• Tidak ada hasil yang ditemukan

Afifah KN, Bambang AN, Sudarno. 2013. Analisis willingness to pay jasa lingkungan air untuk konservasi di Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Amorea EC, Modicaa MA, Nearingb, Santoroa VC. 2004. Scale Effect in USLE and WEPP Application for Soil Erosion Computation from Three Sicilian Basins. Journal of Hydrology, 293. 100114.

Andriyanto C, Sudarto, Suprayogo D. 2015. Estimation of soil erosion for a sustainable land use planning: RUSLE model validation by remote sensing data utilization in the Kalikonto watershed. Journal of degraded and mining lands managementISSN: 2339-076X, Volume 3, Number 1: 459- 468 DOI:10.15243/jdmlm.2015.031.459.

Arifjaya NM, Prasetyo LB. 2004. Dampak perubahan lahan terhadap perubahan aliran permukaann di setiap Kecamatan di DAS Ciliwung. Di dalam: Maryanto dan Ubaidillah, editor. Manajemen Bioregional Jabodetabek Profil dan Strategi Pengelolaan Sungai dan Aliran Air. Bogor (ID) LIPI: Pusat Penelitian Biologi, Hlm 61-71.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.

Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): GMU Pr.

As-syakur AR. 2010. Pengaruh hujan terhadap erosi. [diunduh 2016 Agt 26]. Tersedia pada: https://mbojo.wordpress.com/2010/10/05/pengaruh-hujan-terhadap-erosi/.

Atmaja ISW. 2012. Kajian respon hidrologi DAS Keduang menggunakan model MWSWAT. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Blanco AC, Nadaoka K. 2006. A Comparative assessment and estimation of potential soil erosion rates and patterns in laguna lake watershed using three models: towards development of an erosion index system for integrated watershed-lake management. Symposium on Infrastructure Development and the Environment. Philippines (PH): SEAMEO-INNOTECH University of the Philippines, Diliman, Quezon City.

Bukhari I, Kemala SL, Alida L. 2015.Pendugaan erosi aktual berdasarkan metode USLE melalui pendekatan vegetasi, kemiringan lereng dan erodibilitas di hulu sub DAS Padang. Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337- 6597 Vol., No.: 160 – 167.

Daryatun, Anne G, Sigit H, Jeffrey H, Marc H, Jim J, Ben J, Steve J, Neil J, Darrel K, Dwi RM, Edward P, Alan P, Diah R, Niken S, Tony S, Doug S, Sugardjito. 2003. Mengidentifikasi, mengelola dan memantau hutan dengan nilai konservasi tinggi: sebuah toolkit untuk pengelola hutan dan pihak–pihak terkait lainnya. Jakarta (ID): Rainforest Alliance dan Proforest kerjasama WWF dam IKEA untuk Proyek-Proyek Hutan.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 1980. Surat keputusan menteri pertanian no. 837/kpts/ii/1980 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung: DEPTAN.

Dewi I. Utami GAS, Trigunasih NM, Kusmawati T. 2012. Prediksi erosi dan perencanaan konservasi tanah dan air pada Daerah Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.Vol.1 No. 1.

Fakhrudin M. 2003. Kajian respon hidrologi akibat perubahan penggunaan lahan dengan model Sedimot II [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fitzpatrick FA, Knox JC. Whitman HE. 1999. Effects of Historical Land-Cover

Changes on Flooding and Sedimentation,North Fish Creek, Wisconsin. USGS Water-Resources Investigations Report 99. Wisconsin.

FSC. 2002. FSC principles and criteria for forest stewardship. FSC-STD-01-001

(version 4-0) EN. Bonn: FSC InternationalCenter GmbH.

Gregory KJ, Walling DE. 1979. Drainage basin form and process. A geomorphological approach. Edward Arnold, London (GB): 458 pp. Harimurti, Solichin, Adi FR, Heru S. 2007. Laporan Akhir Analisis Kawasan

Lindung DAS Cisadane-Angke-Ciliwung. Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): KLH. Hardjowigeno S, Widiatmaka 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

PerencanaanTataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

[HCV Toolkit Indonesia] Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2009. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Jakarta (ID): Tropenbos International Indonesia Programme.

