• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arikunto, Suharsimi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Eresco, Bandung

Asngari, Pang S. 2003. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press – Bogor Baak STPP Bogor. 2010. Laporan Studi Semester Genap Tahun Akademik

2009/2010. STPP Bogor.

Badan Ketahanan Pangan. 2004. Pedoman Umum. Deptan, Jakarta

Baliwati, Y. Farida. 2007. Pengembangan Konsumsi Pangan, Beragam, Bergizi dan Berimbang. Bogor: Dept. Gizi Masyarakat – IPB.

BPSDMP. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Diploma IV Pola in and out campus learning systems. Jakarta

Chaplin, James. P 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2004. Ringkasan Kajian. http://www.deptan.go.id/bpsdm/puskaji/hasil-kajian/ringk_kajian2004.htm. [diakses 21 Oktober 2010].

. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian 2005 - 2010. Deptan, Jakarta

. 2006. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Deptan,Jakarta

Darmawan, I Putu Sugi. 2005. Analisis Tipe Strategi Industri Kecil dan Menengah di Kawasan Sarbagita, Bali. Tesis yang tidak dipublikasikan, Fakultas Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

Davidoff, Linda L. 1987. Introduction to Psychology. New York: Mc.Millan Publishing Co

Fakhrudin. 2000. Definisi Kurikulum http://www.mukhlisfahruddin.web.id/2009 [diakses 30 Oktober 2010]

Hamalik Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 4, Bumi Aksara, Jakarta.

Hoover, Justine R, dkk. 2009. Evaluation of a new nutrition education curriculum and factors influencing its implementation. J. Extension Vol. 47. IOWA State University.

Irwanto., Elia, Heman., Hadisoepadama, Antonisus., Priyani, Retno MJ., Wismanto, Y.B., Fernandes, Cosmas. 1998. Psikologi Umum. Gramedia Jakarta :

Juliandi, Azuar. 2007. Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen http://www.azuarjuliandi.com [diakses 29 Juli 2010].

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press, Bogor.

Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press – Surakarta.

Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Sebelas Maret University Press – Surakarta.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta. Mustika, Sri. 2009. Keragaan Penyuluhan Pertanian dalam Upaya Mendukung

Pembangunan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lampung Barat. Tesis yang tidak dipublikasikan, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

Nainggolan, Kaman. 2008. Melawan Kelaparan dan Kemiskinan abad 21. Kekal Pres, Bogor

Permenpan no : PER/02/Menpan/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh

Pertanian dan Angka Kreditnya.

http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/ pdf. [diakses 25 April 2009]. Presiden Republik Indonesia. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Seri online: http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/ UU.SP3K.pdf. diakses pada tanggal 25 April 2009.

Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers – Jakarta.

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Alfabeta – Bandung.

Sambenthiro, Ellinda. 2009. Makalah Ekonomi. Atmajaya - Jakarta

Singarimbun, Masri, Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey, Cetakan kedua, LP3ES, Jakarta.

Slamet, Margono. 2003. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas. Di dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Slamet, Margono. 2003. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. IPB. http://www.google.co.id/search?q=prinsip+penyuluhan.

[diakses 29 April 2009]

Srimulyo. 1999. Perilaku dan Pemahaman Kinerja.

http://www.google.co.id/search?q=karakteristik+yang+berpengaruh.

[diakses 13 Agustus 2010].

Suprapto, Ato. 2009. Pemerintah Daerah Harus Memanfaatkan PPL. http/www.blogspot.com/ketahanan-pangan. [diakses 4 Mei 2009].

Undang-undang No 7 tahun 1996. tentang pangan. http://www.google.com.UU7.pdf. diakses pada tanggal 25 April 2009. Walgito, Bimo. 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset Wikipedia. Definisi Kurikulum. http://www.wikipedia.com [diakses 11 Juli 2010]. Wiriaatmadja, Soekandar. 1978. Peringatan 75 tahun SPMA Bogor. Banyoe

Oerip – Bogor.

Worth, S.H. 2007. Developing curriculum markers for agricultural extension education in South Africa. The Journal Of Agricultural Education & Extension. JAEE.

ABSTRACT

YOYON HARYANTO. The Analysis of Supporting Factors in Strengthening Agricultural Extension Expert Candidates for the Development of Food Security; Case of High School Agricultural Extension Bogor. Under direction of SITI MADANIJAH and M. RIZAL. M. DAMANIK.

