• Tidak ada hasil yang ditemukan

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.

________________________________________________. 1996. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN

BNP2TKI. 2013. http://www.bnp2tki.go.id/[ diakses 13 Maret 2013 ]

[BPKP].Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2013. Undang-Undang No 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. [internet]. [diunduh 23 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bpkp.go.id/uu/file/2/39.bpkp

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2012 [internet]. [diunduh 23 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

________________________. 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 16,4 persen. [internet]. [diunduh 23 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

Datakersa. 2012. Human Development Index 2011.

http://datakersa.menkokesra.go.id/sites/default/files/pendidikan_file/human_de velopment_index_2011.pdf. [diunduh 23 Febuari 2013]

Eshelman JR.1991. Family. Boston: Allyn and Bacon Inc

Firdaus, Sunarti E. 2009. Hubungan antara tekanan ekonomi dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh.Jurnal Ilmu Keluarga san Konsumen. 2 (1):21-31.

Fox JJ, Bartholomae S. 2000. Families and Individuals Coping With Financial Stress. Di dalam: McKency PC & Price SJ. Families and Change:Coping with Stressful Events and Transition. California: Sage Publication, Inc. 250-271 Haqoe NMS. 2010. Female child trafficking from banladesh: a new form of

slavery/traffic. Canadia Social Science 6.1 (2010) 45-58 [internet]. [diunduh pada 23 Maret 2013].

Hidayah, Nur. 2008. TKW dan Permasalahannya. [internet]. [diunduh 23 Februari

2013]. Tersedia pada:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/TKWdanPermasalahannya.pdf. Iswarini, Sri Endah. 2004. Kelompok Survivor: Belajar Dari Pengalaman

Perempuan Korban Trafficking. Jurnal Perempuan No.36

Mashud M. 2008. Perspektif Fenomenologi tentang Trafficking TKW. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, XXI(2), 146-154.

Megawangi, R. (1999). Membiarkan Berbeda. Bandung: Mizan.

Muflichah S, Bintoro RW. 2009. Trafficking: Suatu Studi Tentang Perdagangan Perempuan dari Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Kabupaten Banyumas. Jurnal Dinamika Hukum. 9 (1).

Nurafifah D. 2012.Analisis nilai anak, investasi anak, dan potensi perdagangan anak (kasus di Kabupaten Subang) [skripsi].Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor

36

O’Neill Casey. 2010. Immigration and Human Trafficking in the U.S.-Mexico Border Region: A Conceptual Model of the Geography of Human Trafficking, Human Smuggling, and Undocumented Immigration. Frontier Program Directors. New Mexico State University

PKGA-IPB. November 2011. Tujuh kota atau kabupaten masuk zona merah trafficking [internet]. [diunduh 10 September 2013]. Tersedia pada:

http://pkga.ipb.ac.id/?p=312

Puspitawati, H. 2009. Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Keluarga. Diktat Kuliah Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor.

________________. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press.

________________. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press.

Rice AS, SM Tucker. 1986. Family Life Management 6nded. New York: McMillan Publishing Company

Simanjuntak M, Puspitawati H, Djamaludin MD. 2010. Karakteristik Demografi, Sosial, dan Ekonomi Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH).Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3 (2): 101-113

Sherman, Jennifer. 2001. Social Forces 85(2):891-913

Suara Merdeka. 2012. Ironi Wanita Bekerja. http://suaramerdeka.com [diakses 23 Febuari 2013].

Suandi. 2005. Hubungan Antara Social Capital dengan Kesejahteraan Keluarga di Dearah Pedesaan Provinsi Jambi [Rencana Penelitian Pascasarjana]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan U. T Hira. 1993. The Effect of Perceived Locus of Control and Percieved Incomes Adequacy on Satisfaction with Financial Status of Rural Household. Juornal of Family Economic Issues 14 (4): 43-64

Syarief, Hartoyo. 1993. Aspek dalam Kesejahteraan Keluarga Seminar Menyongsong Abad 21 dan Peranannya dalam Pemgembangan Sumberdaya Indonesia. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan BKKBN.