[HCV-RIWG] HCV RSPO Indonesian Working Group. 2009. Panduan Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) untuk Produksi Minyak kelapa sawit Berkelanjutan di Indonesia. Jakarta (ID). Hermansyah RT. 2016. Pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap debit sungai

di Daerah Aliran sungai Ciliwung Hulu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irianto S. 2000. Kajian hidrologi daerah aliran sungai ciliwung menggunakan model HEC-1[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Junaidi E, Tarigan SD. 2011. Pengaruh hutan dalam pengaturan tata air dan proses sedimentasi Daerah Aliran Sungai (DAS):Studi Kasus di DAS Cisadane. Jurnal Penelitian Hutandan Konservasi Alam 8 (2): 155-176.

Kholik A. 2013. Analisis curah hujan, debit dan tutupan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kinnell PIA. 2008. The Miscalculation of The USLE Topographic Factors in GIS. Faculty of Science University of Canberra. Canberra Australia

[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Laporan Status Lingkungan Hidup Tahun 2002. Jakarta (ID).

Lukman H. 2006. Kajian kondisi hidrologi beberapa DAS sebagai masukan dalam pengembangan wilayah Jabodetabek-Punjur. Jendela Kota. J. Perencanaan Wilayah dan Kota 2 (1):13-24.

Lorito S, Pavanelli D, Bigi A, Stanchi S, Vianello G. 2004. Introduction of GIS-based RUSLE model for land planning and environmental management in three different italian ecosystems. Department of Environmental and Agricultural Science and Technology (DiSTA). Italy (IT): Bologna University.

Maesano M, Giongo AMV, Ottaviano M, Marchetti M. 2011. National-scale

analysis for the identification of High Conservation Value Forests

(HCVFs). Forest@ 8: 22–34. [diunduh 2016 Feb 17] Tersedia pada:

http://www.sisef.it/forest@/.

Maesano M, Lasserra B, Masiero M, Tonti D, Marchetti M. 2014. Fist mapping of the conservation value forests (HCVFs) at national scale: The case of Italy. Plant Biosystems - An International Journal Dealing with all Aspects of Plant Biology: Official Journal of the Societa Botanica Italiana, DOI: 10.1080/11263504.2014.948524.

Mario. 2016. Identifikasi HCVF. [diunduh 2016 Jan 29]. Tersedia pada: http://www.grahasentosa.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=47&Itemid=211.

Milward AA, Mersy JE. 1999. Adapting RULSE to model soil erosion potential in a mountainous tropical watershed. Catena 38: 109-129.

Mulyono A. 2009. Perkiraan tingkat erosi tanah di Sub DAS Besai, Lampung Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan 19(1): 35-47.

Murillo JFM, López-Vicente M, Poesen J, Ruiz-Sinoga JD. 2011. Modelling the effects of land use changes on runoff and soil erosion in two mediterranean catchments with active gullies (South of Spain). Landform Analysis 17: 99–104.

Pawitan H. 2006. Perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap hidrologi DAS. Bogor (ID): Laboratorium Hidrometeorologi FMIPA, IPB. [PP] Peraturan Pemerintah No 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Qadariah L, Arifjaya NM, Maryanto I. 2004. Analisis curah hujan, erosi dan sedimentasi akibat perubahan tata guna lahan di sub menggunakan simulasi answer. Di dalam: Maryanto dan Ubaidillah, editor. Manajemen Bioregional Jabodetabek Profil dan Strategi Pengelolaan Sungai dan Aliran Air. Bogor (ID) LIPI: Pusat Penelitian Biologi. Hlm 49-59.

Rahmi J. 2009. Hubungan kerapatan tajuk dan penggunaan lahan berdasarkan analisis citra satelit dan sistem informasi geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi kasus kawasan hutan resort tangkahan, Cinta raja, Sei Lepan dan kawasan ekosistem Leuser (KEL). [skripsi]. Sumatera Utara (ID). Universitas Sumatera Utara.

Rahim SE. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Edisi Pertama. Bumi Akasara.

Renard KG, Foster GR, Weesies GA, McCool DK, Yoder DC. 1997. Predicting Soil Erosion by Water a Guide to Conservation Planning with the Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE). USDA: Handbook No. 703. 404. Risdiyanto I. Wibowo AD, Andri N, Ganip G. 2011. Konsep dasar HCV (High

Conservatio Value). [diunduh 2015 Apr 20]. Tersedia pada: http://banyumilih.blogspot.com/2011/03/kawasan-bernilai-konservasi-tinggi.html.