The improvement of understanding for agricultural extension expert candidate on the duties and functions of agricultural extension and food security in the STPP Bogor had never been properly measured. Characteristics of area of origin, formal education, non formal education, field of expertise and mastery level of perception the material were all factors supporting the strengthening of agricultural extension specialist candidates in STPP Bogor. The aim of this research was to analysis the candidates understanding of agricultural extension expert on basic tasks and functions, food security, and formulate strategies that support the curriculum development of these competencies. The method used in this study was complete enumeration which processed by descriptive, correlation, multiple regression analysis, and SWOT analysis. The result of the study showed that factor influencing the basic tasks and functions, and food security was characteristic of local origin. This result was also strengthened with the relationship between the origin of agricultural extension expert candidate against level of understanding of the basic tasks and functions, and knowledge of food security. Agricultural extension specialist candidate from the Indonesian West Region had better level of understanding than Indonesian Central and East Regions. Chosen strategy for curriculum development in the STPP Bogor is in quadrant two. Shared commitment among all parties involved in the process of education and increased capacity of agricultural extension expert candidates in providing agricultural extension agents who had a double competence was essential to make it happen.

Key words: agricultural extension expert candidate, tasks and functions, food security, curriculum

Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan salah satu dari “Triple Track Strategy” Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka

pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tersebut, Kementerian Pertanian telah menetapkan visi pembangunan pertanian yaitu; “Terwujudnya Pertanian Tangguh untuk Pemantapan Ketahanan Pangan, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian serta Peningkatan Kesejahteraan Petani,” maka untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah, diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada petani agar seluruh rangkaian proses produksi pertanian dapat berjalan dengan optimal melalui pencapaian produksi dan stabilitas harga yang menempatkan petani pada posisi tawar yang menguntungkan. Pencapaian tersebut dapat terlaksana bila didukung juga oleh kondisi sumberdaya manusia petani dan aparatur yang berkualitas (Deptan, 2006).

Agar usaha peningkatan perilaku masyarakat dilaksanakan lebih terarah, maka penyuluh pertanian selaku aparatur pemerintah diharapkan memiliki kemampuan yang mendasar dalam pelaksanaan tugasnya. Kemampuan tersebut tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi pertanian semata, akan tetapi sampai pada tingkat konsumsi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu misi pembangunan pertanian tahun 2005-2010, yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme penyuluh pertanian adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional bagi Penyuluh Pertanian sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/MENPAN/5/2008 Pasal 29 atau pendidikan formal (tugas belajar) setara strata-1 di enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yang ada di Indonesia salah satunya adalah STPP Bogor.

STPP Bogor merupakan perguruan tinggi kedinasan yang bergerak di dalam bidang pendidikan formal bagi penyuluh pertanian, dengan tugas utamanya adalah meningkatkan kompetensi dan pengetahuan di bidang metode dan peran sosial lainnya dari penyuluh pertanian. Peserta didik di STPP Bogor

adalah penyuluh pertanian terampil yang akan beralih menjadi penyuluh pertanian ahli dengan mengalami proses pembelajaran selama empat tahun. Output utama dari pendidikan untuk penyuluh pertanian ini adalah menghasilkan lulusan yang mampu melaksanakan pekerjaannya berdasarkan kompetensi untuk merencanakan, mengoperasionalkan, memonitoring dan mengevaluasi suatu tupoksi dan rencana kerja penyuluhan di wilayah kerjanya. Sehingga diharapkan dengan melaksanakan pendidikan selama empat tahun tersebut terbentuk karakter penyuluh pertanian ahli yang andal dan memiliki pengetahuan serta pemahaman yang lebih dari para penyuluh pertanian yang tidak mengikuti pendidikan di STPP Bogor.

Namun seberapa besar peningkatan pengetahuan penyuluh pertanian tugas belajar tersebut terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, ketahanan pangan dan kurikulum STPP Bogor yang mendukung peningkatan kompetensi tersebut belum terukur. Oleh karena itu perlu dikaji seberapa jauh tingkat pemahaman dan persepsi para penyuluh pertanian tugas belajar tersebut tentang ketahanan pangan secara komprehensif. Selain itu, perlu juga dirumuskan strategi pengembangan kurikulum STPP Bogor sebagai landasan proses pembelajaran untuk memperoleh output lulusan yang memiliki kompetensi ganda yaitu penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan.

Rumusan Masalah

Pemahaman penyuluh pertanian terhadap bidang tugas hanya untuk peningkatan produksi pertanian, sehingga penyuluh pertanian dikatakan berhasil bila peningkatan produksi pertanian di daerahnya tercapai sesuai target atau melebihi target. Sementara pengertian ketahanan pangan tidak hanya dilihat dari aspek produksi saja tetapi dari berbagai subsistem, yaitu subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi.

