• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amin, B. 1999. Akumulasi dan Distribusi Logam Berat Pb dan Cu Pada Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Pantai Dumai, Riau. http : /www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur vol 4(1)/Bintal.pdf (28 April 2008). Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta. Arisandi, P. 2002. Bioakumulasi Logam Berat Dalam Pohon Bakau (Rhizopora

mucronata) dan Pohon Api-api (Avicennia marina). http: //ecoton.terranet.or.id/tulisan lengkap.php?id=1345 (16 April 2008). Babich, H dan G. Stotzky. 1978. Effects of Cadmium On The Biota : Influences

of Enviromental Factors. Edv. Appl. Microbiol.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPEDALDASU). 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007. http : /www.bapedaldasu.go.id Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. ---. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya Dengan

Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press. Jakarta.

Ditjen Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP). 2005. Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Perairan Bulan Oktober 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. http : /www.dkp.go.id (5 Mei 2008).

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M,. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Fuadi, 2007. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Pencemaran Logam Berat. http : //lets-belajar.blogspot.com (8 September 2008).

Hutagalung. H.P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Puslitbang Oseanologi. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. LIPI. Jakarta.

Idris, I. 2001. Kebijakan Pengelolaan Pesisir Terpadu Di Indonesia. Pusat Riset Teknologi Kelautan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Klein, D.A dan J.S. Thayer. 1995. Interactions Between Soil Microbial Community and Organometallic Compaunds. MArcell Dekker, Inc. New York and Basel.

Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Luncang. 2005. Ekosistem Wilayah Pesisir. Lintas Konservasi. http ://mailto[project email].com (8 Agustus 2008)

Mastaller, M. 1996. Destruction of Mangrove Wetlands – Causes and Consequences. A Biannual Collection Titled Natural Resources and Development _ Focus; Mangrove Forest. Institute for Scientific Cooperation. Tobingen.

Merian, E. 1994. Toxic Metal In The Environment. VCH Verlagsgeselischatt mbH. Weinheim.

Moore, W.G. 1977. A Dictionary of Geography. Penguin Book. Hardmonds Worth.

Mukhtasar. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Alam. Pradnya Paramita. Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia,

Jakarta. Penerjemah : Eidman dkk.

Rosmarkam, A dan Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Saeni. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat Dengan Analisis Rambut. Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor.

Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerianegara, I dan Indrawan, 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Suharto, 2005. Dampak Pencemaran Logam Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan Masyarakat. Majalah Kesehatan Indonesia No. 165/Nty. UNAir-SURABAYA. http : /www.pdpersi.co.id (5 Mei 2008).

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Gramedia. Jakarta.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tarmedi, U. 1996. Kandungan Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Tegakan Pidada (Sonneratia alba) di Hutan Mangrove Cagar Alam Muara Angke DKI

Jakarta. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan – Institut Pertanian Bogor.

Thomlinson, P.B. 1986. The botany of mangroves. Cambridge University Press. London.

Vogel. 1994. Qualitative Inorganik Analysis. Departement of Chemistry Queens University. Belfast, N. Ireland.

Walsh, G.E. 1974. Mangrove; a review. In : Ecology of Halophytes pp. New York. Academic Press.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Andi. Yogyakarta.

Wikipedia. 2008. Avicennia. http : //id.wikipedia.org/wiki/Api-api (7 Mei 2008). Wild, A. 1995. Soils and The Environment : An Introduction. Cambridge

University Press. Great Britain.

Yudhanegara, R.A. 2005. Penyerapan Unsur Logam Berat Pb dan Hg Oleh Eceng Gondok [Eichhornia crassipes (Mart.) Solms] dan Kiapu (Pistia stratiotes Linn). Skripsi Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan IPB. Bogor.

Lampiran 2

BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004

No Parameter Satuan Baku mutu

FISIKA 1 Kecerahana m coral: >5 mangrove: - lamun: >3 2 Kebauan - Alami3 3 Kekeruhana NTU <5

4 Padatan tersuspensi totalb mg/l coral: 20 mangrove: 80 lamun: 20 5 Sampah - Nihil 1(4) 6 Suhuc 0C alami3(c) coral: 28-30(c) mangrove: 28-32 (c) lamun: 28-30(c)

7 Lapisan minyak5 - Nihil 1(5)

KIMIA

1 pHd - 7 – 8,5 (d)

2 Salinitase 0/00 alami3(e)

coral: 33-34(e) mangrove: s/d 34 (e) lamun: 33-34(e)

3 Oksigen terlarut (DO) mg/l >5

4 BOD5 mg/l 20 5 Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,3 6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008 8 Sianida (CN-) mg/l 0,5 9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01

10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003

11 Senyawa Fenol total mg/l 0,002

12 PCB total (poliklor bifenil) µg/l 0,01 13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1

14 Minyak dan Lemak mg/l 1

15 Pestisidaf µg/l 0,01

16 TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01

Logam Terlarut

17 Raksa (Hg) mg/l 0,001

18 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005

20 Kadmium (Cd) mg/l 0,001 21 Tembaga (Cu) mg/l 0,008 22 Timbal (Pb) mg/l 0,008 23 Seng (Zn) mg/l 0,05 24 Nikel (Ni) mg/l 0,05 BIOLOGI 1 Coliform (total)g MPN/100 ml 1000g

2 Patogen sel/100 ml Nihil1

3 Plankton sel/100 ml Tidak bloom6

RADIO NUKLIDA

1 Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4 Catatan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).

4. Pengamatan oleh manusia (visual ).

5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan

ketebalan 0,01mm

6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi.

Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.

7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami

d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor

g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

Menteri Negara Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM. Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Lampiran 3

Baku mutu sedimen

Baku mutu logam berat di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan, sehingga sebagai acuan digunakan baku mutu yang dikeluarkan oleh IADC/CEDA (1997) mengenai kandungan logam yang dapat ditoleransi keberadaannya dalam sedimen berdasarkan standar kualitas Belanda, seperti dapat dilihat pada tabel berikut :

Logam Berat Level

Target

Level Limit

Level Tes Level

Intervensi Level Bahaya Cadmium (Cd) 0.8 2 7.5 12 30 Timbal (Pb) 85 530 530 530 1000 Merkuri (Hg) 0.3 0.5 1.6 10 15 Sumber: IADC/CEDA (1997) Keterangan :

a. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.

b. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen memiliki nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem.

c. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada kisaran nilai antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan.

d. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada kisaran nilai antara level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai tercemar sedang. e. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan berada pada nilai yang lebih besar dari baku

Lampiran 4

Profile Hutan Mangrove di Desa Kampung Nelayan, Belawan

Profile Hutan Mangrove di Desa Jaring Halus, Kabupaten Langkat

Beberapa kegiatan pengukuran, seperti (a) Pengukuran Diameter dan (b) Pengukuran Salinitas

Dokumen terkait