Ruspendi D. 2014. Kajian perubahan penutupan lahan pada dengan pendekatan spasial Dinamik.[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): Crestpent Press.

Sabar. 2004. Analisis alih fungsi lahan dengan menggunakan penginderaan jauh dan kesediaan membayar di sub Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sawijo. 2005. Manfaat pengembangan Dam parit untuk pengendalian banjir dan kekeringan. Study kasus Sub DAS Cibogo, DAS Ciliwung, Bogor (ID): Bul. Balitklimat.

Sinukaban N. 2007. Pengelolaan daerah aliran sungai. Bahan kuliah. Bogor (ID): Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Soil Survey Staff. 1992. Soil Taxonomy. A basic system of soil classification for making and interpreting soil surveys. USDA - Soil Conservation Service Agricultural Handbook #436, U.S. Gov. Print. Office, Washington, DC. Sriyanto RS, Sutrisno A dan Wahyu SH. 2012. Analisis Konservasi Tinggi 4

Taman Nasional Gunung Merapi Provinsi Jawa Tengah dan D.I.Jogyakarta. JTeknis (7) 2 Agustus: 65-69.

Sulistioadi YB, Hussin YA, Sharifi A. 2010. Identification of high conservation value forest (HCVF) in natural production forest to support

implementation of sfm certification in Indonesia using remote sensing and

gis. [diunduh 2016 Mei 26] Tersedia pada: http://www.isprs.org/

proceedings/XXXV/congress/comm7/papers/32.pdf.

Suryadi C. 2011. Wilayah prioritas konservasi tanah dan air di DA Ci Liwung Hulu. [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Suryani E. 2005. Optimalisasi perencanaan penggunaan lahan dengan bantuan sistem informasi geografis dan soil and water Assessement tool: Studi kasus di DAS Cijalupang, Bandung. Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Taufik KLY, Wardianto S, Haradi, Ubaidillah. 2004. Kualitas air hulu dan tengah sungai ciliwung Kabupaten Bogor. Di dalam: Maryanto dan Ubaidillah, editor. Manajemen bioregional jabodetabek profil dan strategi pengelolaan sungai dan aliran air. Bogor (ID) LIPI: Pusat Penelitian Biologi:181-221.

Ulum S. 2010. HCVF, Landasan penetapan kawasan hutan lindung [diunduh 2016 Jan 12]. Tersedia pada: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=HCVF%2C+Landas an+Penetapan+Kawasan+Hutan+Lindung&dn=20101117204245.

[UU] Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial.

Wibawa WD. 2010. Disain pengelolaan lahan berkelanjutan berbasis tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wibowo M. 2005. Analisis pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap debit sungai (studi kasus sub DAS Cikapundung Gandok-Bandung). Jurnal Teknik Lingkungan BP3TL-BPPT. 6 (1): 283-290.

Wijitkosum S. 2012. Impacts of land use changes on soil erosion in Pa Deng Sub-district, adjacent area of Kaeng Krachan National Park, Thailand. Journal of Soil and Water Research 7(1): 10–17.

Wiryono. 2003. Klasifikasi Kawasan Konservasi Indonesia. Warta Kebijakan No. 11, CIFOR (ID): Bogor

Wischmeier W, Smith D. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses A Guide to Conservation Planning. US (ID): Department of Agriculture Hanbook No. 537.

Yusuf SR. 2010. Kajian respon perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi pada DAS Cirasea menggunakan model MWSWAT [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1 Kelas dan Kode Struktur Tanah, Permeabilitas Tanah dan Klasifikasi Kepekaan Erosi

a. Tabel Kelas dan Kode Struktur Tanah

Kelas Struktur tanah (ukuran diameter ) Kode Struktur Granular sangat halus ( < 1 mm)

Granular halus (1-2 mm)

Granular sedang sampai kasar (2-10 mm) Berbentuk gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4 b. Tabel Kelas dan Kode Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode Cepat (rapid)

Sedang sampai Cepat (moderat to rapid) Sedang (Moderat)

Sedang sampai lambat (moderat to slow) Lambat (slow)

Sangat lambat (very slow)

