• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anonim. ”Penghasilanku, Dizakati dan Dipajaki”, Indonesia Tax Review, Vol VI, Edisi 47, 2007.

Basir, Abdul. ”Tesis: Zakat Atas Penghasilan Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”, FISIP UI, Jakarta, 2002.

Beik, Irfan Syauqi. “Menerapkan Kebijakan Zakat Pengurang Pajak”, Suara Hidayatullah, September 2007.

Damanhur. ”Mewujudkan Sistem Perpajakan Perspektif Islam”, Prosiding Persidangan Antarabangsa Pembangunan Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 2006.

Hafidhuddin, Didin. ”Terdapat Korelasi yang Positif Antara Pajak dengan Zakat”, Indonesia Tax Review, Volume VI, Edisi 46, 2007.

. “Zakat Dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani Press, Jakarta, 2002.

Hasan, M. Ali dan Masail Fiqhiyyah. “Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Ibrahim, Teuku H. Muslim. ”Hubungan Antara Zakat dan Pajak Sebagai Sumber Dana Kemasyarakatan” , PT Bina Rena Pariwara, Jakarta, 1992.

Irawan, Prasetya. “Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial”, Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, Jakarta, 2006.

Kerlinger, Fred N. “Asas-asas Penelitian Behavioral”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003.

Muktiyanto, Ali dan Hendrian. “Zakat Sebagai Pengurang Pajak”, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008.

Mursyidi. ”Akuntansi Zakat Kontemporer”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.

Newman, Willian Lawrence. ”Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches”, Edisi Keempat, Allyn and Bacon, USA, 2000. Qardhawi, Yusuf. “Hukum Zakat”, PT Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta, 1998.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pajak Pengelolaan Zakat.

Suandy, Erly. “Perpajakan”, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2006. . ”Hukum Pajak”, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta 2002. Soemitro, Rahmat. ”Asas dan Dasar Perpajakan I”, PT Eresco, Bandung, 1988. Sukirno, Sadono. ”Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi Kedua, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1994.

Sukrisno, Agoes dan Estralita Trisnawati. ”Akuntansi Perpajakan”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Umar, Husein. ”Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.

Wirawan dan Richard. ”Hukum Pajak”, Salemba Empat, Jakarta, 2007.

Yarmanto, Herry. ”Analisa Zakat Sebagai Faktor Pengurang Penghasilan Kena Pajak”, FISIP UI, Jakarta, 2003.

Wikipedia Bahasa Indonesia. ”Zakat”, Diakses tanggal 26 Maret 2009, dari http://wikipedia.com

Lampiran 1 : Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009

TENTANG

BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DIKECUALIKAN DARI

OBJEK PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Bantuan atau Sumbangan termasuk zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara

Republik Indonesia

Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA

Pasal 1

Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek Pajak

penghasilan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Pasal 2

Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah zakat yang diterima oleh: a. badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah; dan

b. penerima zakat Yang berhak.

Pasal 3

Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal I adalah sumbangan keagamaan yang diterima oleh:

a. lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; dan b. penerima sumbangan yang berhak.

Pasal 4

Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi atau badan.

Pasal 5

Lampiran 2 : Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ/2003

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 163/PJ/2003

TENTANG

PERLAKUAN ZAKAT ATAS PENGHASILAN

DALAM PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK PAJAK PENGHASILAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Perlakuan Zakat atas Penghasilan dalam Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

3. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885);

4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat; 5. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PERLAKUAN ZAKAT ATAS PENGHASILAN DALAM PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK PAJAK PENGHASILAN.

Pasal 1

(1). Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, boleh dikurangkan dari penghasilan bruto Wajib Pajak badan atau penghasilan neto Wajib Pajak orang pribadi yang bersangkutan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak.

(2). Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final, berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan.

(3). Besarnya zakat yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak adalah sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 2

(1). Zakat atas penghasilan wanita kawin dan penghasilan anak yang belum dewasa yang pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan suami/orang tua kecuali zakat atas penghasilan tersebut pada ayat (2), dikurangkan dari penghasilan suami/orangtuanya.

(2). Zakat atas penghasilan wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah atau penghasilan yang semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya, serta zakat atas penghasilan anak yang belum dewasa dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha

orang yang mempunyai hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat, hanya dapat dikurangkan dari penghasilan yang bersangkutan apabila terdaftar sebagai Wajib Pajak.

Pasal 3

(1). Pengurangan zakat atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan dalam tahun

pajak dilaporkannya penghasilan tersebut dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan, sesuai dengan tahun diterima/diperolehnya penghasilan.

