• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agus A, Masanto R. 2010. Beternak Kelinci Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Arifianto YW. 2007. Analisis Margin Tataniaga dan keterpaduan Pasar Daging

Domba di Kabupaten Majalengka, Jawa barat. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bogor dalam Angka 2010. Jakarta. Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tenjolaya dalam Angka 2010 .Bogor. Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bogor dalam Angka 2011. Jakarta. Badan Pusat Statistik.

Dahl DC, Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural Industries. McGraw-Hill Company. New York.

[KOPNAKCI] Koperasi Peternakan Kelinci. 2012. Proposal Pengembangan Kampoeng Kelinci Berbasis Koperasi Di Kawasan Tenjo Laya Kabupaten Bogor Tahun 2012.Bogor : Koperasi Peternakan Kelinci.

Faisal M. 2010. Analisis Tataniaga Sapi Potong PT kariyana Gita Utama. Cicurug Sukabumi [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hengki A. 2011. Analisis Presepsi Konsumen Terhadap daging Kelinci di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor :InstitutPertanian Bogor.

[Kementan] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011.Jakarta. Kementrian Pertanian. [Kementan] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Petunjuk

Teknis Kampoeng Kelinci 2011. Jakarta. Kementrian Pertanian.

[Kementan] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Petunjuk Teknis Kampoeng Kelinci 2012. Jakarta. Kementrian Pertanian.

Kusnadi N, Fariyanti A, Rachmina D, Jahroh S. 2009. Bunga Rampai Agribisnis seri Pemasaran.Bogor. IPN Press.

Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Product : nineth Edition. Macmillan Publishing Company. U.S.A.

Limbong WH, Sitorus P. 1985. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Martono N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers. Jakarta.

Permadi G. 2008. Analisis Tataniaga Kambing Peranakan Ettawa (PE) di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[Poktan] 2011. Kelompok Tani Ternak Budi Asih. Laporan Pengeceken Populasi Kelinci Kelompok Tani Ternak Budi Asih 2011-2012. Bogor.

Ratniati NK. 2007. Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company Lampung Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

[Ristek] Kementrian Riset dan Teknologi. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Bappenas, Budidaya Ternak Kelinci 2011. Jakarta. Widagdho ND. 2008. Analisis kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Pada Asep

Rabbit di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

ANALISIS TATANIAGA KELINCI PADA

KAMPOENG KELINCI DESA GUNUNG MULYA

KECAMATAN TENJO LAYA

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

FATMA SARI ODE H34080157

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

RINGKASAN

FATMA SARI ODE. Analisis Tataniaga Kelinci Pada Kampoeng Kelinci Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjo Laya kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari subsektor pertanian, dimana sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang terus meningkat atas bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Keberhasilan pembangunan tersebut berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat kearah konsumsi daging telur dan susu. Tingkat konsumsi daging Indonesia rata- rata dari tahun 2005-2009 berkisar antara 2,3-2,4 gram per kapita per hari yang berarti masih dibawah norma gizi yang dianjurkan yaitu sekitar 6 gram per kapita per hari untuk kebutuhan protein hewani.

Rendahnya konsumsi daging karena harga jual daging yang tinggi dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti ikan, susu dan telur. Ternak unggas seperti kelinci dapat diandalkan sebagai penyedia daging karena mempunyai kapasitas produksi yang tinggi (sekali melahirkan anakan antara 6-10 ekor), dengan tingkat pertumbuhan cepat, dan membutuhkan pakan yang tidak berkompetisi dengan manusia, serta pemeliharaannya relatif mudah dan murah. Selain sebagai penghasil daging, kelinci juga merupakan hewan hias yang sangat potensial seperti penghasil bulu, fur (bulu dan kulit) atau sebagai ternak hias.