>25.4 12.7 – 25.5 6.3 – 12.7 2.0 – 6.3 0.5 – 2.0 <0.5 1 2 3 4 5 6 c. Tabel Klasifikasi Kepekaan Erosi

Nilai K Kode Struktur

0.0 – 0.10 0.11 – 0.20 0.21 – 0.32 0.33 - 0.43 0.44 – 0.55 0.56 – 0.64 1 2 3 4 5 6

Lampiran 2 Nilai faktor C dari berbagai tanaman dan pengelolaan atau penggunaan lahan

No Tipe penggunaan lahan Nilai faktor C

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Tanah yang diberakan tapi diolah secara periodik Semak Belukar

Sawah tadah hujan

Tanaman tegalan (tidak terspesifikasi) Tanaman rumput Brachiaria :

Tahun permulaan Tahun berikutnya Ubi kayu Jagung Kacang-kacangan Kentang Kacang tanah Tebu Pisang Padang Penggembalaan

Kopi dengan tanaman penutup tanah Cabe, jahe, dan lain-lain (rempah-rempah) Kebun campuran :

Kerapatan tinggi Ubi kayu-kedele Kerapatan sedang

Kerapatan rendah (kacang tanah)

Perladangan berpindah-pindah (shifting cultivation) Perkebunan (penutup tanah buruk)

Karet Teh

Kelapa sawit Kelapa Hutan alam :

Penuh dengan serasah Serasah sedikit Hutan produksi :

Tebang habis (clear cutting) Tebang pilih (selective cutting) Belukar/rumput

22 Ubi kayu + kedele 23 Ubi kayu + kacang tanah 24 Padi + sorgum

25 Padi + kedele

26 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 27 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha

28 Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha 29 Kacang tanah + mulsa clotalaria 3 ton/ha 30 Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 31 Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha 32 Padi + mulsa clotalaria 3 ton/ha

33 Padi tanam tumpang gilir + mulsa jerami 6 ton/ha 34 Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman

1.00 0.30 0.05 0.70 0.30 0.02 0.80 0.70 0.60 0.40 0.20 0.20 0.60 0.10 0.20 0.90 0.10 0.20 0.30 0.50 0.40 0.80 0.50 0.50 0.80 0.001 0.005 0.50 0.20 0.30 0.181 0.195 0.345 0.417 0.049 0.096 0.128 0.136 0.259 0.377 0.387 0.079 0.347 Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1973 – 1981), diacu dalam Hardjowigeno (2007).

Lampiran 2 Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) dan pengelolaan tanaman(C)

No Jenis Tanaman/Penggunaan Lahan Nilai Faktor CP Sumber

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mulsa penahan air :

Serasah atau jerami 6 ton/ha/thn Serasah atau jerami 3 ton/ha/thn Serasah atau jerami 1 ton/ha/thn Teras bangku ditanami :

Kacangtanah - kacang tanah Jagung + mulsa jerami 4 ton/ha Jagung

Penanaman strip rumput :

Bahia (3 thn) dalam sereh wangi Bahia (2 thn) + padi gogo + ubi

kayu, rotasi sorgum

Bahia (1 thn) dalam kedelai Penanaman clotalaria dalam :

Kedelai Padi gogo Kacang tanah

Penanaman strip kacang tanah dalam pertanaman jagung, sisa tanaman sebagai mulsa

Teras gulud

Dengan rumput penguat Padi gogo - jagung (rotasi) Ubi kayu

Jagung - kacang tanah (rotasi), mulsa sisa tanaman

Kacang tanah - kedelai (rotasi) Padi gogo – jagung - kacang tunggak (rotasi), kapur 2 ton/ha Teras bangku ditanami :

Jagung - ubikayu/kedelai (rotasi) Kacang tanah - kacang tanah Tanpa tanaman

Penanaman strip clotalaria dalam : Kacang tanah - ubi kayu Padi gogo - ubi kayu

Penanaman strip rumput dalam padi gogo 0.30 0.50 0.80 0.009 0.006 0.480 0.00 0.00 0.02 0.111 0.340 0.389 0.05 0.5 0.013 0.041 0.006 0.105 0.012 0.056 0.009 0.039 0.405 0.193 0.841 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Sumber : 1. Hammer (1981)

2. Abdurachman, S. Abujamil dan U. Kurnia (1984) 3. Pusat Penelitian Tanah (1973-1981)

Dokumen terkait