(2). Apabila dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan dalam SPT Tahunan, zakat atas penghasilan tersebut belum dibayar, maka pengurangan zakat atas penghasilan dapat dilakukan dalam tahun pajak dilakukannya pembayaran sepanjang Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa penghasilan tersebut telah dilaporkan dalam SPT Tahunan tahun pajak sebelumnya.

Pasal 4

(1) Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atas penghasilan, wajib melampirkan lembar ke-1 Surat Setoran Zakat atau fotokopinya yang telah dilegalisir oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat penerima setoran zakat yang bersangkutan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak dilakukannya pengurangan zakat atas penghasilan tersebut.

(2) Surat Setoran Zakat yang dapat diakui sebagai bukti sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Nama lengkap Wajib Pajak; b. Alamat jelas Wajib Pajak;

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. Jenis Penghasilan yang dibayar zakatnya;

e. Sumber/jenis penghasilan dan bulan/tahun perolehannya; f. Besarnya penghasilan;

g. Besarnya zakat atas penghasilan.

Pasal 5

Lampiran 3 : Wawancara

Wawancara

Narasumber : Ria (Staff BAZNAS) Hari dan Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010

Waktu : 17.00 WIB

Pertanyaan : Bagaimana tanggapan anda mengenai perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan perlakuan zakat sebagai kredit pajak.

Narasumber : Sebagaimana kita ketahui bahwa di UU mengenai perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak sudah dapt dilaksanakan di negara ini. Namun, pada prakteknya ada yang menggunakan BSZ itu sbg pengurang PKP, ada juga yang tidak, mengingat keikhlasan mereka untuk menunaikan kewajiban negara maupun kewajiban agama tanpa harus ada yang dikurangkan.

Lalu terkait dengan perlakuan zakat sebagai kredit pajak sekarang sampai sekarang masih jadi isu.Karena dalam aplikasinya banyak yang perlu dipertimbangkan, apalagi antara obyek zakat dan obyek pajak tidak selalu sama sehingga jumlah yang dikenakan pungutan salah satunya bisa jadi lebih banyak dari yang lain. Hal itulah yang menjadi pertimbangan oleh Direktorat Pajak. Sebagai contohnya jika kita bicara masalah Zakat Perusahaan, maka obyek yang dikenakan akan menjadi lebih besar di zakat karena yang diambil zakatnya adalah aktiva lancar- pasiva lancar. Hal ini berbeda dengan pajak.

Selain itu jika sudah terdapat kesepakatan antara pajak dan zakat, terdapat juga masalah pencantuman di UUnya. Mengingat UU pajak baru disyahkan 2009 sedangkan UU Zakat akan direvisi tahun ini. Jika masalah pajak sudah direvisi di UU Zakat tapi pada pelaksanaannya belum tercantum di UU Pajak kemarin (2009), maka akan menjadi tidak sinkron dalam pengaplikasiannya. Begitu juga sebaliknya.

Lampiran 4 : Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2007-2010

Realisasi Penerimaan Negara (milyar rupiah) Tahun 2007-2010

Sumber Penerimaan 2007 1) 2008 1) 2009 2) 2010 3)

Penerimaan Perpajakan 490,988 658,701 725,843 729,165

Pajak Dalam Negeri 470,052 622,359 697,347 702,034

Pajak Penghasilan 238,431 327,498 357,400 340,322 Pajak Pertambahan Nilai 154,527 209,647 249,509 267,028 Pajak Bumi dan Bangunan 23,724 25,354 28,916 26,487 Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan 5,953 5,573 7,754 7,355

Cukai 44,679 51,252 49,495 57,026

Pajak Lainnya 2,738 3,035 4,273 3,816

Pajak Perdagangan Internasional 20,936 36,342 28,496 27,131

Bea Masuk 16,699 22,764 19,160 19,498

Pajak Ekspor 4,237 13,578 9,336 7,633

Penerimaan Bukan Pajak 215,120 320,604 258,944 180,889

Penerimaan Sumber Daya Alam 132,893 224,463 173,497 111,454

Bagian laba BUMN 23,223 29,088 30,794 23,005

Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 56,873 63,319 49,211 36,719

Pendapatan Badan Layanan Umum 2,131 3,734 5,442 9,711

Jumlah 706,108 979,305 984,787 910,054

Catatan : Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan

1) Realisasi Januari - Desember 2) Realisasi (Angka Sementara) 3) APBN

Dokumen terkait