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki populasi kelinci tertinggi ketiga di Indonesia. Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mengalami peningkatan dalam jumlah populasi kelinci adalah Kabupaten Bogor. Peningkatan populasi kelinci di Kabupaten Bogor karena pemerintah Bogor gencar menggalakkan pengembangan kelinci salah satunya dengan membentuk Kampoeng Kelinci yang bertempat di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjo Laya Kabupaten Bogor. Peternak kelinci di Desa Gunung Mulya membudidayakan tiga jenis kelinci yaitu kelinci hias jenis lokal, kelinci hias jenis luar dan kelinci jenis pedaging.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis saluran dan fungsi tataniaga kelinci hias jenis lokal, luar dan pedaging, mengidentifikasi dan menganalisis struktur dan perilaku pasar pada lembaga tataniaga kelinci, menganalisis margin tataniaga, farmer’s share dan ratio keuntungan dan biaya pada tataniaga kelinci hias jenis lokal, luar dan pedaging serta menganalisis efisiensi tataniaga ketiga jenis kelinci berdasarkan ratio keuntungan dan biaya. Penelitian ini dilakukan di Kampoeng Kelinci Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjo Laya Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-Maret 2012. Penentuan responden dari peternak menggunakan metode Sensus sedangkan penentuan lembaga tataniaga kelinci menggunakan Snawball sampling. Dengan berbagai data dan informasi yag dipeoleh maka dapat dianalisis saluran fungsi, perilaku dan struktur pasar pada tataniaga kelinci di Desa Gunung Mulya, setelah itu dihitung margin,farmer’s share dan ratio keuntungan dan biaya dari ketiga jenis kelinci di Desa Gunung Mulya.

Saluran tataniaga kelinci hias jenis lokal terdiri dari lima saluran tataniaga, kelinci hias jenis luar terdiri dari tiga saluran tataniaga dan tataniaga kelinci pedaging terdiri dari tiga saluran tataniaga. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga kelinci hias jenis lokal, luar dan pedaging meliputi semua fungsi tataniaga yaitu fingsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi oleh peternak kelinci cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna sedangkan untuk lembaga tataniaga mendekati struktur pasar persaingan tidak sempurna. Perilaku pasar dalam tataniaga kelinci dapat dilihat dari pembelian dan penjualan semua jenis kelinci, sistem pembayaran dan sistem penentuan harga untuk semua jenis kelinci serta kerjasama antar lembaga tataniaga kelinci.

Diantara ketiga jenis kelinci, margin tataniaga kelinci tertinggi terdapat pada kelinci jenis pedaging yaitu pada antara Rp 65-84.000 per kilogram sedangkan margin terendah terdapat pada tataniaga kelinci jenis hias lokal yaitu antara Rp 3-16.875 per ekor kelinci. Nilai farmer’s share tertinggi diantara ketiga jenis kelinci adalah pada tataniaga kelinci hias jenis luar yaitu antara 58-73,3 persen sedangkan nilai farmer’s share terendah terdapat pada tataniaga kelinci jenis pedaging yaitu antara 21-26,4 persen. Berdasarkan analisis keuntungan terhadap biaya, diantara ketiga jenis kelinci nilai ratio keuntungan dan biaya tertinggi terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis lokal terutama pada saluran 2 yaitu antara 26,8-36,5 sedangkan nilai ratio keuntungan terendah terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis pedaging yaitu 1,5. Analisis efisiensi teknis dapat dilihat dari ratio keuntungan terhadap biaya sehingga pada penelitian ini, tataniaga kelinci yang paling efisien adalah pada tataniaga kelinci hias jenis lokal. Sedangkan efisiensi dari sisi petani terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis luar karena memiliki nilai rata-rata farmer’s share yang tinggi.

Pada penelitian ini disarankan peternak lebih banyak membudidayakan kelinci hias jenis luar, selain itu peternak sebelum melakukan penjualan sebaiknya melakukan proses grading sehingga dapat meningkatkan nilai jual kelinci serta peternak sebaiknya jangan menjual kelinci dalam keadaan sakit, ada baiknya kelinci yang sakit diobati dulu setelah kelinci sembuh baru dijual agar harga jual kelinci tidak jatuh.

ANALISIS TATANIAGA KELINCI PADA

Dokumen terkait