Sejalan dengan arah Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yaitu mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, maka penyuluh pertanian dituntut memiliki pengetahuan yang memadai di bidang teknis dan non teknis pertanian untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan. Pengetahuan penyuluh pertanian dalam hal ketahanan pangan dan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penyuluh pertanian (Mustika, 2009). Oleh karena itu

dalam penelitian ini karakteristik calon penyuluh pertanian ahli seperti latar belakang pendidikan sebelum masuk STPP Bogor, asal daerah, bidang keahlian, penguasaan materi, pendidikan non formal, pemahaman terhadap tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan dijadikan sebagai karakter pembentuk persepsi tentang ketahanan pangan oleh calon penyuluh pertanian ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

Sedangkan untuk mengetahui keterkaitan persepsi dan kompetensi ketahanan pangan tersebut perlu dikaji secara mendalam kurikulum yang ada dan diterapkan sebagai landasan proses belajar mengajar di STPP Bogor apakah sudah mendukung terhadap pengetahuan dan keterampilan para calon penyuluh pertanian ahli tersebut atau perlu ditambah agar lebih komprehensif.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor? 2. Seberapa jauh pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas

pokok dan fungsi penyuluh pertanian?

3. Bagaimana tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli terhadap ketahanan pangan?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian?

5. Bagaimana hubungan antara karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan tingkat pengetahuan ketahanan pangan?

6. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan calon penyuluh pertanian ahli di bidang ketahanan pangan melalui pengembangan kurikulum pengajaran di STPP Bogor?

Tujuan

Tujuan umum

Menganalisis pemahaman calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor terhadap tupoksinya dan ketahanan pangan serta kurikulum atau mata pelajaran yang mendukung terhadap kompetensi tersebut.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik calon penyuluh pertanian ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

2. Menganalisis tingkat pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian.

3. Menganalisis tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli terhadap ketahanan pangan.

4. Menganalisis hubungan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tugas pokok dan fungsinya.

5. Menganalisis hubungan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pengetahuan ketahanan pangan.

6. Merekomendasikan strategi pengembangan kurikulum di STPP Bogor untuk peningkatan pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli dalam pembangunan ketahanan pangan.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk peningkatan pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli untuk pembangunan ketahanan pangan. Selain itu penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang terkait antara lain:

1. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk merumuskan pola pembelajaran dan kurikulum agar lulusan dari STPP memiliki kompetensi ganda yaitu ilmu penyuluhan dan ketahanan pangan untuk pembangunan pertanian di masing-masing tempat tugasnya.

2. Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Dari hasil penelitian ini diharapkan calon penyuluh pertanian ahli dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan juga pemahamannya dalam bidang ketahanan pangan sehingga dapat memotivasi untuk memperdalam kembali pengetahuannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian

Istilah “penyuluhan” atau “extension” telah digunakan pada pertengahan

abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge. Istilah lain dalam bahasa Belanda yaitu voorlichting”, dalam bahasa Jerman dikenal sebagai “berating,“ Perancis sebagai vulgarization dan Spanyol sebagai capacitation. Dari kepustakaan yang dijumpai, bisa disimpulkan bahwa penyuluhan diartikan sebagai pendidikan luar sekolah demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakat (Mardikanto, 2003). Pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan dikenal sebagai Agricultural Extension

(penyuluhan pertanian), terutama di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di bidang-bidang lain, maka berubah namanya menjadi Extension Education, dan di beberapa Negara lain disebut Development Communication (Slamet, 2003).

Batasan penyuluhan bisa dilihat dari pendapat beberapa pakar. Mardikanto (2003), mengartikan penyuluhan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, partisipatif, dan sejahtera secara berkelanjutan.

Selanjutnya menurut Asngari (2003), bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan atau dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.

Sedangkan batasan terbaru dari penyuluhan pertanian menurut Permenpan No 2 tahun 2008 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Persepsi

Persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, yang merupakan kesadaran dari proses organis dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu (Chaplin, 1999). Menurut Walgito (2002) persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dengan persepsi,individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.

Irwanto, dkk (1998) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun diterima) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Rahmat (2004) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan makna informasi. Persepsi merupakan proses kognitif dimana sesorang memberikan arti kepada suatu lingkungan melalui proses penginderaan. Stimulus ditangkap oleh alat indera kemudian stimulus itu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga kemudian individu memberi arti pada stimulus yang direspon tersebut. Hasil dari persepsi pada setiap individu akan berbeda, tergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu tentang objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya.