Widyanti W, Suryahadi A, Sumarto S, Yumna A. 2009. The Relationship between Chronic Poverty and Household Dynamics; Evidence from Indonesia/Jakarta: SMERU Research Institut, 2009. Ii, 19 p. ; 30 cm (SMERU Working Paper, January 2009)

37

38

Lampiran 1 Hasil penelitian terdahulu

No. Tahun Penulis Judul Hasil

1. 2012 Nurafifah Analisis Nilai anak, Investasi Anak, dan Potensi Perdagangan Manusia

Potensi perdagangan anak internal memiliki hubungan negatif signifikan dengan pendidikan ayah dan ibu. 2. 2011 Neves A Women Trafficking for Sexual Exploitation in Portugal: Life narratives Fenomena perdagangan perempuan untuk eksploitasi seksual tidak dapat

mengesampingkan tentang seberapa besar pengaruh isu-isu gender, kelas etnis, budaya dan sosial. Perempuan korban trafficking berasal dari pedesaan yang tingkat perekonomiannya berada di bawah garis

kemiskinan. 3. 2010 Neill Casey Immigration and Human Trafficking in the U.S.-Mexico Border Region

Perdagangan manusia ini terjadi dalam proses migrasi. Para migran sangat rentan terhadap penipuan yang dibawa oleh para perekrut perdagangan manusia. Apalagi para migran tersebut mungkin tidak dapat berbicara bahasa di tempat barunya dan membutuhkan bantuan orang lain untuk mencari pekerjaan atau perumahan. Perdagangan manusia di seluruh dunia di dorong oleh proses yang kompleks, namun secara umum kita melihat kemiskinan, ketimpangan, dan kurangnya kesempatan ekonomi akibat perpindahan sebagai tema menyeluruh bahwa populasi memaksa untuk meninggalkan rumah mereka dan berpotensi menjadi terlibat dalam perdagangan.

4. 2008 Mashud M Perspektif Fenomenologi

Pilihan menjadi TKW sudah menjadi kebutuhan bagi

39 Lanjutan Lampiran 1 Hasil penelitian terdahulu

No. Tahun Penulis Judul Hasil

tentang Trafficking TKW. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik

perempuan miskin di pedesaan. Mereka berada dalam posisi subordinat, marjinal dan kurang dalam pengetahuan,

pemahaman, dan akses prosedur-prosedur hukum sehingga tiada perlindungan dari hukum termasuk negara.

5. 2008 Hidayah TKW dan Permasalahannya

Para Buruh Migran Perempuan (BMP) atau sering juga disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri sampai saat ini masih rentan terhadap praktek trafficking karena kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, isu budaya yang berkaitan dengan perempuan dalam keluarga, status dan kekuasaan relatif, peran anak dalam keluarga, undang-undang yang bias gender, dan dampak korupsi. 6. 2009 Muflichah dan Wasi Trafficking: Suatu Studi Tentang Perdagangan Perempuan dari Aspek sosial, budaya, dan ekonomi di Kabupaten Banyumas,

Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi korban penjualan manusia adalah faktor ekonomi/kemiskinan, tingkat pendidikan yang relatif rendah, budaya patriarkhi yang

kemudian mendorong korban terbujuk pada calon/sponsor yang menawarkan pekerjaan dengan upah/gaji yang besar 7 2001 Jennifer Sherman Coping With Rural Poverty: Economic Survival and Moral Capital In Rural America

Lingkungan komunitas dapat mempengaruhi perilaku dari golongan miskin pada beberapa cara, termasuk menentukan cara untuk mengatasi kesulitan ekonomi 8 Contentious Issues in Research on Trafficked Women Working in the Sex Industry

Faktor dari dalam keluarga turut berperan serta dalam menjerumuskan wanita ke dalam perdagangan manusia.

