dengan gaya hidup dan kebudayaan, dan mereka siap jika pelayanan publik tidak disampaikan dengan cara bertemu muka.

(43)

oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB 2010). Evaluasi e-Government yang dilaksanakan pada tahun 2010 oleh PBB menempatkan Indonesia pada peringkat 109 dari 184 negara di dunia yang disebut dengan peringkat e-Government Development Index. Indonesia berada pada peringkat 102 dalam hal indeks pelayanan online dan komponennya, berada pada peringkat 116 dalam hal indeks infrastruktur telekomunikasi dan komponennya, berada pada peringkat 97 dalam hal indeks modal sumberdaya manusianya, dan berada pada peringkat 86 dalam hal e-Participation.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan daerah provinsi dapat menyelenggarakan sendiri atau menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan, secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan apabila pemerintahan daerah kabupaten/kota telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan.

Pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang Gubernur sebagai kepala daerah dengan struktur organisasi pemerintahan provinsi disajikan pada Gambar 2. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi meliputi (Kemkominfo 2004):

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota

(44)

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota

j. Pengendalian lingkungan hidup

k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota

Gambar 2 Susunan organisasi pemerintahan provinsi (Kemkominfo 2004).

Pemerintah provinsi memiliki suatu lembaga bernama Komisi Informasi

Provinsi dikarenakan provinsi termasuk ke dalam badan publik yang memiliki

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Komisi

Informasi Provinsi merupakan lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan

informasi publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui mediasi

dan/atau ajudikasi nonlitigasi (UU No. 14/2008). Sesuai dengan Instruksi Presiden

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government, seluruh provinsi diwajibkan untuk mensosialisasikan informasi publik yang dimilikinya dalam suatu situs web atau sistem informasi demi kepentingan masyarakat banyak.

(45)

pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e-Government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat Indonesia dapat memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah dengan mudah, serta ikut berpartisipasi dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media Internet.

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah melalui jaringan informasi, pengembangan e-Government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu Tingkat 1 – Persiapan (Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga; dan Sosialisasi situs web untuk internal dan publik), Tingkat 2 – Pematangan (Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif; dan Pembuatan antarmuka keterhubungan dengan lembaga lain), Tingkat 3 – Pemantapan (Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik; dan Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain), Tingkat 4 – Pemanfaatan (Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), dan Government to Consumers (G2C)).

Situs web pemerintah daerah provinsi dan daerah otonom (Kabupaten, dan Kotamadya) dapat dikatakan sebagai perubahan bentuk penggunaan media komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology - ICT) (Kemkominfo 2003). Oleh karena itu, pemerintah memiliki tugas yang berkesinambungan karena performa situs web yang terus menerus meningkat akan menjadi harapan para pengaksesnya, baik penduduk Indonesia maupun masyarakat dunia.

Penelitian Terdahulu

(46)

Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu kategori Nasional, kategori Provinsi dan kategori Kota/Kabupaten. Masing-masing kategori menggunakan tiga skenario yang ditujukan untuk membantu melihat dampak penggunaan beberapa asumsi pembobotan yang berbeda dikarenakan kurangnya studi literatur yang membahas permasalahan tersebut. Situs web yang memiliki peringkat pertama untuk kategori Nasional adalah Provinsi Jawa Tengah, kategori Provinsi adalah Jawa Tengah, dan kategori Kota/Kabupaten adalah Kota Bandung dan Kabupaten Gresik.

Studi lain berkaitan dengan evaluasi situs web pemerintah Indonesia telah dilakukan oleh Wahid (2008) bertujuan untuk mengevaluasi fokus dan kualitas situs web pemerintah Indonesia. Sebanyak 456 kabupaten/kota seluruh Indonesia telah dilibatkan dalam studi tersebut. Kriteria penilaian yang digunakan Wahid (2008) diadopsi dengan beberapa penyesuaian dari kriteria yang didasarkan pada kumpulan kriteria yang diajukan oleh Eschenfelder et al. Setiap sub-kriteria tersebut dioperasionalisasikan dengan beberapa item yang diukur dengan 5-poin skala Likert yang berkisar antara sangat tidak setuju hingga sangat setuju dalam hal ketersediaan atau kualitas setiap kriteria. Hasilnya secara umum situs web pemerintah daerah Indonesia lebih berfokus pada mempromosikan keterhubungan antara pemerintah dan pebisnis, dimana layanan transaksional yang terbatas untuk sektor-sektor bisnis telah tersedia, sementara efisiensi dan efektifitas dalam penyampaian layanan umum tidak terlalu diprioritaskan. Kualitas situs web secara umum berada pada level medium, baik dalam hal kualitas konten maupun dalam hal tingkat kemudahan penggunaan situs web.

