• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adnany Z. 2008. Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh Di Kabupaten Bajarnegara Propinsi Jawa Tengah [skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Asmarantaka RW. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of

Agriculture Produscts). Di dalam Kusnadi N, Fariyanti A, Rachmina D,

Jahroh S, editor. Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. IPB Press. Bogor.

Asmarantaka RW. 2009. Tataniaga Produk Agribisnis. Bahan Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Baye MR. 2003. Managerial Economics and Business Strategy. McGraw-Hill Irwin. New York.

Bosena DT, Bekabil F, Berhanu G, Dirk H. 2011. Structure-conduct-performance of cotton market: the case of Metema District, Ethiopia. Journal of

Agriculture, Biotechnology and Ecology 4(1): 1-12.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Volume Ekspor Buah-Buahan

Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Produksi Hortikultura Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2011. Statistik Buah-Buahan dan

Sayuran Tahunan 2010. Badan Pusat Statistik. Sumatera Selatan.

Dahl DC dan Hammond JW. 1997. Market and Price Analysis The Agricultural

Industries. McGraw-Hill Book Company. New York.

Hermansyah D. 2008. Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Studi Kasus: Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kotamadya Prabumulih, Sumatera Selatan) [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Pertanian Sumatera Selatan. 2009. Luas Lahan Tanam Nenas di Kabupaten

Ogan Ilir. Dinas Pertanian Sumatera Selatan. Palembang.

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. 2010. Luas Panen dan Rata-Rata

Produksi Nenas di Kabupaten Ogan Ilir. Perbuntan Kabupaten Ogan Ilir.

Ogan Ilir.

Dinas Pertanian TPH. 2011. Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumatera Selatan.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Statistik Hortikultura Tahun 2010 (Angka Tetap). Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Jakarta.

Hadiati Sri dan Ni Luh PI. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Nenas. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Jakarta.

Hanafiah AM dan Saefuddin. 2006. Tataniaga Hasil Pertanian. Universitas Indonesia (UI) Press. Jakarta.

Hidayati W. 2009. Analisis struktur perilaku dan keragaan pasar rumput laut

Euchema cottoni: studi kasus di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hudson D. 2007. Agricultural Markets And Prices. Blackwell Publishing. United Kingdom.

Hutabarat BW. 2012. Analisis Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan B. 2005. Analisis Pemasaran dan Integrasi Pasar Komoditas Buah-Buahan dan Sayuran di DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan B, Tarigan H, Wiryono B. 2007. Performance And Foresight of Pertanian. Horticulture Development. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan.

Karomah AB. 2011. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kohls RL dan Uhls JN. 1985. Marketing Of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York.

Kusumah HM. 2011. Analisis Tataniaga Beras Di Indonesia (Kasus: Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lestari M. 2006. Analisis Tataniaga Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) (Kasus Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah) [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Limbong WH dan Sitorus P. 1985. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kualiah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lubis SK. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Nenas Segar Indonesia [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2010. Statistik Pertanian 2009. Pusat Data dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Rosiana N. 2012. Sistem Pemasaran Gula Tebu (Cane Sugar) Dengan Pendekatan

Structure, Conduct, Performance (SCP) (Kasus: Perusahaan Perseroan PT.

Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bungamayang) [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Indhra RP. 2007. Analisis Daya Saing dan Efisiensi Tataniaga Nenas di Kabupaten Blitar Jawa Timur (Studi Kasus: Desa Ponggok, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur) [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Narulira S. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sihombing AS. 2010. Analisis Sistem Tataniaga Nenas Bogor (Kasus Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar EL. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor (Kasus di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

ANALISIS TATANIAGA NENAS PALEMBANG

(Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)

SKRIPSI

HERAWATI H34080037

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

RINGKASAN

HERAWATI. Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Di bawah bimbingan AMZUL RIFIN.

Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Subsektor hortikultura memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nenas merupakan komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Permintaan ekspor terhadap nenas cukup tinggi. Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi yang memproduksi nenas terbesar di Indonesia. Tanaman nenas mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi saluran dan fungsi lembaga tataniaga nenas Palembang yang terbentuk di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, mengidentifikasi struktur, perilaku dan keragaan pasar nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, dan menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir.

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup wilayah Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Analisis penelitian dibatasi untuk melihat dan mengkaji sistem tataniaga nenas Palembang di daerah penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan saluran tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, digunakan juga analisis kuantitatif untuk menganalisis keragaan pasar dengan menggunakan perhitungan margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya untuk melihat tingkat efisiensi tataniaga nenas Palembang.

Hasil penelitian tataniaga nenas di Desa Paya Besar memiliki tiga pola saluran tataniaga dan melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga yang terlibat diantaranya pedagang pengumpul desa, pedangan besar dan pedagang pengecer. Adapun pola saluran tataniaga nenas yang terbentuk adalah: (1) Pola I: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar Lokal – Pedagang Pengecer Lokal – Konsumen Lokal, (2) Pola II: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengecer Lokal – Konsumen Lokal, (3) Pola III: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar Non-lokal – Pedagang Pengecer Non-lokal – Konsumen Non-lokal. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda-beda. Fungsi-fungsi yang dilakukan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani di Desa Paya Besar cenderung mengarah kepada struktur oligopoli, pedagang pengumpul cenderung menghadapi struktur pasar oligopoli, struktur pasar yang dihadapi pedagang besar cenderung oligopsoni, sedangkan pedagang pengecer cenderung mengarah ke struktur pasar bersaing murni. Berdasarkan perilaku pasar yang dihadapi, praktik penjualan dan pembelian telah terjadin kerjasama yang cukup baik antar lembaga tataniaga. hubungan ini dapat menjamin pasokan nenas bagi masing-masing lembaga tataniaga.

Hasil analisis marjin bahwa marjin tataniaga terbesar terdapat pada saluran dua yaitu sebesar Rp. 3.500,00. Untuk saluran satu dan tiga marjin tataniaga yang dihasilkan yaitu masing-masing sebesar Rp. 2090,44 dan Rp. 2817,54. Hal ini

disebabkan pada saluran satu dan dua volume penjualan nenas cukup tinggi dan memiliki saluran yang cukup panjang. Bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 41,71 persen. Saluran tiga merupakan saluran dengan total marjin tataniaga terendah kedua dan biaya tataniaga tertinggi. Saluran satu dan dua memiliki nilai farmer’s share yaitu masing-masing sebesar 35,35 persen dan 36,36 persen. Saluran dua memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 2,80 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 2,80. Nilai rasio pada saluran dua merupakan nilai rasio terbesar. Namun, saluran tiga memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang cukup merata. Nilai rasio dan keuntungan saluran tiga pada pedagang pengumpul sebesar 1,09, pada pedagang besar sebesar 2,46 dan pada pedagang pengecer sebesar 3,74.

Saluran tataniaga tiga dapat digunakan petani untuk pemasaran nenas. Saluran ini relatif lebi efisien dibandingkan kedua saluran lainnya. Petani memerlukan wadah untuk dapat memberikan informasi sekaligus pembinaan dalam hal pemasaran maupun budidaya nenas. Untuk meningkatkan efisiensi operasional, petani perlu melakukan sortasi/grading agar petani memperoleh nilai tambah dari kegiatan tersebut. Selain itu juga peningkatan nilai tambah bisa dilakukan dengan mengolah nenas menjadi produk olahan agar petani mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan risiko kerugian produk tidak terjual bisa dikurangi.

ANALISIS TATANIAGA NENAS PALEMBANG

(Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)

HERAWATI H34080037

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Parayaman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)

Nama : Herawati NIM : H34080037 Disetujui, Pembimbing Dr. Amzul Rifin, SP. MA NIP. 19750921200012 1 001 Tanggal Lulus: Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Herawati H34080037

Dokumen terkait