40

No. Tahun Penulis Judul Hasil

9 2010 Hoque S Female Child Trafficking from Bangladesh: a new form of slavery.

Upah kerja atau buruh paksa, migrasi tenaga kerja dan prostitusi, mitos budaya dan lain-lain dianggap faktor penarik bagi perdagangan anak perempuan

10 Trafficking Of

Women and Children In Indonesia

Penjualan manusia di Indonesia antara lain, pekerja migran, pembantu rumah tangga dengan upah minim, jam kerja panjang, dan rentan denga kekerasan, pekerja seks, pengantin pesanan, dan pekerja/buruh anak. Faktor-faktor yang menyebabkan wanita dan anak-anak rentang terkena tindakan terjadinya perdagangan manusia diantaranya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, masalah budaya yang berkaitan dengan peran perempuan dalam keluarga;status relatif dan kekuasaan, peran anak dalam keluarga, tradisi pernikahan dini, hukum bias gender, dan dampak korupsi

41 Lampiran 2 Pengukuran variabel penelitian

No Variabel Jumlah

pertanyaan Skor

Cronbach

α Skala

1 Umur suami-istri 1 - - Rasio

2 Pendidikan suami-istri 1 - - 1. Tidak bersekolah

2. SD 3. SMP 4. SMA/SMK 5. Perguruan Tinggi

3 Pekerjaan suami-istri 1 - - 1. Petani/buruh tani

2. Buruh pabrik 3. Buruh bangunan 4. Pedagang 5.Wiraswasta 6. PNS 7. Karyawan swasta 8. Lainnya 9. Tidak bekerja

4 Besar keluarga 1 - - 1= Kecil (≤ 4 0rang

2= Sedang (5-7 orang)

3= Besar (≥ 8 orang)

5 Pendapatan per bulan 1 - - Rupiah

6 Pendapatan perkapita 1 - - Rasio

7 Strategi koping fungsi ekonomi 40 40-120 0.768 1= Jarang 2= Cukup sering 3= Sering a. strategi pengeluaran 25 25-75 0.783 b. stategi pendapatan 15 15-45 0.927

8 Kesejahteraan subjektif 22 22-66 0.765 1= Kurang puas 2= Cukup puas 3= Puas

9 Tekanan ekonomi 5 0-5 0.625 0= Tidak

1= Ya 10 Potensi internal perdagangan manusia 14 0-14 0.781 0= Tidak 1= Ya Potensi eksternal perdagangan manusia 14 0-14 0.927