(47)

dari E-Government Toolkit untuk Negara-negara Berkembang dan Web Content Accessibility Guidelines versi dua (WCAG 2.0).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa situs web pemerintah Uganda secara parsial dapat dikategorikan menjadi usable dalam hal tampilan desain dan perspektif navigasi, tetapi lemah dalam hal menyatakan kebijakan hukum. Hasil evaluasi menyediakan suatu gambaran yang jelas bagi pemerintah Uganda mengenai kebutuhan apa saja yang perlu ditingkatkan berdasarkan pada standar rancangan situs web bertaraf internasional (Asiimwe & Lim 2010).

Isa et al. (2011) juga telah mengadakan penelitian untuk menginvestigasi usability dan accessibility situs web e-Government Malaysia. Pengukuran usability menggunakan panduan usability Nielsen dalam hal kecepatan upload, ukuran halaman utama dan jumlah tautan yang rusak (broken links). Accessibility diukur dengan menggunakan Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 1.0. Proses evaluasi menampilkan beberapa isu usability dan accessibility pada situs web e-Government Malaysia. Terdapat permasalahan yang cukup banyak mengenai usability (kecepatan dan jumlah broken links) dan permasalahan accessibility pada situs web negara jika dibandingkan dengan situs web federal.

Penelitian berikutnya adalah yang dilakukan oleh Ma dan Zaphiris (2003) yang mengevaluasi usability dan accessibility konten pada situs-situs web e-Government Inggris dan memeriksa apakah situs web tersebut memiliki peringkat yang tinggi dalam hal accessibility dan usability, dan apakah kedua ukuran tersebut berkorelasi atau tidak. Penelitian tersebut menemukan bahwa situs-situs web e-Government Inggris memiliki peringkat yang relatif tinggi dalam hal accessibility, dan hasil yang telah dianalisis menunjukkan bahwa situs web yang mudah digunakan (usable) tidak berarti juga mudah diakses (accessible), dan sebaliknya situs web yang accessible belum tentu usable. Hal tersebut menandakan bahwa korelasi antara usability dan accessibility tergolong rendah.

(48)
(49)

METODE PENELITIAN UMUM

Diagram Alir Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat disusun suatu diagram alir penelitian yang secara umum ditampilkan pada Gambar 3 berikut ini.

Evaluasi Accessibility dengan Standar WCAG 2.0 dan menggunakan AChecker Tool

Mulai

Selesai Analisis Hasil Evaluasi Usability

Uji Korelasi antara Hasil Evaluasi Usability dengan Hasil Evaluasi Accessibility

Situs-situs Web Provinsi

di Indonesia

Rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan Usability

dan Accessibility

Evaluasi Usability dengan Metode Observasi Responden

Pengembangan Framework

Evaluasi Usability dan

Accessibility

Analisis Laporan Hasil Evaluasi

Accessibility

(50)

Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek penelitian berupa 31 situs web berstatus aktif dari 33 provinsi di Indonesia. Pemerintah provinsi yang tidak memiliki situs web aktif adalah Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara. Adapun penelitian ini melaksanakan evaluasi usability dan evaluasi accessibility terhadap alamat-alamat situs web yang disajikan pada Lampiran 1.

(51)

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI

USABILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT

PROVINSI DI INDONESIA

Abstract

Every website includes government websites (province, city/county) should be user friendly or easy to use by their users. Therefore, ease of use factor on website for common user (known as usability) is important related to the purpose of government websites development, which is to improve public services quality effectively and efficiently. This paper conducted usability evaluation to 31 Indonesian provinces active websites. The usability evaluation method of provinces websites is direct user observation method with 31 respondents and uses several parameters such as total time in seconds, total steps, success level, respond time, and type of responder. The final score is obtained from the processing of score from five parameters, including total time in seconds, total steps, task success, completeness of content, and respondent’s satisfaction. The result showed that in term of usability, Jambi Province has the highest rank and Nusa Tenggara Barat Province has the lowest rank. In term of think out loud result, all provinces websites have negative respond dominantly.

