BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
4. Daftar Laporan Keuangan
Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan dan beban-beban suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga merupakan tujuan utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Unsur-unsur penting dari laporan laba rugi adalah terdiri dari : 1) Penghasilan utama (operating revenue atau sales)
Penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa atau perusahaan industri adalah berupa hasil penjualan barang dan jasa kepada pembeli, langganan, penyewa, dan pemakai jasa lainnya.
2) Harga pokok penjualan (cost of good sold)
Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan adalah harga pokok barang dagangan yang dibeli kemudian berhasil dijual selama satu periode akuntansi. Bagi para perusahaan industri harga penjualan meliputi ongkos- ongkos bahan dasar, tenaga kerja dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode.
3) Biaya usaha (operating expense)
Biaya usaha timbul sehubungan dengan penjualan atau pemasaran barang atau jasa dan penyelenggaraan fungsi administrasi dan umum dari perusahaan yang bersangkutan. Biaya usaha ini umumnya dipisahkan menjadi dua bagian yaitu biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi. 4) Penghasilan dan biaya diluar usaha pokok (other income and expense)
Yaitu penghasilan-penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok perusahaan. 5) Pos-pos luar biasa (extra ordinary items)
Pos-pos luar biasa adalah laba atau rugi dari transaksi-transaksi yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil.
Bentuk Penyajian Laporan Laba Rugi
Ada dua bentuk penyajian laporan laba rugi yaitu : a) Langkah tunggal (single step)
Pada langkah tunggal, semua penghasilan yang sumbernya berasal darimanapun dijumlahkan menjadi satu. Jumlaj ini kemudian dikurangi dengan harga pokok penjualan dan semua biaya yang terjadi selama periode akuntansi.
b) Langkah ganda (multiple step)
Dalam langkah ini, ada beberapa tahap yang perlu diikuti sebelum diperoleh pendapatan bersihnya.
Konsep Perhitungan Laba Rugi
Ada dua pendekatan dalam memperhitungkan hasil usaha perusahaan yaitu : a) Current operating performance concepts
Adalah bentuk penyajian laporan laba rugi di mana pos-pos luar biasa tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi tetapi diperhitungkan dalam laporan laba yang ditahan.
b) All inclusive concepts
Adalah bentuk penyajian laporan laba rugi di mana pos-pos luar biasa diperhitungkan dalam laporan laba rugi.
Berikut merupakan contoh penyajian laporan laba rugi berbentuk multiple step :
Tabel 2.1 Laporan laba rugi Untuk tahun 2004
Penjualan bruto………. Rp xxx Return dan potongan penjualan………. ………. Rp xxx
Discount penjualan………. Rp xxx + Rp xxx - Penjualan neto………. Rp xxx Harga pokok penjualan
Persediaan barang dagangan, 1 Jan 2004………. Rp xxx Pembelian………... Rp xxx
Return dan potongan pembelian……… Rp xxx
Discount pembelian………... Rp xxx Rp xxx Rp xxx Transportasi pembelian ………. Rp xxx
Barang tersedia untuk dijual……… Rp xxx Persediaan barang dagangan,………. Rp xxx
Harga pokok penjualan……….. Rp xxx Laba bruto atas penjualan………. Rp xxx Biaya usaha :
Biaya penjualan :
Biaya advertensi………. Rp xxx Biaya pengiriman………... Rp xxx Gaji pelayan toko………... Rp xxx Penyusutan bangunan toko……… Rp xxx
Jumlah biaya penjualan……… Rp xxx Biaya umum dan administrasi :
Gaji pimpinan dan karyawan……… Rp xxx Supplies kantor………. Rp xxx Penyusutan perabot kantor………Rp xxx Pajak, asuransi dan lain-lain………. Rp xxx Pemakaian telepon dan listrik………... Rp xxx +
Jumlah biaya umum dan administrasi……….. Rp xxx + Jumlah biaya usaha………. Rp xxx Laba usaha……….. Rp xxx
Pendapatan dan laba di luar usaha :
Pendapatan sewa………. Rp xxx Pendapatan bunga………... Rp xxx Laba penjualan aktiva tetap……… Rp xxx
Rp xxx Biaya dan rugi di luar usaha
Biaya bunga………. Rp xxx Biaya sewa………... Rp xxx
Rp xxx Rp xxx Laba bersih sebelum pajak perseroan………. Rp xxx Taksiran pajak perseroan……… Rp xxx Laba bersih………. Rp xxx Laba per lembar saham :
Laba operasional………. Rp xxx
Keuntungan dari pos luar biasa………... Rp xxx Laba Bersih………... Rp xxx Sumber : Drs. Syahrul Rambe, Ak.,MM dan Dra. Nurzaimah, Ak.,MM, Modul Akuntansi
b. Neraca
Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang (liabilities), dan modal sendiri (Owners equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yaitu akhir bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun. Unsur yang berkenaan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercermin dalam neraca. Neraca disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
Aktiva, kewajiban dan neraca didefenisikan sebagai berikut : 1) Aktiva (Assets)
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi perusahaan, baik berupa uang, barang dan hak-hak yang dijamin oleh undang-undang atau pihak-pihak tertentu yang timbul dari transaksi dan peristiwa masa lalu. Termasuk juga biaya-biaya yang belum dibebankan dalam periode yang bersangkutan, dan akan dibebankan pada periode-periode yang akan datang. Aktiva terdiri dari : Aktiva lancar, Investasi jangka panjang, Aktiva tetap berwujud, Aktiva tetap tak berwujud, dan Aktiva lain-lain.