42

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan strategi koping

No Pernyataan Jarang Cukup sering Sering

n % n % N %

Strategi Penghematan A. Pangan

1 Mengurangi pembelian kebutuhan bahan

makanan (jenis dan jumlah) 12 20.0 26 43.3 22 36.7

2 Membeli bahan makanan yang lebih murah 2 3.3 30 50.0 28 46.7 3 Mengurangi porsi makan (misalnya 1 piring

menjadi ½ piring) 45 75.0 13 21.7 2 3.3

4 Mengganti beras dengan makanan pokok

lain (misalnya dengan singkong) 58 96.7 2 3.3 0 0

5 Mengurangi frekuensi makan (misalnya dari

2 kali menjadi 1 kali makan) 48 80.0 10 16.7 2 3.3

6 Mengurangi teh/kopi/gula 36 60.0 23 38,3 1 1.7

7 Mengurangi jajan anak 33 55.0 20 33.3 7 11.7

8 Merubah distribusi pangan (prioritas ibu

jadi untuk anak) 58 96.7 2 3.3 0 0

9 Menyimpan makanan yang tidak habis

untuk keesokan harinya 15 25.0 25 41.7 20 33.3

10 Melewati hari-hari tanpa makan 58 96.6 1 1.7 1 1.7

B. Kesehatan

11 Mengganti obat yang mahal dengan yang

murah 1 1.7 20 33.3 39 65.0

12 Membeli jamu dari pada obat modern 54 90.0 4 6.7 2 3.3

13 Mengurangi pembelian rokok 40 66.7 17 28.3 3 5.0

14 Membeli obat di warung kecil 9 15.0 22 36.7 29 48.3

15 Lebih memilih membeli obat di warung dibandingkan harus pergi berobat ketika sakit

7 11.7 24 40 29 48.3

C. Pendidikan

16 Mengurangi uang saku anak sehari-hari 35 58.3 18 30.0 7 11.7

17 Anak berhenti sekolah 37 61.7 12 20.0 11 18.3

18 Jika tidak memiliki uang, anak terpaksa

untik membolos sekolah 54 90.0 5 8.3 1 1.7

19 Membeli seragam bekas 60 100.0 0 0 0 0

20 Membeli tas bekas 60 100.0 0 0 0 0

21 Membeli sepatu bekas 59 98.3 0 0 1 1.7

D. Pengeluaran lainnya

22 Mengurangi penggunaan air/lisrik 7 11.7 37 61.7 16 26.6

23 Mengurangi pembelian pakaian 14 23.3 32 53.4 14 23.3

24 Mengurangi pembelian perabot rumah

tangga 18 30.0 28 46.7 14 23.3

25 Mengurangi pembelian peralatan dapur 19 31.7 27 45.0 14 23.3

Strategi Menambah Pendapatan A. Pangan

26 Keluarga memanfaatkan lahan disekitar rumah untuk mananam tanaman (jagung, singkong,kentang)

43

27 Memiliki hewan ternak (ayam,kambing) 40 66.7 6 10.0 14 23.3 28 Terbiasa menerima makanan dari tetangga

atau saudara 43 71.7 15 25.0 2 3.3

29 Memilih berhutang jika ingin membeli

kebutuhan pokok 13 21.7 39 65.0 8 13.3

30 Terbiasa berhutang 16 26.7 37 61.7 71 11.6

B. Kesehatan

31 Keluarga memiliki tanaman obat di halaman

rumah 57 95.0 2 3.3 1 1.7

32 Meminta obat gratis ke puskesmas atau ke

tempat pengobatan lainnya 16 26.7 25 41.7 19 31.6

33 Mengikuti program pengobatan gratis di

puskesmas atau tempat lainnya 7 11.7 27 45.0 26 43.3

C. Pendidikan

34 Keluarga mengusahakan beasiswa untuk

biaya anak sekolah 49 81.7 4 6.7 7 11.6

35 Meminta buku pelajaran bekas ke tetangga

atau saudara 59 98.3 0 0 1 1.7

D. Pendapatan lainnya

36 Suami memilki pekerjaan sampingan selain

pekerjaan utama 44 73.4 8 13.3 8 13.3

37 Istri memiliki pekerjaan sampingan 48 80.0 8 13.3 4 6.7 38 Anak bekerja untuk membantu orang tua 28 46.7 15 25.0 17 28.3 39 Menjual aset rumah ketika tidak memiliki