Persepsi merupakan sebuah proses yang kompleks, yang terdiri dari proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi maka proses terjadinya dipengaruhi oleh beberapa komponen. Ada beberapa hal yang berpengaruh dalam proses persepsi bagi seorang individu. Menurut Walgito (2002) faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Faktor Internal

Yaitu fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan proses penginderaan, yang terdiri dari reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus. Syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima

reseptor ke pusat susunan syaraf (otak) dan syaraf motoris sebagai alat untuk mengadakan

respon.

b. Faktor Eksternal

Adanya stimulus dan keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi. stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan.

Menurut Davidoff (1987) selama proses persepsi, pengetahuan tentang dunia dikombinasikan dengan kemampuan konstruktif pengamat, fisiologi dan pengalaman. Kemampuan konstruktif berkenaan dengan proses kognitif tertentu akan gambaran yang menarik dalam mempersepsi.

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/Menpan tahun 2008, Penyuluh Pertanian Terampil adalah pejabat fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. Sedangkan Penyuluh Pertanian Ahli adalah pejabat fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. Sehingga dari definisi tersebut tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli berbeda sesuai dengan jenjang jabatan fungsionalnya.

Tupoksi penyuluh pertanian terampil sesuai dengan jenjang jabatan, (Permenpan no 2 tahun 2008) sebagai berikut:

a. Penyuluh Pertanian Pelaksana Pemula:

1. Memandu penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK), dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK);

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk kartu kilat;

5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk transparansi/bahan tayangan;

6. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk flipchart atau peta singkap;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

9. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 10. Memandu pelaksanaan demonstrasi usaha tani dengan cara demonstrasi

plot;

11. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran. b. Penyuluh Pertanian Pelaksana:

1. Mengumpulkan data tingkat desa dan kecamatan;

2. Memandu penyusunan Rencana Kegiatan Desa (RKD) dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD)/Programa Penyuluhan Desa;

3. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 4. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

5. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 8. Melaksanakan demonstrasi cara;

9. Merencanakan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi plot;

10. Memandu pelaksanaan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi farm; 11. Memandu pelaksanaan sekolah lapang;

12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 13. Mengajar kursus tani;

14. Menumbuhkan kelompok tani;

15. Mengembangkan kelompok tani Pemula ke Lanjut. c. Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan:

1. Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat desa, kecamatan dan kabupaten;

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk seri foto; 5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk poster;

6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 9. Melaksanakan uji coba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode

penyuluhan pertanian;

11. Memandu pelaksanaan demonstrasi usahatani melalui 12. Demonstrasi area;

13. Melaksanakan temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya;

14. Merencanakan forum penyuluhan pedesaan, magang, widyawisata, karyawisata/widyakarya;

15. Melaksanakan forum penyuluhan pedesaan, magang, widyawisata, karyawisata/widyakarya;

16. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 17. Mengajar kursus tani;

18. Menumbuhkan gabungan kelompok tani;

19. Mengembangkan kelompok tani dari Lanjut ke Madya;

20. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan.

d. Penyuluh Pertanian Penyelia:

1. Menyusun programa penyuluhan pertanian di tingkat desa dan kecamatan sebagai ketua;

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi dalam bentuk leaflet/liptan/ selebaran/folder;

5. Menyusun pedoman/juklak penilaian prestasi petani/ kelompok tani di tingkat kabupaten;

6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 9. Merencanakan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi area;

10. Merencanakan sekolah lapang;

11. Merencanakan temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya; 12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 13. Mengajar kursus tani;

14. Melakukan penilaian prestasi petani/kelompok tani di tingkat kabupaten; 15. Melakukan penilaian perlombaan komoditas pertanian;

16. Menyusun rencana kegiatan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan;

17. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten;

18. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan di tingkat provinsi; 19. Menganalisis dan merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan

pertanian di tingkat kecamatan;

20. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan.

Tupoksi penyuluh pertanian ahli sesuai dengan jenjang jabatan, (Permenpan no 2 tahun 2008) sebagai berikut:

a. Penyuluh Pertanian Pertama:

1. Mengumpulkan data potensi wilayah di tingkat kabupaten; 2. Mengumpulkan data potensi wilayah di tingkat provinsi; 3. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 4. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk brosur/buklet; 6. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk sound slide; 7. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk materi Pameran; 8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 9. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

10. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 11. Melaksanakan temu wicara/temu teknologi/temu usaha;

12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran;

Dokumen terkait