• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

1 Alur penelitian perangsangan molting pascalarva Cherax dengan perlakuan suhu54

2 Prosedur analisis kadar glukosa darah 55

3 Data jumlah molting pascalarva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)

pada hari ke-1 sampai hari ke-5 56

4 Analisa ragam dan uji lanjut BNT terhadap jumlah molting pascalarva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada hari ke-1 sampai hari ke-5 57 5 Hasil pengukuran total hemosit pascalarva lobster air tawar

(Cherax quadricarinatus) pada hari ke-1 sampai hari ke-5 58 6 Analisa ragam dan uji lanjut BNT terhadap total hemosit pascalarva lobster

air tawar (Cherax quadricarinatus) pada hari ke-1 sampai hari ke-5 59 7 Data kadar glukosa darah pascalarva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)

pada hari ke-1 sampai hari ke-5 60

8 Analisa ragam dan uji lanjut BNT terhadap kadar glukosa darah pascalarva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada hari ke-1 sampai hari ke-5 61 9 Data pertumbuhan, sintasan, laju pertumbuhan rerata harian dan pakan pascalarva

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) selama penelitian 62 10 Analisa ragam terhadap sintasan pascalarva lobster air tawar

(Cherax quadricarinatus) 63

11 Data pertumbuhan pascalarva Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)

selama penelitian 64

12 Analisa ragam terhadap pertumbuhan pascalarva lobster air tawar

(Cherax quadricarinatus) 65 13 Hasil analisa kualitas air pada media pemeliharaan lobster air tawar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan habitatnya, lobster dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu lobster air laut dan lobster air tawar. Salah satu jenis lobster air tawar yang cukup dikenal adalah dari genus Cherax (Olszewski, 1980), sehingga seringkali kata Cherax digunakan untuk istilah lobster air tawar.

Salah satu spesies lobster air tawar yang termasuk dalam genus Cherax adalah jenis Cherax quadricarinatus atau yang biasa dikenal redclaw (capit merah), merupakan salah satu spesies asli asal Australia yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya air tawar. Hal ini dimungkinkan karena laju pertumbuhan relatif cepat dan toleransi lebih tinggi terhadap fluktuasi parameter kualitas air dibandingkan dengan spesies lobster air tawar lain yang bukan tergolong genus Cherax (Merrick, 1993).

Daerah sebaran dari genus Cherax cukup luas, dapat ditemukan di benua Australia dan sebagian benua Amerika, sedangkan di Indonesia ditemukan di daerah Irian Jaya. Keberadaan lobster air tawar di Indonesia dapat dikatakan suatu yang baru, khususnya lobster jenis Cherax quadricarinatus yang berasal dari Queensland, Australia. Sampai saat ini, bentuk usaha budidayanya masih bersifat skala rumah tangga sebagai hobi dan usaha sampingan bagi para pelaku agroindustri udang dan belum menjadi komoditi komersil.

Budidaya lobster air tawar jenis capit merah sangat potensial untuk terus dikembangkan, karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, dalam setahun seekor capit merah betina mampu bertelur sebanyak empat kali dan menghasilkan ribuan telur dan benih. Ukuran rata-rata konsumsi relatif lebih besar dibandingkan dengan lobster air tawar lain yang bukan tergolong genus Cherax, yaitu 50-150 gram dapat dicapai dengan masa pemeliharaan 6-12 bulan, bahkan 300 gram dalam 2 tahun (Pinto dan Rouse, 1996).

Pengembangan sektor budidaya lobster air tawar, yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kesinambungan produksi menghadapi kendala pada penyediaan benih. Tingginya mortalitas pada fase larva dan pascalarva akibat kanibalisme menjadi kendala utama. Menurut Widha (2003), salah satu kendala yang

sering dijumpai pada budidaya Cherax jenis capit merah baik di pembenihan maupun pembesaran adalah tingginya mortalitas pada stadia awal atau stadia pascalarva, terutama saat molting. Berbagai cara telah dilakukan untuk menekan tingginya tingkat mortalitas benih lobster air tawar diantaranya ; penyeragaman ukuran (grading), penggunaan shelter dan perbaikan kualitas dan kuantitas pakan. Namun kematian akibat kanibalisme pascalarva masih cukup tinggi.

Pada saat pascalarva mengalami proses ganti kulit, maka Cherax berada pada kondisi yang sangat lemah sehingga dengan mudah terjadi proses kanibalisme oleh Cherax yang tidak ganti kulit. Dari fenomena ini, perlu diupayakan penyerempakan molting, sehingga peluang terjadinya kanibalisme dapat dikurangi.