Key Words: usability, usability severity level, respondent, video, think out loud

Pendahuluan

Definisi usability menurut Tullis dan Albert (2008) adalah kemampuan pengguna untuk menggunakan sesuatu agar melaksanakan tugas dengan sukses. Suatu sistem atau situs web memerlukan proses pengujian usability karena terdapat penelitian yang melaporkan bahwa suatu sistem yang dirancang dengan mengikutsertakan pengujian usability, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25% (Landauer 1995).

(52)

diadakannya penelitian ini ialah untuk melakukan analisis hasil evaluasi usability dengan metode observasi terhadap responden secara langsung pada situs web pemerintah provinsi di Indonesia.

Metode Penelitian

Pengembangan Framework Evaluasi Usability

Pada tahap ini, dilakukan pengembangan framework evaluasi usability yang digunakan pada penelitian selanjutnya, yaitu evaluasi usability situs web e-Government provinsi di Indonesia menggunakan metode observasi responden secara langsung. Pelaksanaan evaluasi usability terhadap situs web belum memiliki kerangka kerja (framework) yang baku terlebih lagi apabila menggunakan metode observasi responden secara langsung. Hal tersebut dikarenakan penggunaan perangkat perekam seperti video dan audio. Kerangka kerja usability yang telah dikembangkan ialah yang dikemukakan oleh ISO 9241 -11 mengenai panduan usability, dimana terdapat dua kerangka utama yang memiliki beberapa faktor penyusun, yaitu pengukuran usability (usability measure) dan konteks penggunaan (context of use) (Gambar 4).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran usability, yaitu efektifitas, efisiensi, dan kepuasan pengguna. Ketiga faktor tersebut dijadikan acuan pada pengembangan framework pada paper ini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konteks penggunaan adalah pengguna, tugas, perlengkapan dan lingkungan.

(53)

Terdapat tiga cara potensial untuk mengukur usability suatu produk, antara lain (Bevan 1998):

1. Dengan menganalisis produk dalam konteks penggunaan: Usability dapat diukur dengan menilai fitur-fitur produk yang dibutuhkan untuk usability dalam konteks tertentu.

2. Dengan menganalisis proses interaksi: Usability dapat diukur dengan memodelkan interaksi antara seorang pengguna yang melaksanakan tugas dengan suatu produk.

3. Dengan menganalisis efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan produk dalam konteks tertentu dan mengukur kepuasan pengguna produk. Dikarenakan ini adalah pengukuran langsung terhadap usability, hal tersebut merupakan ujian akhir dari usability. Jika suatu produk lebih usable dalam suatu konteks tertentu, maka pengukuran usability akan lebih baik.

Diagram alir yang memaparkan proses pengembangan framework untuk evaluasi usability situs web provinsi secara umum disajikan pada Gambar 5.

Mulai

Perancangan skenario penyelesaian tugas

Perancangan instrumen evaluasi

Pelaksanaan Pilot Test

Selesai TIDAK

Instrumen Sesuai Harapan?

YA

(54)

Tahapan awal pelaksanaan evaluasi usability dijelaskan di bawah ini: 1. Penentuan jenis dan jumlah pengguna yang bertindak sebagai responden

evaluasi usability.

Responden yang diobservasi pada penelitian ini terdiri atas para mahasiswa yang tergolong mahir dalam mengoperasikan Internet dan mencari informasi dalam situs web, serta memiliki alamat e-mail dan menggunakan e-mail sebagai alat komunikasi di dunia maya. Responden yang diobservasi 31 orang, dimana seorang responden diminta mengevaluasi 2 (dua) dari 31 situs web pemerintah provinsi yang berstatus aktif dan situs-situs web tersebut selanjutnya juga dievaluasi oleh peneliti, sehingga masing-masing situs web memiliki 3 (tiga) data hasil evaluasi atau rekaman responden.