biaya sekolah anak 40 66.7 14 23.3 6 10.0

40 Mengadaikan perhiasan untuk biaya

44

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan subjektif

No Pernyataan

Kesejahteraan Subjektif

Kurang Puas Cukup puas Puas

n % n % n %

1 Kondisi keuangan keluarga 18 30.0 40 66.7 2 3.3

2 Kondisi makanan keluarga 4 6.7 54 90.0 2 3.3

3 Kondisi tempat tinggal keluarga 8 13.3 49 81.7 3 5.0

4 Kondisi materi/aset keluarga 4 6.7 54 90.0 2 3.3

5 Kondisi spiritual/mental keluarga 2 3.3 56 93.4 2 3.3

6 Kondisi fisik keluarga 4 6.7 54 90.0 2 3.3

7 Usaha dan upaya bertahan hidup yang

dilakukan oleh keluarga 2 3.3 56 93.4 2 3.3

8 Pengelolaan keuangan keluarga 19 31.7 40 66.6 1 1.7

9 Pengelolaan pekerjaan suami 14 23.3 45 75.0 1 1.7

10 Pengelolaan pekerjaan anak 22 36.7 34 56.7 4 6.6

11 Perasaan istri terhadap kebersihan

rumah 9 15.0 47 78.3 4 6.7

12 Perasaan istri terhadap kepemilikan

aset keluarga 9 15.0 50 83.3 1 1.7

13 Perasaan istri terhadap penghasilan

suami 22 36.7 38 63.3 0 0

14 Perasaan istri ketika anak ikut bekerja

mencari nafkah 25 41.7 29 48.3 6 10.0

15 Perasaan istri terhadap sekolah anak 15 25.0 44 73.3 1 1.7 16 Perasaan istri terhadap komunikasi

dengan suami 5 8.3 50 83.4 5 8.3

17 Perasaan istri terhadap komunikasi

dengan anak 0 0 54 90.0 6 10.0

18 Hubungan /komunikasi dengan

orangtua/mertua 2 3.3 53 88.4 3 8.3

19 Hubungan/komunikasi dengan

saudara/kerabat 1 1.7 52 86.7 7 11.6

20 Hubungan/komunikasi dengan

tetangga 0 0 52 86.7 8 13.3

21 Keterlibatan keluarga dengan kegiatan

sosial 25 41.7 31 51.7 4 6.6

22 Pengetahuan dan keterampilan yang

45 Lampiran 5 Tabel korelasi

Potensi eksternal 0.214 0.301* -0.029 0.010 0.204 -0.020 0.387** 0.157 0.398* 0.152 -0.355** 0.266* 0.382** 1 Potensi internal 0.190 0.475** -0.280* -0.019 -0.171 -0.356** 0.413** 0.353** -0.264* 0.023 0.071 0.422** 1 Tekanan ekonomi 0.310* 0.339** -0.129 -0.342** -0.106 -0.277** 0.435** 0.301* -0.300* 0.041 0.069 1 Kesejahteraan objektif -0.009 0.028 -0.251 -0.001 0.001 -0.017 -0.078 -0.026 -0.379** 0.116 1 Kesejahteraan subjektif 0.142 0.131 0.065 0.252 0.241 0.098 0.287* -0.033 0.111 1 Strategi penambahan pendapatan 0.024 0.303* -0.314* -0.151 0.014 -0.195 0.515** 0.210 1 Strategi penghematan 0.144 0.374** -0.205 -0.153 -0.272* -0.444** 0.394** 1 Besar keluarga 0.411** 0.573** -0.332** -0.242 -0.153 -0.517** 1 Pendapatan per kapita -0.142 -0.384** 0.366** 0.141 0.881** 1 Pendapatan keluarga (bulan) 0.046 -0.128 0.298* 0.115 1 Pendidikan istri 0.399** 0.123 0.057 1 Pendidikan suami 0.203 -0.423** 1 Umur istri 0.244 1 Umur suami 1 Usia suami Usia istri Pendidikan suami Pendidikan istri

Pendapatan keluarga (bulan) Pendapatan per kapita Besar keluarga Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan Kesejahteraan subjektif Kesejahteraan objektif Tekanan ekonomi Potensi internal Potensi eksternal