Diharapkan, dengan perlakuan suhu subletal akan merangsang pascalarva Cherax memproduksi Molting Hormon (MH) melalui organ Y. Akibat adanya pengaruh stressor dari lingkungan, maka krustase melakukan reaksi dengan cara menghindari atau mengatasi ancaman yang potensial atau kondisi- kondisi yang dapat merusak atau merugikan. Respon-respon fisiologis dan biokimia pada krustase merupakan respon akibat adanya stres yang berasal dari lingkungan yang tidak mendukung. Indikator stress dari lobster air tawar diantaranya dapat dilihat dari jumlah hemosit dan kadar glukosa yang bersirkulasi dalam hemolim dan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap stressor lingkungan dan penyakit, sehingga dapat menjadi indikator status kesehatan Cherax dan adanya stressor lingkungan.

Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh stres terhadap krustasea diantaranya Chang, et al. (2004), mengamati tentang respon stres dua jenis lobster terhadap Crustasean Hyperglycemic Hormone (CHH) dan metabolit hemolim. Lebih lanjut Chang (2005), melaporkan hasil penelitiannya mengenai pengaruh stres luar pada lobster terhadap Crustasean Hyperglycemic Hormon dan protein stres. Berbagai tingkatan Crustasean Hyperglycemic Hormone (CHH) dan hemolim dalam tangkai mata udang Palaemon elegans yang terkena stres juga telah dilaporkan oleh Lorenzon, et al. (2004).

Untuk menekan mortalitas pascalarva lobster air tawar akibat kanibalisme, maka penyerempakan molting perlu dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk penyerempakan molting adalah dengan perlakuan suhu subletal.

Perumusan Pemecahan Masalah

Pertumbuhan larva dan pascalarva Cherax merupakan perpaduan antara proses perubahan struktur melalui metamorfosis dan ganti kulit (molting). Selama stadia larva, Cherax mengalami beberapakali molting sampai stadia pascalarva. Saat terjadi pergantian kulit merupakan saat rawan bagi Cherax karena ketika kulitnya terlepas, tubuh bagian dalam tidak memiliki pelindung lagi, sehingga akan mudah menjadi mangsa oleh hewan lain.

Berbagai cara telah dilakukan untuk menghindari tingginya mortalitas akibat kanibalisme pada Cherax, mulai dari perbaikan nutrisi, penggunaan shelter, penyeragaman umur dan ukuran sampai perbaikan kualitas media pemeliharaan. Namun upaya ini belum mampu menekan tingginya mortalitas larva Cherax akibat kanibalisme.

Melihat kendala yang ada, maka perlu suatu upaya untuk mengurangi tingkat kanibalisme Cherax dengan mengupayakan agar Cherax dapat molting secara serempak (Molting 51 – 75% setelah 1-5 hari perlakuan) . Sehingga mengurangi resiko pemangsaan terutama pada saat molting. Dengan adanya perlakuan suhu, diharapkan Cherax yang stress akibat perubahan suhu yang ekstrim memacu Cherax untuk molting. Perlakuan suhu dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan suhu subletal dan tahap selanjutnya suhu subletal diujikan dengan waktu yang berbeda. Sebelum dilakukan perlakuan suhu, diupayakan agar Cherax dalam keadaan sehat dengan cara mengontrol kualitas dan kuantitas pakan serta di upayakan agar kualitas air berada pada kondisi optimum dan terkontrol.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian perangsangan molting pascalarva lobster air tawar jenis capit merah (Cherax quadricarinatus) melalui perlakuan suhu, bertujuan untuk :

1. Menentukan suhu yang tepat yang dapat menyebabkan pascalarva lobster air tawar dapat molting secara serempak.

2. Mengetahui pengaruh suhu subletal dengan lama pemaparan berbeda terhadap penyerempakan molting dan laju pertumbuhan pascalarva Cherax quadricarinatus.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang ;

1. Cara menekan tingginya mortalitas akibat kanibalisme pada pascalarva Cherax melalui penyerempakan molting sehingga dapat meningkatkan produksi.

2. Total hemosit dan kadar glukosa hemolim Cherax quadricarinatus akibat stres suhu subletal.

Hipotesis

Jika pascalarva Cherax diperlakukan dengan suhu subletal ambang atas maka akan mengakibatkan molting secara serempak, sehingga dapat menekan tingkat mortalitas akibat kanibalisme.

Dokumen terkait