2) Kewajiban (liabilities)
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang akan timbul di masa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban di saat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lainnya di masa yang akan datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu.
3) Ekuitas
Ekuitas adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva kewajiban yang ada, dan dengan tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
Ada tiga bentuk penyajian neraca yang lazim digunakan : a) Bentuk skontro
Yaitu bentuk rekening T, di mana aktiva disusun di bagian kiri atau debit dan passiva yang terdiri dari kelompok kewajiban dan ekuitas disusun di sebelah kanan atau kredit.
b) Bentuk vertikal
Bentuk laporan di mana aktiva, kewajiban dan ekuitas disusun dengan urutan ke bawah (vertikal).
c) Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Yang bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki tampak dengan jelas.
Table 2.2 PT.XYZ Neraca Per 31 Desember 2004 AKTIVA Aktiva Lancar : Kas……… Rp xxx Surat-surat berharga……….. Rp xxx Wesel tagih……… Rp xxx Persediaan barang dagangan………. Rp xxx Penghasilan yang masih harus diterima……….Rp xxx Perskot biaya………. Rp xxx
Total aktiva lancar……… Rp xxx Investasi : Saham PT. Makmur………. Rp xxx Obligasi negara……… Rp xxx Jumlah investasi……….. Rp xxx Aktiva Tetap : Tanah………... Rp xxx Bangunan………. Rp xxx Akumulasi penyusutan……… xxx Rp xxx Mesin-mesin……… Rp xxx Akumulasi penyusutan……… xxx Rp xxx Inventaris………. Rp xxx Akumulasi penyusutan……… xxx Rp xxx Jumlah aktiva tetap………. Rp xxx Aktiva tidak berwujud :
Goodwill………. Rp xxx Beban yang ditangguhkan……….. Rp xxx
Jumlah aktiva tak berwujud……… Rp xxx Aktiva lain-lain :
Piutang jangka panjang………. Rp xxx Bangunan dalam pendirian……… Rp xxx
Jumlah aktiva lain-lain………... Rp xxx
Total aktiva……… Rp xxx PASSIVA Hutang lancar : Hutang dagang………. Rp xxx Wesel bayar……….. Rp xxx Hutang pajak………. Rp xxx Biaya yang masih harus dibayar………... Rp xxx Pendapatan yang diterima di muka………... Rp xxx
Jumlah hutang lancar………Rp xxx Hutang jangka panjang :
Hutang obligasi………. Rp xxx Hutang hipotek………. Rp xxx
Jumlah hutang jangka panjang………. Rp xxx
Modal/ Kepemilikan : Modal saham……… Rp xxx Pemasukan modal……… Rp xxx Laba ditahan……… Rp xxx Total modal……….. Rp xxx Total Passiva………. Rp xxx
Sumber : Drs. Syahrul Rambe, Ak.,MM dan Dra. Nurzaimah, Ak.,MM, Modul Akuntansi Menengah I, Medan,2005, hal 11-12.
c. Laporan Arus Kas
Laporan kas merupakan laporan yang memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu atau laporan yang menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas atau setara dengan kas pada suatu periode tertentu.
Tujuan dalam menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas dikelompokkan dalam 3 (tiga) kegiatan yaitu sebagai berikut :
1) Kegiatan investasi (investasi)
Yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah menerima dan menagih pinjaman, utang, surat-surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2) Kegiatan pembiayaan (financing)
Yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah kegiatan mendapatkan sumber- sumber dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang tertentu.
3) Kegiatan operasi perusahaan (operating)
Yang termasuk dalam kelompok kegiatan operasi perusahaan adalah seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai
kegiatan investasi dan pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup : kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian service.