Keterangan * : Korelasi signifikan p<0.05 ** : Korelasi signifikan pada p<0.01

46

Lampiran 6 Indepth interview

No Responden Hasil

1. Kasus 1 Saya berasal dari keluarga keluarga miskin dan memiliki banyak anak. Kami sekeluarga hanya mampu menamatkan hingga SD saja. Pekerjaan suami sebagai buruh tani menurut saya itu hanya pekerjaan musiman dan tidak tetap. Suami hanya akan diperkerjakan apabila akan musim panen saja. Upah yang dterimapun setiap kali kerja hanya sekitar Rp10 000 sampai Rp30 000, akan tetapi suami tidak dapat bekerja setiap hari, ya karena bekerja jadi seorang buruh itu yang tidak pasti kapan akan dipekerjakan. Saya sadar pendidikan itu penting, tapi keadaan ekonomi yang membuat saya dan suami tidak dapat menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi, terlebih di lingkungan rumah kami pun menjadi lulusan SD atau tidak tamat SD sudah menjadi hal yang telah biasa dari jaman orang tua kami dulu. Jika kami terlahir menjadi orang kaya, saya dan suami akan menyekolahkan hingga tinggi. Tapi pada kenyataanya saya memang terlahir dari keluarga miskin dan setelah berumah tangga tetap saja miskin. Harapan saya dan suami agar anak-anak dapat pekerjaan yang layak walaupun hanya lulusan SD agar dapat membantu memenuhi keperluan sehari-hari.

2. Kasus 2 Dulu saya sempat bekerja jadi TKW di Arab, alasan utama saya bersedia bekerja di luar negeri dan meninggalkan anak dan suami saya karena saya ingin mempunyai pendapatan keluarga yang layak dan cukup. Setelah saya pulang bekerja menjadi TKW, saya mengalami trauma dan merasa takut apabila bertemu dengan suami saya.Hal ini saya rasakan hingga 2 bulan. Alhamdulillah, saya memiliki suami yang memiliki pendidikan hingga SMA sehingga mendapatkan jenis pekerjaan yang memiliki gaji yang cukup lumayan. Tidak seperti saya yang hanya lulusan SD. Oleh karena itu saya berharap kepada kedua anak saya agar dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tidak seperti saya.

3. Kasus 3 Walaupun saya berasal dari keluarga yang tidak berada dan pindidikan hanya sebatas SD. Suami hanya bekerja jadi buruh tani, tetapi saya tetap bersyukur. Percuma punya banyak uang tapi hati ga bahagia. Saya yakin Allah punya rencana indah buat saya dan keluarga, saya selalu menerimakan kondisi keluarga yang ada, hanya satu harapan saya, ingin hubungan saya dengan suami dan anak dan keluarga besar tetap baik, diberi kesehatan, dan tetap di beri kesabaran oleh Allah.

47 Lanjutan Lampiran 6 Indepth interview

No Responden Hasil

menjadi pedagang di warung. Kami sekeluarga hanya sekolah hingga lulus SD. Sebenarnya bukan keluarga kami tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anak hingga lulus SMA, akan tetapi masyarakat di sini pun rata-rata hingga SD saja dan mereka pun masih tetap bisa bekerja. Menurut saya pendidikan itu tidak terlalu penting, karena yang terpenting itu bekerja serta mendapatkan gaji atau upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 5. Kasus 5 Saya ibu dari empat orang anak, suami saya bekerja

sebagai tukang ojek yang tentunya tidak memiliki pendapatan keluarga yang tetap. Terkadang saya merasa sedih dengan kehidpan yang saya jalani. Saya ingin sekali menyekolahkan anak-anak saya setinggi mungkin tidak seperti saya dan suami serta lingkungan masyarakat disini, akan tetapi jika melihat kehidupan keluarga saya saat ini sepertinya tidak mungkin. saya hanya mengharapkan adanya bantuan dari manapun agar cita-cita saya untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya saya hingga tinggi dapat terwujud.

48

Lampiran 7 Kronologi instrument dan pengukuran

Variabel Adaptasi Instrumen Jumlah item Pengukuran

Strategi koping Puspitawati (2012) 40 Skor ideal-(skor yang diperoleh-skor terkecil)/(skor tertinggi-skor terendah) kemudian dikategorikan berdasarkan interval kelas Kesejahteraan subjektif Puspitawati (2012) 22 Tekanan ekonomi Puspitawati (2013) 5 Potensi perdagangan manusia (internal-ekstenal) Nurafifah (2012) dibawah bimbingan Dr. Ir. Herien Puspitawati M.Sc, M.Sc

Internal = 14 Ekternal =14

49 Lampiran 8 Dokumentasi penelitian

50

Dokumen terkait