2. Perancangan skenario penyelesaian tugas.

Skenario yang digunakan pada evaluasi usability berjumlah 9 (sembilan) skenario, dimana enam di antaranya didasarkan atas konten minimal yang harus ada pada setiap situs web pemerintah daerah, yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (2003) dalam Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah, yaitu Selayang Pandang, Pemerintahan Daerah, Geografi, Peta Wilayah dan Sumberdaya, Peraturan/Kebijakan Daerah, dan Buku Tamu. Keenam konten tersebut digunakan dalam perancangan skenario pada penelitian ini agar mempermudah pelaksanaan evaluasi usability bersama dengan tiga konten lainnya yaitu APBD, alamat e-mail dan berita atau artikel. Tugas dikatakan sukses jika seluruh informasi tersebut telah berhasil ditampilkan di layar atau responden memberikan tanda cek pada kuesioner.

(55)

Informasi Sejarah provinsi merupakan informasi mengenai latar belakang berdirinya suatu provinsi. Motto provinsi atau yang biasa disebut slogan atau semboyan daerah merupakan frase atau kalimat dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah ataupun bahasa Inggris, yang mencerminkan motivasi dan semangat provinsi dalam bentuk singkat. Visi merupakan pandangan ke depan yang akan diwujudkan oleh setiap provinsi, sedangkan misi adalah langkah dan upaya untuk mewujudkan visi provinsi. Lambang daerah dan artinya merupakan logo khas dari setiap provinsi yang disertai dengan penjelasan mengenai logo tersebut. Peta provinsi merupakan gambar wilayah provinsi, baik berupa peta administratif, peta potensi, atau peta wisata. b. Skenario 2: Responden diminta untuk mencari struktur organisasi

pemerintah provinsi yang mewakili informasi pemerintahan daerah, dimulai dari halaman utama situs web. Struktur organisasi yang dicari oleh responden dapat berupa gambar, tabel atau tulisan yang memuat susunan pengelola pemerintahan provinsi.

c. Skenario 3: Responden diminta untuk mencari informasi demografi atau kependudukan yang mewakili konten geografi, dimulai dari halaman utama situs web. Informasi demografi yang dicari dapat berupa statistik jumlah penduduk atau keadaan penduduk (jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain) di suatu provinsi pada tahun tertentu. d. Skenario 4: Responden diminta untuk mencari informasi potensi

sumberdaya alam provinsi yang mewakili konten peta wilayah dan sumberdaya, dimulai dari halaman utama situs web.

e. Skenario 5: Menurut Dephumham dan UNDP (2008), Perda

Gambar

Tabel 1 Ringkasan panduan WCAG 2.0 (Pariseau 2010)
Gambar 2 Susunan organisasi pemerintahan provinsi
Gambar 3 Diagram alir metode penelitian.
Gambar 5 Diagram alir pengembangan framework evaluasi usability.
+7

Referensi

Dokumen terkait

KETIKA SUDAH SELESAI DIAJUKAN OLEH KOPERTIS, MAKA BISA DILIHAT PADA DATA PESERTA DAN MENGGUNAKAN PASSWORD PESERTA MASING‐MASING DENGAN STATUS (SUDAH DIAJUKAN OLEH PTU, SIAP

Fungsi diluar musim haji pada asrama haji embarkasi di Surakarta adalah sebagai tempat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat mu'amallah.. yang dapat

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Daya Serap Polutan Logam

Kecamatan 5 Kecamatan Pahandut, Kecamatan Sabangau, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Bukit Batu, Kecamatan Rakumpit2. Anak Disabilitas 557 Gangguan Motorik, Lamban Belajar, Tuna

Hasil baru yang diperoleh dari penelitian ini terhadap beberapa penelitian yang relevan yaitu, penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar berupa modul berbentuk

Di Situ Cileunca, kelimpahan pakan yang tersedia sangat tinggi tetapi jumlah ikan yang memanfaatkan rendah, sehingga sumber daya pakan yang tersedia belum dimanfaatkan secara

Salah satu tujuan dari evaluasi usability adalah menemukan masalah usability yang nantinya hasil dari evaluasi tersebut akan digunakan sebagai landasan untuk

Pentingnya dilakukan penelitian ini, bahwa peneliti menilai ada pembalikan cara berpikir di kalangan masyarakat (Adnyani, N.K.S, 2019 : 73). Faktor yang mempengaruhi