Bentuk-bentuk laporan arus kas
Ada dua bentuk penyajian laporan arus kas yaitu : 1) Direct method
2) Indirect method
Tabel 2.3 PT. XYZ Laporan Arus Kas Untuk tahun 2004
1. Arus kas dari kegiatan operasi a. Arus kas masuk :
Penerimaan dari langganan……….. Rp xxx
Penerimaan deviden………. Rp xxx
Penerimaan bunga……… Rp xxx
Penerimaan claim asuransi………Rp xxx + Jumlah arus kas masuk……….. Rp xxx b. Arus kas keluar
Pembayaran kepada supplier……… Rp xxx
Pembayaran bunga………... Rp xxx
Pembayaran pajak……… Rp xxx
Pembayaran tuntutan pengadilan………. Rp xxx + Jumlah arus kas keluar………. Rp xxx
Kas bersih yang berasal dari operasi……….. Rp xxx 2. Arus kas dari kegiatan investasi
a. Arus kas masuk:
Penerimaan dari penjualan aktiva tetap.. Rp xxx
Penerimaan dari wesel atas penjualan
Aktiva tetap……… Rp xxx + Jumlah arus kas masuk………... Rp xxx b. Arus kas keluar ;
Pembelian bangunan……….. Rp xxx
Pengeluaran modal……… Rp xxx + Jumlah arus kas keluar………... Rp xxx -
Kas bersih yang berasal dari investasi……… Rp xxx 3. Arus kas dari kegiatan pembelanjaan
a. Arus kas masuk :
Penerimaan dari pengeluaran obligasi… Rp xxx
Penerimaan dari penjualan saham biasa.. Rp xxx + Jumlah kas masuk………... Rp xxx b. Arus kas keluar
Pembayaran lease……… Rp xxx
Pembayaran deviden………... Rp xxx +
Jumlah arus kas keluar………. Rp xxx -
Kas bersih yang berasal dari pembelanjaan………. Rp xxx + Kenaikan atau penurunan kas………... Rp xxx
Sumber : Drs. Syahrul Rambe, Ak.,MM dan Dra. Nurzaimah, Ak.,MM, Modul Akuntansi Menengah I, Medan,2005, hal 19.
B. Kredit
1. Pengertian Kredit
Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang membeli barang dengan kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan dengan tunai (kontan), tetapi dengan cara mengangsur. Selain itu banyak anggota masyarakat yang menerima kredit dari koperasi ataupun bank untuk kebutuhannya. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang, karena setelah jangka waktu tertentu mereka harus membayar lunas.
Sebenarnya kata “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/debitur., karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.
Menurut Drs. OP. Simorangkir (1986:90), “Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.”
Sutarno (2003:95), “Kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari kepada pihak yang meminjamkan.”
Menurut Undang-undang perbankan No. 8 tahun 1998 pasal 1 butir 2 bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan
pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Dari rumusan di atas, dapat dikemukakan bahwa bahwa kredit itu merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini, bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang telah disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas.
Bank sangat hati-hati dalam memberikan kredit kepada calon nasabah. Setiap calon debitur yang mengajukan permohonan kredit kepada bank yang bersangkutan harus memenuhi segala ketentuan/persyaratan yang berupa data- data yang bersifat keuangan dan data-data yang bersifat non keuangan. Informasi laporan keuangan calon debitur menjadi salah satu pertimbangan/persyaratan yang dibutuhkan oleh bank. Laporan keuangan itu sendiri merupakan gambaran umum mengenai posisi keuangan perusahaan calon debitur. Bank akan mengadakan analisis terhadap laporan keuangan calon debitur tersebut, apakah layak atau tidak diberikan kredit.
Informasi laporan laba rugi calon nasabah dapat dijadikan sebagai sebuah indikator dalam menilai kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan kredit beserta bunganya. Laporan neraca calon nasabah dapat dijadikan sebagai indikator besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah.
Menurut Wareen, dkk (2005:27) :
Pejabat kredit pinjaman bank menggunakan laporan keuangan dalam memutuskan apakah akan memberikan pinjaman kredit kepada perusahaan yang mengajukan permohonan kredit. Dalam akad perjanjian kredit dapat dipersyaratkan bahwa peminjam harus mempertahankan jumlah aktiva tertentu yang melebihi jumlah kewajiban. Laporan keuangan perusahaan digunakan untuk memantau ketaatan atas syarat-syarat dalam perjanjian kredit.
Tenggang waktu antara pemberian dan penerimaan kembali kredit beserta prestasinya merupakan suatu hal yang abstrak, yang sukar diraba, karena masa antara pemberian dan penerimaan prestasi tersebut dapat berjalan dalam beberapa bulan, tetapi dapat pula berjalan dalam beberapa tahun.
Hal ini dapat terjadi karena dalam praktek banyak nasabah tidak menepati waktu yang diperjanjikan dalam mengembalikannya pinjamannya dengan berbagai alasan. Dalam rumusan pengertian kredit ditegaskan mengenai kewajiban nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan jangka waktunya dan disertai dengan kewajibannya yang lain yaitu dapat berupa bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2. Unsur-Unsur Kredit
Dari defenisi kredit di atas dapat dikemukakan sedikitnya empat yang menjadi unsur-unsur kredit, yaitu seperti yang digambarkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.2 Unsur-Unsur Kredit
Sumber : H. Budi Untung, kredit Perbankan di Indonesia. ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2000, hal 2.
Unsur-unsur kredit tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut: a. Kepercayaan
Disini berarti si pemberi kredit yakin bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
b. Jangka waktu
Waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang
KEPERCAYAAN JANGKA WAKTU
UNSUR KREDIT
PRESTASI RESIKO
lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of risk
Yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin panjang jangka waktu kredit diberikan, maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, sehingga terdapat unsure ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan unsur resiko. Karena adanya unsur resiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian kredit.
d. Prestasi
Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
3. Tujuan dan Fungsi Kredit